by Yohanes Sandy 02 October, 2015
Resor Termahal di Belitung
Oleh Reza Idris
Arumdalu, resor termewah di Belitung, tak cuma ingin melebur dengan alam, tapi juga turut merawatnya.
Posisinya menyempil di selatan pulau, sekitar 79 kilometer dari pusat kota. Untuk menjangkaunya, saya berkendara selama kurang lebih satu jam dengan melewati kampung-kampung nelayan, menyusuri jalan batu dan tanah, menembus hutan. Resor terlihat terisolasi. Tak ada bangunan lain di sekitarnya, kecuali hanya pepohonan atau bebatuan granit yang berserakan di pantai.
Di kawasan hening Kecamatan Membalong, Arumdalu Private Resort memang berpendar tanpa pesaing. Properti ini merupakan wadah ideal bagi mereka yang ingin menikmati privasi dan relaksasi. Di seantero pulau, penginapan yang diresmikan pada akhir 2014 ini juga belum memiliki kompetitor. Arumdalu hingga kini merupakan resor termewah dan termahal di Belitung.
Betapa Belitung sudah jauh berubah. Awalnya tersohor lewat kisah anak-anak miskin yang haus pendidikan, pulau ini sekarang merupakan destinasi pantai yang semangat memikat pelancong, termasuk mereka yang berkocek tebal. Tapi Arumdalu tak ingin sekadar dipuji atas jasanya mengangkat standar kemewahan di Belitung. Resor ini juga hendak merintis tren positif bisnis hotel yang ramah lingkungan.
Di atas lahan masif seluas 45 hektare, Arumdalu menampilkan 10 vila berdesain kontemporer yang masing-masingnya dihubungkan oleh jalan setapak. Semua bangunan dirancang menghadap laut turkuois dan pantai seputih terigu. “Kami ingin membangun ‘rumah’ privat yang membaur dengan alam,” kata sang pemilik, Agus Soepramono.
Sejatinya bukan cuma membaur dengan alam. Agus agaknya juga ingin propertinya menghargai alam. Menggandeng arsitek Realrich Sjarief dari firma DOT Workshop, pengusaha asal Purwokerto ini menerapkan sejumlah kaidah “hijau” guna mereduksi efek buruk bisnis properti pada bumi. Aplikasinya bisa ditemukan pada banyak aspek. Seluruh vila di sini misalnya, dirangkai dari materi ramah lingkungan. Sementara air buangan vila disaring, dibersihkan, kemudian dipakai untuk menyirami taman.
Guna menjaga kesuburan taman, Arumdalu menggunakan pupuk berbahan rumput laut. Agar konsumsi bahan bakar bisa dihemat, hampir 60 persen lahan resor ditanami sayur dan buah guna memasok kebutuhan Sahang Restaurant, gerai F&B satu-satunya di resor. Kita bisa menemukan mangga, buah naga, selada, juga ketumbar.
Kompleks ini dirancang terbuka, hingga memudahkan tamu menyerap pemandangan, merasakan deru angin, mencium bau laut. “Sesekali kita bisa menyaksikan monyet atau tupai berkeliaran di sekitar resor. Kami berusaha tidak mengganggu habitat mereka,” ujar Mivtah Armandiyansah, Marketing Officer.
Layaknya “resor hijau,” sejumlah ornamen modern dilucuti. Kolam privat memang tersedia di vila, tapi televisi raib, begitu pula sinyal telepon, sementara koneksi internet hanya terpasang di bangunan resepsi. Di kala malam, satu-satunya “polusi suara” adalah orkestra jangkrik dan tokek.
Meski minim fitur hiburan, bukan berarti tidak menyenangkan. Pengelola telah menyiapkan sejumlah aktivitas menarik yang sejalan dengan visi resor untuk berkontribusi pada lingkungan. Umpamanya: kelas membatik; kursus memasak bersama Executive Chef Antonius Labona; serta tur ke Pulau Seliu dan menangkap kepiting rajungan.
“Di sini kami ingin memaksimalkan pengalaman tamu hidup bersama alam,” tambah Mivtah. Sejumlah ide kreatif juga tengah disiapkan. Sang pemilik berencana menggarap akomodasi inovatif berupa kamar portabel yang bisa dikerek di mana saja dan kapan saja sesuai pesanan tamu. “Nantinya kamar ini bisa ditempatkan di atas pohon atau di tengah laut,” ujar Agus. Jl. Batu Lubang, Membalong, Belitung; 0816-807-389; arumdalubelitung.com; mulai dari Rp10.000.000 per malam, full-board.
Dipublikasikan perdana di majalah DestinAsian Indonesia edisi Sep/Okt 2015 (“Belitung Bijak”)