post

Majalah travel premium berbahasa Indonesia pertama

DestinAsian Indonesia

<figure id="attachment_68145" aria-describedby="caption-attachment-68145" style="width: 800px" class="wp-caption aligncenter"><img loading="lazy" decoding="async" class="wp-image-68145 size-full" src="https://backend.destinasian.co.id/id/wp/wp-content/uploads/Tembok-Toleransi-2012.jpg" alt="" width="800" height="533" srcset="https://backend.destinasian.co.id/id/wp/wp-content/uploads/Tembok-Toleransi-2012.jpg 800w, https://backend.destinasian.co.id/id/wp/wp-content/uploads/Tembok-Toleransi-2012-300x200.jpg 300w, https://backend.destinasian.co.id/id/wp/wp-content/uploads/Tembok-Toleransi-2012-768x512.jpg 768w" sizes="auto, (max-width: 800px) 100vw, 800px" /><figcaption id="caption-attachment-68145" class="wp-caption-text">Tembok Toleransi (2012) merupakan salah satu karya seni Agus Suwage yang juga hadir dalam pameran The Theater of Me. (Foto: Museum MACAN)</figcaption></figure>
[dropcap]M[/dropcap]useum Macan menanggap pameran survei Agus Suwage dari 4 Juni-15 Oktober 2022. Pameran bertajuk<a href="https://www.museummacan.org/exhibition/agus-suwage-the-theater-of-me"> The Theater of Me</a> ini menampilkan 80 karya—termasuk instalasi, patung, dan lukisan—buatan 1990-an hingga karya baru. Menurut siaran pers museum, beberapa karya ini belum pernah diperlihatkan kepada publik. 
Suwage, alumni ITB, memulai kariernya sebagai desainer grafis, lalu beralih menjadi seniman di Yogyakarta. Pameran tunggal perdananya digelar pada 1995 di Cemeti Yogyakarta. Setahun berselang, dia berpameran solo di luar negeri untuk pertama kalinya, di Brisbane.
Untuk pameran di Museum Macan, potret diri akan menjadi salah satu fokus utama. Sang artis memang kerap mengeksplorasi dirinya sebagai subjek sekaligus objek dalam karya. Lewat pendekatan artistik ini, Suwage memperlihatkan kontradiksi identitas dalam konteks sosial yang beragam.
<figure id="attachment_68143" aria-describedby="caption-attachment-68143" style="width: 800px" class="wp-caption aligncenter"><img loading="lazy" decoding="async" class="wp-image-68143 size-full" src="https://backend.destinasian.co.id/id/wp/wp-content/uploads/Toys-S-Us-2003.jpg" alt="" width="800" height="533" srcset="https://backend.destinasian.co.id/id/wp/wp-content/uploads/Toys-S-Us-2003.jpg 800w, https://backend.destinasian.co.id/id/wp/wp-content/uploads/Toys-S-Us-2003-300x200.jpg 300w, https://backend.destinasian.co.id/id/wp/wp-content/uploads/Toys-S-Us-2003-768x512.jpg 768w" sizes="auto, (max-width: 800px) 100vw, 800px" /><figcaption id="caption-attachment-68143" class="wp-caption-text">Toys ’S’ Us (2003) mengajak anak-anak dari berbagai usia untuk membuat karya dari dalam rumah. (Foto: Museum MACAN)</figcaption></figure>
“Anda akan menjumpai karya saya dalam berbagai fase penting,” kata Suwage, “seperti seri potret diri dan eksplorasi terhadap memori, ketakutan, keterasingan, mimpi, identitas manusia, dan humor.”
The Theater of Me juga menonjolkan karya buatan 90-an. Seperti banyak seniman di generasinya, Suwage berkembang pesat di dekade penutup Orde Baru, menghasilkan sejumlah karya emas berlatar sosial politik. 
<figure id="attachment_68146" aria-describedby="caption-attachment-68146" style="width: 800px" class="wp-caption aligncenter"><img loading="lazy" decoding="async" class="wp-image-68146 size-full" src="https://backend.destinasian.co.id/id/wp/wp-content/uploads/Instalasi-Pameran-Agus-Suwage.jpg" alt="" width="800" height="533" srcset="https://backend.destinasian.co.id/id/wp/wp-content/uploads/Instalasi-Pameran-Agus-Suwage.jpg 800w, https://backend.destinasian.co.id/id/wp/wp-content/uploads/Instalasi-Pameran-Agus-Suwage-300x200.jpg 300w, https://backend.destinasian.co.id/id/wp/wp-content/uploads/Instalasi-Pameran-Agus-Suwage-768x512.jpg 768w" sizes="auto, (max-width: 800px) 100vw, 800px" /><figcaption id="caption-attachment-68146" class="wp-caption-text">Instalasi pameran tunggal milik Agus Suwage dibuka mulai 4 Juni hingga 15 Oktober. (Foto: Museum MACAN)</figcaption></figure>
“Pengalamannya menetap di Jakarta pada akhir 90-an, di mana dia menyaksikan dan mengalami gejolak politik dan pergolakan sosial menjelang Kerusuhan Mei ‘98, berpengaruh penting dalam perkembangannya sebagai seniman,” ujar Direktur Museum Macan Aaron Seeto, yang juga bertindak sebagai kurator The Theater of Me.  
Mendampingi pameran, Museum Macan menanggap program Melirik Lirik Orkes Tunggal. Pihak museum menantang anak-anak menulis lirik untuk melodi yang diramu oleh Suwage. Lirik terbaik akan dipilih untuk ditampilkan per bulannya sepanjang pameran. —<a href="https://destinasian.co.id/?s=Aisha+Amira">Aisha Amira</a>

Museum Macan Gelar Pameran Agus Suwage