by Karina Anandya 05 February, 2018
Memahami Wine Buatan Bali
Wawancara oleh Karina Anandya
Awal menekuni bisnis wine?
Tadinya hanya sekadar hobi, namun saat saya kembali ke Indonesia pada 2000, saya menyadari bahwa kesukaan saya terhadap wine dapat memperluas network kerja.
Mengapa menekuni bidang ini?
Almarhum Bondan Winarno—“Kepala Suku,” begitu kami menyebutnya—mendorong saya untuk menulis dan mengadakan kelas wine appreciation. Kemudian saya dilirik oleh pemerintah Prancis dan diberi kesempatan untuk mempelajari wine selama lima tahun di sana. Setelah itu negara-negara produsen anggur lainnya seperti Austria, Argentina, Chili hingga Italia juga menawarkan kesempatan yang sama. Saya lalu mulai serius banting setir ke dunia wine pada 2008—setelah sekian lama berkecimpung di ranah IT—setelah buku saya yang berjudul Rahasia Wine resmi mendapatkan predikat Best Wine Education Book in The World 2007 oleh Gourmand Award di London. Nekat, memang, namun ini keputusan terbaik yang pernah saya ambil.
Kesulitan terbesar selama menekuni bidang ini?
Harga wine yang mahal. Untuk mempelajari dan mencicipi beragam wine, saya membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Potensi bisnis wine di Indonesia, khususnya Bali?
Sangat bagus. Sejak pertengahan tahun 90-an, Hatten Wines, pelopor produksi wine lokal, berhasil menggerakkan sebuah industri yang sangat maju. Sampai saat ini, ada lima produsen wine lokal, termasuk Sababay Winery yang kian berkembang berkat permintaan pasar yang terus membesar.
Sababay Winery memiliki kebun sendiri?
Sababay Industry mendapatkan suplai anggur dari petani lokal di Buleleng, Bali. Menggagas konsep corporate farming, Sababay menerapkan kemitraan eksklusif untuk mendirikan kilang anggur Sababay di daerah Gianyar, Bali.
Varietas anggur yang digunakan?
Sababay menggunakan anggur jenis Alphonse Lavallée dan Muscat. Di negara empat musim, anggur jenis ini hanya dipanen sekali setahun, namun di tanah Buleleng bisa panen tiga kali. Meski demikian, perkebunan Sababay tetap memanen dua kali dalam setahun untuk menjaga kualitas.
Cita rasa wine yang digemari masyarakat Indonesia?
Orang Indonesia cenderung menyukai rasa wine yang manis dengan kadar alkohol rendah. Dalam iklim yang cenderung panas, sensasi manis lebih mudah diserap dan dapat dipadukan dengan makanan lokal.