Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pertumbuhan Pariwisata Indonesia 2024 dan Ekspetasi untuk 2025

Pertumbuhan pariwisata sepanjang 2024. (Foto: iStock/Oleh_Slobodeniuk)

Setelah dua tahun bergulat dengan dampak pandemi, sektor pariwisata Indonesia menunjukkan kebangkitan yang signifikan sepanjang 2024.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kunjungan wisman hingga November 2024 mencapai 12,66 juta. Angk ini merupakan yang tertinggi dalam lima tahun terakhir dan meningkat 20,17% dibandingkan tahun sebelumnya. Australia, Tiongkok, dan Singapura menjadi tiga negara penyumbang wisatawan terbesar, sementara pasar baru seperti India menunjukkan pertumbuhan yang menjanjikan.

Dengan pencapaian ini, pemerintah optimistis mampu mencapai target kunjungan 14–16 juta wisman pada 2025.

Plt Deputi Bidang Pemasaran Kementerian Pariwisata Ni Made Ayu Marthini menyebut kenaikan ini tidak lepas dari berbagai inisiatif pemasaran, seperti World Travel Market London, serta kampanye Wonderful Indonesia di Kanada, Australia, dan Tiongkok.

Selain itu, program pemasaran wisata desa seperti Beti Dewi dan Senandung Dewi turut mendorong pergerakan wisatawan Nusantara (wisnus) hingga mencapai 920 juta perjalanan, naik 22,81 persen dibanding 2023.

Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional pun meningkat menjadi 6,8%, didukung promosi gencar dan penyelenggaraan acara internasional seperti ASEAN Summit dan MotoGP di Mandalika.

Bali dan popularitasnya yang berujung overtourism

Overtourism di Bali. (Foto: iStock/DKart)

Sebagai destinasi primadona di Indonesia, Bali mencatat kunjungan wisman sebesar 4.749.449 pada periode Januari-September 2024, meningkat 20,94% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Wisatawan asal Australia mendominasi dengan148.131 kunjungan, diikuti Tiongkok dengan 41.002 kunjungan dan India sebanyak 40.422 kunjungan (melansir dari berbagai sumber).

Namun, popularitas Bali membawa dilema, tak lain tak bukan karena overtourism. Kemacetan parah di kawasan Canggu saat Tahun Baru 2024 dan lonjakan limbah plastik di Ubud dan Kuta menjadi bukti nyata dampak dari kenaikan kunjungan yang masif ini.

Isu tersebut muncul seiring dengan maraknya opini bahwa Bali mulai kehilangan daya tariknya sebagai destinasi wisata.

Sebagai respons, pemerintah setempat memberlakukan kebijakan seperti pajak turis dan pembatasan kunjungan ke area sensitif seperti Nusa Penida. Meski menuai pro dan kontra, kebijakan ini diharapkan menjaga kelestarian dan keberlanjutan Bali untuk tahun-tahun mendatang.

“Wisatawan harus mulai diajak mengeksplorasi destinasi lain yang tidak kalah menarik. Keberlanjutan pariwisata Indonesia sangat bergantung pada pengelolaan yang baik, termasuk penanganan overtourism,” ujar Ni Luh, Kepala Dinas Pariwisata Bali.

Pengembangan lima Destinasi Super Prioritas (DPSP) sebagai alternatif Bali

Saat ini, pengembangan lima Destinasi Super Prioritas (DPSP): Mandalika, Borobudur, Labuan Bajo, Likupang, dan Danau Toba, menjadi fokus utama pemerintah.

Mandalika mencatat lonjakan kunjungan sebesar 45% berkat penyelenggaraan MotoGP. Borobudur pun membatasi jumlah pengunjung harian untuk menjaga kelestarian situsnya.

Namun, tantangan tetap ada. Danau Toba masih menghadapi polusi air, sementara Likupang bergumul dengan aksesibilitas terbatas. Pemerintah terus berinvestasi dalam infrastruktur dan pelatihan sumber daya manusia (SDM) untuk menjawab tantangan tersebut.

BPS mencatat kunjungan ke lima DPSP ini mengalami peningkatan sepanjang 2024, dengan rincian sebagai berikut:
– Danau Toba
Triwulan I 3,33% | Triwulan II 4,98%
– Borobudur Triwulan I 5,06% | Triwulan II 5,71%
– Mandalika Triwulan I 2,05% | Triwulan II 2,70%
– Labuan Bajo Triwulan I 2,17% | Triwulan II 1,66%

Melirik wilayah Timur sebagai destinasi selain Bali
Seiring meningkatnya isu overtourism di Bali dan DPSP yang tengah dikembangkan, destinasi lain lebih dari layak untuk dilirik.

Di Papua, ada surga-surga kecil yang patut dikunjungi, mulai dari Raja Ampat yang menawarkan pesona bawah laut yang menakjubkan. Di sekitarnya ada Arborek Village, Piaynemo, Cape Kri, Wayag Island yang memikat. Sementara itu, Wamena menarik wisatawan dengan budaya Suku Dani yang autentik.

Di Maluku, Ambon dan Kepulauan Banda menjadi surga bagi penyelam dan pecinta sejarah kolonial. Ada Ambon Bay, Ora Beach, Pintu Kota Beach, Manusela National Park. Bahkan destinasi seperti Wakatobi di Sulawesi Tenggara dan Bukit Lawang di Sumatera Utara kini menjadi alternatif menarik bagi wisatawan yang mencari pengalaman berbeda.

Keindahan Ambon. (Foto: iStock/Kele Project)

Memasuki 2025, pemerintah menargetkan 14-16 juta kunjungan wisman dengan fokus promosi pada destinasi non-Bali.

Di samping itu, keberlanjutan tetap menjadi tantangan utama. Edukasi wisatawan untuk berperilaku baik, penguatan regulasi, serta pengelolaan kualitas destinasi secara komprehensif diharapkan mampu menjawab tantangan tersebut, sehingga target kunjungan dapat tercapai dan kelestarian objek wisata masih terjaga.

Indonesia memiliki segala potensi untuk menjadi destinasi wisata kelas dunia yang tak hanya menarik dan lestari secara budaya dan lingkungan. Dengan kolaborasi pemerintah, pelaku industri, dan wisatawan, Indonesia dapat menjadi model pariwisata berkelanjutan yang menginspirasi kawasan Asia Tenggara.