Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Serba-Serbi Profesi Fixer

Oleh Cristian Rahadiansyah

Aris Yanto, pria kelahiran Baturaja, menekuni profesi yang minim pesaing di Indonesia: fixer. Jasanya pernah dipakai lebih dari 50 fotografer, termasuk Daniel Berehulak, Cris Toala Olivares, Olivier Grunewald, serta Luke Duggleby. Awalnya fokus ke medan pegunungan, pendiri Indobackpacker ini melebarkan tawarannya ke kawasan hutan dan pesisir. Berikut petikan wawancaranya.

Kisah awal menjadi fixer?
Awalnya hobi memotret. Dari situ saya punya jaringan di kalangan fotografer. Dari merekalah saya mendapatkan banyak pekerjaan sebagai fixer.

Apa saja yang diurus fixer?
Ada fotografer yang ingin “tahu beres.” Untuk hal ini, saya mengurus semua keperluannya, termasuk hotel dan kendaraan. Tapi ada juga yang cuma bayar jasa mengantar, biasanya disebut consultant fee

Cakupan area?
Saya bisa mengantar ke mana saja, kecuali untuk menyelam. Saya misalnya pernah mengantar Luke Duggleby memotret tempat-tempat penghasil garam di Indonesia.

Sistem tarifnya seperti apa?
Tidak ada patokannya. Bisa saja nilai consultant fee 1.500 dolar untuk 10 hari. Bisa juga lebih rendah. Untuk penugasan yang dibiayai lembaga, fotografer biasanya meminta saya mengajukan bujet. Tapi jika untuk proyek personal, biasanya selalu ada proses tawar-menawar.

Hal yang penting dimiliki fixer?
Selalu mencari info tentang si fotografer. Dia maunya apa dan spesialisasinya apa. Kedua, fixer harus paham sudut foto dan momen foto terbaik. Jika hanya menemani sih gampang. Ketiga, fixer juga harus tahu soal model release, terutama untuk proyek komersial.

Klien yang paling merepotkan?
Sebenarnya fotografer tidak merepotkan. Tapi pernah saya mendapatkan kasus unik. Ada fotografer yang ingin memotret gunung. Saat saya cek di internet, profilnya terlihatmeyakinkan sebagai petualang. Tapi, begitu di lapangan, ternyata dia tidak bisa mendaki.

Profesi fixer menjanjikan?
Menjanjikan, tapi belum bisa dijadikan pekerjaan utama, sebab pendapatannya tidak tetap. Karena itu saya punya sumber pendapatan lain. Sejak 2004 saya mengelola Ndeso Adventure yang menawarkan tur petualangan di Indonesia.

Dipublikasikan perdana di majalah DestinAsian Indonesia edisi Juli/September 2019 (“Mitra Lapangan”).

Show CommentsClose Comments

Leave a comment

0.0/5