by Reza Idris 24 May, 2013
Mendaki Taman Bumi di Bali
Oleh Reza Idris
Foto oleh Putu Sayoga
Batur bukan gunung terpopuler di Bali. Tapi, sejak akhir 2012, ia punya alasan kuat untuk menjadi favorit wisatawan. Sidang komite Global Geopark Network (GGN) pada 19-21 September di Portugal menetapkan gunung di timur laut Bali itu, termasuk kawasan di sekitar kalderanya yang terbentuk sekitar 22 ribu tahun silam, sebagai situs Geopark pertama di Indonesia. Digarap bersama oleh UNESCO dan GGN, “jaringan taman bumi” ditujukan untuk mengembangkan area-area dengan warisan geologis yang fenomenal dalam kerangka pariwisata yang berkelanjutan.
Dalam bahasa yang sederhana, kawasan berpredikat Geopark boleh dikembangkan untuk memikat pelancong, namun aspek edukasi dan konservasi wajib diperhatikan. Di sinilah kita bisa berlatih melakoni prinsip ekowisata yang sejati: tak meninggalkan apa pun kecuali jejak, tak mengambil apa pun kecuali foto.
Penginapan
Bertengger di atas bukit, Lake View Hotel & Restaurant (Jl. Raya Penelokan, Batur Tengah, Kintamani; 0366/525-25; lakeviewbali.com; doubles mulai dariRp847.000) adalah salah satu lokasi terbaik untuk menyaksikan dua obyek utama Batur: gunung dan danau. Teras yang menghadap langsung kedua obyek tersebut bisa ditemukan di kamar nomor 308. Akomodasi yang dirintis pada 1964 ini awalnya hadir dengan konsep homestay. Awal tahun depan, guna merayakan status baru Batur sebagai Geopark sekaligus memperingati ulang tahun hotel ke-50, Lake View berencana mengganti konsepnya menjadi eco lodge. Konsep penginapan yang lebih mewah bisa dinikmati di The Ayu Kintamani (Jl. Puri Bening, Toya Bungkah, Kintamani; 0366/522-22; theayu.com; mulai dari Rp.1.375.000). Berjarak hanya 10 menit dari titik pendakian Gunung Batur, properti ini menyuguhkan panorama yang mengagumkan dari lima vilanya. Masing-masingnya dilengkapi ruang tamu, dapur, serta kolam renang dan jacuzzi. Jika ingin berada lebih dekat lagi dengan Danau Batur, Toya Devasya (Jl. Puri Bening, Toya Bungkah, Kintamani; 0366/51204; toyadevasya.com; tenda isi dua orang mulai dari Rp900.000) memiliki solusinya: kamping. Ide ini mungkin terdengar ekstrem. Tapi tak perlu cemas, sebab pengelola telah menyiapkan sejumlah fitur hotel agar tamu tak perlu merasa sedang berkelana bersama tim Mapala. Kamar mandi dan restoran tersedia. Di dalam tenda, tamu bisa memilih antara sleeping bag atau matras.
Belanja
Seiring tumbuhnya pariwisata, bisnis suvenir kian subur di Batur, salah satunya berwujud kerajinan kayu. Proses pembuatannya bisa dilihat di Raka Rai (Desa Serokadan, Bangli; 0813-3873-7499). Menggunakan bahan kayu albasia, para pemahat memproduksi aneka kerajinan, mulai dari patung hingga piring. Berhubung kayu makin sulit didapat, sejumlah pemahat melirik bambu sebagai bahan suvenir. Di Kerajinan Bambu Ratu Bali (Jl. Raya Bangli, Desa Kayubihi, Kintamani; 0812-399-4597), I Nyoman Seragam memajang karya-karyanya, di antaranya bingkai foto, garpu dan sendok, serta patung khas Bali.
Aktivitas
Paket trekking ditawarkan banyak hotel di kawasan Batur. Tapi Anda juga bisa memesannya langsung di operator, salah satunya Bali Sukawana Tour (0813-3872-5846; balisukawanatour.com). Sebelum matahari terbit, Anda akan diajak menelusuri rute sepanjang empat kilometer yang mengular di lanskap hijau. Pastikan memakai sepatu dengan sol yang kuat agar daya cengkeram optimal.
Makan & Minum
Bebek goreng dan babi guling bersaing sebagai menu terpopuler di Ubud. Tapi di Batur, gelar tersebut sepertinya dipegang oleh mujair menyatnyat, ikan mujair rebus yang direndam dalam santan. Menu ini bisa ditemukan di Grand Puncak Sari (Jl. Penelokan, Kintamani; 0366/510-73). Untuk koktail, andalannya adalah punther punch dan puncak sari sling, arak bali yang dicampur sari buah ceri. Masih mengandalkan bahan mujair, Flamboyant Resto & Bar (Jl. Puri Bening,Toya Bungkah, Kintamani; 0366/522-22) di area resor Ayu Kintamani menawarkan dua opsi area makan: lahan terbuka atau area privat berkapasitas 20 kursi. Salah satu menunya yang wajib dicoba adalah mujair basket, yakni mujair bakar atau goreng dengan sambal goreng.
Dipublikasikan perdana di majalah DestinAsian Indonesia edisi Mei/Juni 2013. (“Taman Bumi“)