by Adeng Bustomi 22 March, 2018
Menembus Sisi Gelap Tasikmalaya
Oleh Adeng Bustomi
Ada banyak gua di wilayah Tasikmalaya, dan belum semuanya terpetakan. Sejak 2007, baru 491 gua yang telah ditelusuri, salah satunya Gua Walet yang berlokasi di Desa Mekarjaya, sekitar 30 kilometer dari pusat kota Tasikmalaya. Gua horizontal yang berada di ketinggian 329 meter dari permukaan laut ini memiliki tiga pintu. Interiornya ditaburi stalagmit dan stalaktit, serta dihuni banyak lorong dengan pasokan air yang berlimpah.
Untuk mengarungi Gua Walet, pengunjung biasanya hanya dialokasikan waktu tiga jam oleh operator setempat, Penggiat Caving Tasikmalaya. Sepanjang perjalanan, pemandu akan menjelaskan tentang zona-zona di rahim gua, proses pembentukan gua, serta aneka fosil yang terpatri pada dinding-dinding gua.
Seperti gua karst umumnya, Gua Walet memiliki fungsi vital dalam ekosistem. Satwa yang mendiami gua ini berperan sebagai penyerbuk alami bagi sejumlah tumbuhan. Selain itu, kawasan karst di mana Gua Walet berada merupakan sumber air bagi warga sekitar. Di medan batu gamping yang penuh pori ini, air hujan langsung merembes perut bumi, lalu mengalir di sungai-sungai bawah tanah.
Gua Walet juga telah merekah jadi aset wisata lokal. Banyak petualang berdatangan untuk menikmati keindahan di interiornya. Memanfaatkan gua untuk memikat turis tentu saja bukan praktik yang baru di Indonesia. Negeri dengan kawasan karst seluas 154.000 kilometer persegi dikaruniai begitu banyak gua. Di Gunungkidul, Pacitan, dan Maros misalnya, tur-tur gua telah menjadi mesin uang bagi penduduk sekitar.
Adeng Bustomi
Setelah tiga tahun bekerja untuk Radar Banten, pada 2013 Adeng bergabung dengan Antara, sembari menyambi sebagai kontributor untuk sejumlah media dan agensi foto, antara lain AFP dan EPA. Adeng lahir di Tasikmalaya dan mengambil gelar sarjananya dari Universitas Serang Raya.