Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Seni Memanah Melawan Zaman

Para pemanah sibuk mengemas anak panah masing-masing, sementara dewan juri mencatat panah yang tepat sasaran.

Ada adab yang tak boleh dilanggar. Melangkahi busur maupun anak panah merupakan hal yang tabu. Saat melakoni panahan para pemanah biasanya mengenakan pakaian adat Jawa—paling tidak mengenakan ikat kepala kain, bahkan saat latihan bebas pun. Bila ada kunjungan dari wisatawan, para prajurit pemanah tersebut akan tampil dalam busana pasukan, baju sikepan dan celana panji hijau lengkap dengan segala atributnya.

Sebagian besar dari para pemanah berprofesi sebagai prajurit keraton. Dengan hak dan kewajibannya sebagai pengawal mereka dituntut selalu siap baik jiwa maupun juga raga.  Maka merekapun berolah raga dengan berlatih kanuragan atau dewasa ini dikenal sebagai pencak (silat). “Kekuatan batin atau hati dan raga harus selaras ini untuk menghindarkan penyalahgunaan kekuatan,” tutur Gus Mus.

Busur dan anak panah pantang untuk dilangkahi.

Selain bertujuan menyebarkan virus cinta seni tradisi jemparingan, Padepokan Dewondanu juga fokus dalam melestarikan senjata utama dalam kegiatan warisan leluhur ini, yaitu busur dan anak panah. Busur dan anak panah yang mereka buat bukan berkategori buah tangan semata melainkan senjata fungsional atau senjata pusaka.

Membuat keduanya bukan hal yang mudah. Paling tidak diperlukan bahan bambu terbaik, yaitu bambu petung dari Gunung Merapi. Sebelum digarap menjadi busur dan anak panah, bambu-bambu ini diletakkan dalam rak-rak beratap genting untuk dikeringkan secara alami. Proses ini biasanya memakan waktu tahunan agar kadar air dalam bambu mencapai nol persen. Seperti membuat senjata pusaka lain, untuk membuat busur diperlukan laku-laku tertentu, misalnya perhitungan hari baik dalam tahap-tahap pembuatannya. Semua dilakukan demi mencapai kesempurnaan.

Kegiatan panahan dan pembuatannya itu kini terbuka untuk pariwisata. Sebuah agen wisata khusus untuk kegiatan ini dibentuk. Harapannya: agar manusia-manusia di zaman modern ini tak lupa akan warisan budaya bangsa.

Tak hanya mahir memanah, pasukan jemparing juga harus tinggi kemampuan ilmu kanuragan-nya.
panah mataraman tubagus ali mustofa panah mataraman2 gamelan panahan para pemanah muda jemparingan ilmu kanuragan latihan hadiah
Kiri-kanan: Tubagus Ali Mustofa (Gus Mus), pembina Padepokan Jemparingan Dewondanu tengah membidik sasaran; Gus Mus, demikian ia akrab disapa juga merupakan ahli membuat berbagai senjata pusaka termasuk jemparing (panah).