by Karina Anandya 17 February, 2020
Sumba di Mata Christopher Burch
Pada 2012, kisah-kisah tentang keindahan Nihi didengar oleh Burch. Ketika itu, Claude sebagai pemilik Nihiwatu sedang mencari suntikan dana untuk proyek perluasan resor. Burch meminta temannya dari The Carlyle Hotel di New York, James McBride—yang saat itu menjabat sebagai Presiden YTL Hotels di Singapura—untuk mengunjungi Sumba.
Setahun kemudian, perjalanan Burch ke Nihiwatu bersama ketiga putranya berbuah manis. Bersama McBride yang merupakan pengusaha hotel asal Afrika Selatan, Burch mengakuisisi Nihiwatu. Bermodalkan investasi besar, Burch dan McBride berkomitmen untuk menjadikan Nihi sebagai salah satu resor terbaik di dunia, namun dengan tetap menjaga keseimbangan lingkungan dan keaslian masyarakat Sumba.
“Keluarga merupakan sumber kebahagiaan saya dan mereka yang membawa saya ke Sumba,” kenang Burch. “Putra saya adalah peselancar, dan dialah yang menjadi alasan mengapa saya mengambil alih Nihi. Dan saya beruntung memiliki partner seperti James, yang siap menghadapi tantangan ini bersama-sama.”
“Para tamu kami adalah orang-orang luar biasa dan berasal dari berbagai latar belakang, mulai dari CEO, pasangan bulan madu, peselancar, hingga keluarga. Bagian terbaik dari memiliki sebuah resor adalah kesempatan untuk menemui mereka. Sekitar 30 persen tamu kami adalah mereka yang setia datang hampir setiap tahun. Mereka selalu senang bisa bertemu dengan orang-orang yang ramah di pulau ini, serta sangat menyukai keindahan alam dan aktivitas yang ditawarkan.”
Dari sekian banyak aktivitas yang ditawarkan di Nih Sumba, berkuda merupakan kegiatan favorit banyak tamu. Menurut mereka, aktivitas yang dilakukan bersama Carol Sharpe, sang ahli dengan lebih dari 30 tahun pengalaman dengan kuda dan 10 tahun sebagai mentor ini, cukup unik dan berkesan. Sesi pribadi bersama Carol melahirkan pengalaman bermakna bersama kuda dan alam.
Seperti yang dijelaskan Carole kepada majalah DestinAsian dalam sebuah wawancara beberapa tahun yang lalu: “Sesi pembisik kuda kami mengajarkan para tamu untuk mengamati bagaimana kuda berkomunikasi satu sama lain dan mempraktikkan bahasa tersebut agar dapat terhubung dengan mereka. Kuda memiliki kemampuan untuk menangkap energi emosional dan atmosfer yang kita keluarkan. Interaksi terbaik terjadi ketika Anda berada dalam kondisi pikiran yang lebih terbuka dan tidak terganggu. “
Para tamu dapat terhubung dengan “kawanan kuda yang sensitif dan intuitif” dengan mengenal ‘bahasa kuda.’ Kuda adalah guru metaforis yang dapat menemukan bahasa alam bawah sadar yang ada di dalam diri kita. Sebagai binatang buruan, kelangsungan hidup seekor kuda bergantung pada momen saat pembacaan bahasa alam bawah sadar tersebut, sehingga mereka sangat peka terhadap semua yang ada di sekitar mereka untuk menghindari predator.
Meskipun bertentangan dengan sifat mereka, kuda telah belajar untuk mempercayai manusia. Tujuannya adalah untuk menciptakan “wisdom of the horse” yang dapat diaplikasikan ke dalam kehidupan. Selama sesi tersebut, para tamu dapat mengikuti meditasi kuda dan Reiki (penyembuhan energi).
Sebagai penutup, kami bertanya kepada Burch berapa banyak waktu yang ia habiskan di Sumba. “Saya mengunjungi Sumba tiga kali setahun selama kurang lebih dua minggu,” katanya kepada kami. “Saya tinggal di rumah saya, Mandaka—bangunan yang berada di tengah resor. Hampir setiap hari saya biasanya berjalan kaki, melakukan pijat, dan berenang. Menurut saya, dua minggu merupakan waktu yang cukup untuk memulihkan energi. “