Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Negara yang Paling Bergantung Pada Uang Liburan Anda

Dunia mencatatkan statistik pariwisata yang paling suram sejak periode pasca-Perang Dunia II. Atau lebih tepatnya, sejak statistik pariwisata dicatat oleh World Tourism Organization (UNWTO), lembaga PBB yang didirikan pada 1974.

Per 20 April, akibat pandemi Covid-19, seluruh destinasi memberlakukan restriksi wisata. Di antara mereka, 97 destinasi menutup sebagian atau seluruh perbatasannya. Sementara 65 destinasi membekukan penerbangan internasional, kecuali untuk keperluan repatriasi, kargo, atau tenaga medis.

10 Negara Penerima Kunjungan Turis Asing Terbanyak di 2018

Sumber: diolah dari data World Tourism Organization.

Semua itu berbuah susutnya arus turis. Pada kuartal pertama 2020, angka kunjungan wisatawan defisit 67 juta dibandingkan periode yang sama di 2019. Jika diuangkan, menurut UNWTO, nilai kerugiannya mencapai $80 miliar—setara ongkos mengirim empat astronaut ke bulan.

Dan bencana itu masih berlanjut. UNWTO memperkirakan grafik kunjungan akan susut drastis hingga 80 persen di 2020. Akibat turunannya melebar ke banyak lini. Populasi pengangguran bakal meroket. Beberapa perusahaan, termasuk maskapai dan biro perjalanan, terancam bangkrut. Target Sustainable Development Goals (SDGs) mesti direvisi.

Tentu saja, ada variasi dampak di tiap negara. Membaca statistik, negara-negara maju mengalami kehilangan pendapatan yang paling monumental. Prancis, Spanyol, dan Amerika Serikat adalah tiga negara yang membukukan kunjungan turis asing terbanyak di 2018. Kini, ketiganya menderita defisit turis paling telak. 

10 Negara Peraih Belanja Turis Asing Terbesar – 2018

Sumber: diolah dari data World Tourism Organization.

Kendati begitu, pukulan yang diderita negara maju tidak sampai menghancurkan seluruh sendi perekonomian. Di sana, pariwisata adalah sektor yang vital, tapi bukan yang paling vital. Negara maju masih menyimpan sumur pendapatan dari sektor-sektor lain.

Kasusnya berbeda dari negara-negara yang menyandarkan hidupnya pada pariwisata. Maladewa misalnya, menjala 32 persen kas nasionalnya dari sektor pariwisata. Devisa dari belanja turis di sini bahkan mencapai 84 persen dari total nilai ekspor. Tanpa turis, Maladewa ibarat bernapas di udara yang tipis. Lemas dan gontai.

Kondisi genting serupa menimpa Aruba dan Seychelles—dua negara di mana pariwisata menyumbang lebih dari 25 persen PDB nasional. Dampak kronis juga bisa dilihat di St. Lucia dan Bahamas, di mana devisa turis menembus 85 persen dari total nilai ekspor. Bisa disimpulkan, negara kepulauan kecil menjadi korban paling parah akibat hiatusnya liburan. 

10 Negara dengan Proporsi PDB Terbesar dari Pariwisata – 2019

Sumber: diolah dari data Statista, World Travel & Tourism Council.

Khusus bidang tenaga kerja, daftar negara yang paling terdampak sedikit berbeda. ESTA (Electronic System for Travel Authorization) pernah mengukur jumlah lapangan kerja yang tercipta dari kunjungan turis asing. Bangladesh berada di posisi puncak dengan mencatatkan 944 lapangan kerja per 100 turis. Di peringkat kedua, ada India, disusul oleh Pakistan dan Venezuela. Negara-negara ini memiliki potensi lebih besar mengalami peningkatan jumlah pengangguran akibat sepinya turis. 

Dibandingkan negara-negara di atas, Indonesia juga menderita, walau bukan yang terparah di tingkat global. Jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata Indonesia mencapai 13 juta jiwa, hampir 10 persen dari total tenaga kerja. Kembali merujuk ESTA, di sini ada 33 lapangan kerja yang tercipta per 100 turis.   

Pada kuartal pertama 2020, Indonesia mencatatkan defisit 2,2 juta kunjungan turis asing dibandingkan periode yang sama pada 2019. Penurunan ini lebih parah dua kali lipat dibandingkan triwulan pertama. Pada April 2020, dari 15 bandara yang didata BPS, delapan di antaranya tak menerima seorang pun turis, sedangkan tujuh sisanya secara kumulatif memeriksa hanya 735 paspor asing.

10 Negara dengan Jumlah Lapangan Kerja Terbanyak Per 100 Turis – 2018

Sumber: diolah dari data ESTA, Knoema, World Bank.

Berdasarkan survei yang dilakukan UNWTO, pemulihan pariwisata akan dimulai pada kuartal empat 2020. Pelesir domestik akan menjadi motor awalnya, sembari menanti pintu-pintu perbatasan dibuka. Tentu saja, skenario itu tergantung pada kecepatan peneliti menemukan vaksin.

Mungkin tak kuat menanti, banyak negara memutuskan mencuri start. Dari Eropa hingga Asia, puluhan negara telah mengendurkan PSBB sekaligus menerapkan rezim new normal. Restoran dan bar kembali menerima tamu. Objek-objek wisata dibuka bertahap sejak pertengahan Mei.

Di Eropa, pemulihan pariwisata lebih agresif. Sejumlah tapal batas Schengen telah dibuka melalui skema travel corridor. Beberapa negara mengizinkan turis asing hanya dari negara tetangga atau negara dengan profil risiko serupa. Jerman misalnya, sudah membuka pos imigrasinya bagi wisatawan Inggris, Islandia, dan Liechtenstein sejak 15 Juni. Sementara Finlandia mengizinkan lalu lintas manusia dengan Norwegia, Denmark, dan Estonia.

10 Negara dengan Proporsi Pendapatan Pariwisata Terbesar Terhadap Ekspor – 2019

Sumber: diolah dari data World Tourism Organization.

Demi mendorong pariwisata domestik, sejumlah negara juga memberikan subsidi liburan kepada warga. Jepang berencana memberi korting kebutuhan trip hingga ¥20.000 per orang. Belgia akan membagikan 10 tiket kereta gratis kepada setiap penduduk. Sementara Thailand menjanjikan diskon kamar dan tiket pesawat. Vaksin belum ditemukan, tapi resistensi sudah dimulai. Cristian Rahadiansyah

Show CommentsClose Comments

Leave a comment

0.0/5