by Karina Anandya 27 February, 2020
Museum Macan Gelar Dua Pameran Besar
Sambut awal tahun, Museum Macan resmi menggelar dua pameran besar, yakni seni pertunjukan Melati Suryodarmo, dan seni video Manifesto karya Julian Rosefeldt. Akan berlangsung kurang lebih tiga bulan, mulai 28 Februari hingga 31 Mei 2020, ekshibisi ini merupakan kerja sama antara Museum Macan dengan Art Gallery of New South Wales, Sydney, Australia dan Octagon Studio.
Menurut Direktur Museum Macan, Aaron Seeto, seni pertunjukan dan seni video adalah fondasi dari praktik seni kontemporer. Pihaknya merasa bangga dapat menampilkan karya-karya dua perupa penting ini untuk masyarakat Indonesia. Selain itu, kedua pameran tersebut dapat memberikan ruang berdialog baru tentang praktik seni kontemporer yang disajikan melalui cara-cara yang relatif baru.
Melati Suryodarmo adalah salah satu seniman Indonesia yang dikenal dengan karya-karyanya yang menantang fisik dan berdurasi panjang. Praktiknya banyak dipengaruhi oleh seni teater tari Butoh, studinya di Jerman dan tradisi Jawa. Why Let the Chicken Run? merupakan pameran tunggal perdana Melati Suryodarmo di dalam museum. Menampilkan 12 karya pertunjukan pilihan sang seniman selama lebih dari 20 tahun, termasuk pertunjukan yang berdurasi antara 15 menit hingga 12 jam.
Beberapa di antaranya adalah Why Let the Chicken Run? (2001), di mana sang seniman akan mengejar seekor ayam jantan hitam di area galeri, menyimbolkan proses manusia dalam mengejar hal-hal yang ia inginkan dalam hidup; Exergie Butter Dance (2000), hingga karya berdurasi 12 jam yang berjudul I’m A Ghost in My Own House (2012). Saat penampilan istimewa ini berlangsung, museum akan dibuka lebih lama, mulai pukul 09:00 hingga 21:00. Selama periode pameran, pengunjung juga dapat menikmati pertunjukan yang akan ditampilkan oleh seniman yang telah dilatih khusus oleh Melati.
Bersamaan dengan pameran Melati Suryodarmo, Museum Macan juga menampilkan pameran perdana Julian Rosefeldt: Manifesto di Indonesia. Merupakan instalasi multimedia dengan 13 layar yang menayangkan 13 peran berbeda yang dibawakan oleh aktris pemenang penghargaan Oscar, Cate Blanchett. Seluruhnya merupakan monolog yang dibentuk dari kolase manifesto para perupa dari abad ke-20, termasuk tulisan kaum Futuris, Dadais, perupa Fluxus, Suprematis, Situasionis, Dogme 95 dan kelompok perupa lainnya, serta hasil renungan para perupa individual, arsitek, penari dan pembuat film.
Baca juga: Edisi Kedua Art Moments Jakarta; Pameran Leonardo Da Vinci di Museum Bank Mandiri
Dengan menyusun ulang gagasan-gagasan ini, Rosefeldt memberikan penghormatan terhadap tradisi manifesto perupa, juga menegaskan peran penting perupa dalam masyarakat masa kini.
Menariknya lagi, Museum Macan juga telah merancang program edukasi interaktif bernama Kolase Pikiran. Sehingga pengunjung dapat menyusun ulang kata dan frasa dalam pernyataan yang ada dalam Manifesto untuk membuat “manifesto” mereka sendiri. Selain itu, Museum Macan juga telah mempersiapkan beragam beragam program menarik: Wicara Seniman bersama Melati Suryodarmo, Kuliah Terbuka dengan Julian Rosefeldt, Debat Terbuka, hingga Lokakarya Montase Video.
Informasi selengkapnya, kunjungi Museum Macan.