by Cristian Rahadiansyah 13 April, 2021
Rene Mayer: ‘Saat ini, kami fokus menggarap pasar domestik’
Maret 2021, Grup Hyatt melantik Rene Mayer sebagai Cluster Director of Sales & Marketing untuk tiga properti Hyatt di Bali, yakni Grand Hyatt Bali, Hyatt Regency Bali, serta Andaz Bali. Yang terakhir ini baru diresmikan pada 9 April 2021 sebagai properti Andaz pertama di Indonesia.
Rene punya rekam jejak 20 tahun di industri perhotelan. Pria asal Jerman ini pernah mengabdi untuk beragam properti ternama, termasuk Kempinski Frankfurt, Fairmont Bali, serta Grand Hyatt Abu Dhabi. Berikut petikan wawancara dengannya:
Apa yang paling Anda sukai dari bekerja di Bali?
Saya pernah menetap dan bekerja di Bali sebelum bergabung dengan Hyatt. Menurut saya, manusia dan budaya Bali adalah yang terbaik di dunia.
Ron Nomura, pendahulu Anda, memberi saran khusus untuk Anda?
Dia memberi nasihat yang sederhana sekaligus penting. Dia meminta saya untuk menjaga tim dengan baik, dan setelah tiga bulan bekerja di sini, saya bisa memahami alasannya. Saya memiliki tim yang solid dan loyal. Bagi saya, ini adalah aset terpenting bagi seorang pemimpin untuk bergerak maju dan menggapai tujuan.
Apa perbedaan antara Grand Hyatt Bali, Hyatt Regency Bali, dan Andaz Bali?
Tiap merek Hyatt punya ciri khasnya masing-masing. Grand Hyatt melayani tamu yang ingin menyelami kemegahan, yang dalam konteks Bali diwujudkan dalam desain megah yang terinspirasi istana air. Untuk Hyatt Regency, kemewahannya lebih tersamar, dan di Bali, kemewahan ini melebur harmonis dalam atmosfer Sanur yang santai dan karismatik. Sementara Andaz menggabungkan karakter lingkungan sekitarnya ke dalam properti demi memberikan pengalaman imersif kepada para tamu. Di Andaz Bali, kami menawarkan tafsir modern atas desa tradisional Bali, membuat tamu merasa jadi bagian dari komunitas lokal.
Strategi Anda untuk mengembalikan kepercayaan pada sektor pariwisata dan perhotelan?
Saat ini, kami fokus menggarap pasar domestik, menawarkan paket staycation dan rapat. Kami juga menerapkan protokol kesehatan dan kebersihan dengan ketat, demi memastikan tamu merasa tenang dan nyaman. Tentunya, kami juga telah menyiapkan strategi pemulihan, yang akan dieksekusi segera setelah perbatasan dibuka. Dengan adanya rencana zona hijau dan bergulirnya vaksinasi massal di Bali, saya melihat tanda-tanda positif, seraya berharap masa depan yang lebih cerah untuk sektor pariwisata dan perhotelan.
Ini waktu yang berat untuk memasarkan hotel, terutama hotel baru. Andaz Bali akan menjadi tantangan terbesar Anda?
Ini memang periode yang sulit, tapi saya lebih melihat pembukaan Andaz Bali sebagai proyek yang menarik untuk memperkenalkan merek baru ke Indonesia. Andaz Bali adalah properti Andaz pertama di Indonesia, juga resor Andaz pertama di Asia. Orang-orang selalu bersemangat menyambut sesuatu yang baru, dan Andaz Bali menawarkan sesuatu menyegarkan sekaligus akrab dan nyaman.
Harapannya, perbatasan Bali akan kembali dibuka setelah cukup banyak warga divaksinasi. Menurut Anda, negara mana yang harus diprioritaskan untuk skema travel bubble?
Saya tidak berada dalam posisi untuk memilih negara yang diprioritaskan untuk travel bubble. Kendati begitu, negara-negara yang telah mengambil tindakan yang diperlukan, mulai dari penerapan protokol kesehatan hingga vaksinasi, sepatutnya merasa percaya diri untuk membuka kembali pintu perjalanan ke Bali.
Dunia wisata akan berubah dibandingkan era sebelum pandemi?
Pastinya. Pandemi berdampak besar pada dunia perjalanan. Kita sudah melihat bagaimana aturan keamanan yang lebih ketat diterapkan di hotel dan bandara, dan saya juga melihat peluang ‘kartu vaksin’ diberlakukan di masa depan. Namun begitu, saya yakin dunia sudah lama merindukan kabar baik dan kembali bepergian. Seperti yang telah dibuktikan berkali-kali di masa lalu, Bali memiliki kekuatan dan hasrat untuk bangkit dari masalah. Saya percaya pada akhirnya Bali akan tetap menjadi pulau surgawi yang dicintai dunia.