Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kota Transit Terpopuler di Slovakia

Bojnice Castle, kastel berusia 900 tahun yang jadi objek wisata andalan di Bojnice.

Oleh Cristian Rahadiansyah
Foto oleh Muhammad Fadli

Bojnice: kota bersahaja yang akrab dan karismatik. Ini tipe kota yang akan Anda singgahi sejenak, namun mampu meninggalkan memori yang membekas panjang, layaknya mimpi yang singkat tapi selalu terngiang. Dan dalam “mimpi” saya, ada sosok Martina Lekyr. Anggun, langsing, dan semampai, Martina seperti model yang dicomot dari papan reklame Swarovski. Dengan jarinya yang lentik, dia menuangkan wine ke gelas saya. Wine dari botol yang menampilkan foto wajahnya sendiri.

Martina seorang priayi. Dia mengelola pabrik anggur di selatan Slovakia, lalu menjajakan hasilnya di Bojnice. “Saya ingin memperkenalkan wine lokal kepada pengunjung kota ini,” ujarnya.

Di restorannya, simbol ningrat keluarganya masih terukir di plafon. “Status bangsawan sebenarnya sudah lama dihapuskan di Slovakia,” sambung Martina, “tapi kami masih memeliharanya dalam lingkup internal keluarga.” Saya menyimak kata-katanya dengan gugup. Ini pertama kalinya saya disuguhi wine oleh seorang Raden Ajeng asal Eropa.

Kiri-kanan: Martina dan Michal Lekyr, pengusaha wine dan pemilik hotel, Bojnicky Vinny Dom; wine, salah satu komoditas andalan di Bojnice.

Saya singgah di Bojnice dalam ekspedisi road trip melintasi Slovakia dari timur ke barat. Terletak di jantung negeri, kota mungil ini adalah titik transit yang populer bagi pelancong. Di sini, tamu umumnya berpelesir sejenak, menginap semalam di penzion (istilah lokal untuk motel), kemudian meluncur ke kota lain keesokan harinya.

Saya datang di musim dingin. Di luar periode kunjungan turis ini, Bojnice adalah kota yang sepi, dan sepertinya sudah terbiasa dengan sepi. Populasinya sekitar 5.000 jiwa, cukup ditempatkan di satu kolom tribune Gelora Bung Karno. Atmosfernya akrab. Semua orang seperti sudah saling mengenal. Meniti bulevar kota, saya berpapasan dengan keluarga-keluarga yang sedang bercengkerama dan anak-anak yang bermain skateboard. Di ujung taman, sebuah kastel menjulang gagah menusuk langit.

Dalam istilah lokal, Bojnice lazim disebut “podhradie.” Terjemahan bebasnya: “kota yang merekah di kaki kastel.” Kota semacam ini tersebar di seantero negeri. Slovakia mengoleksi lebih dari 100 kastel, dan tiap kastel bertindak layaknya patron yang mengayomi sebuah permukiman. Martina dan keluarganya adalah sisa-sisa dari babad monarki tersebut.

Lanskap kota Bojnice dilihat dari kastel.

Tentu saja, kunjungan ke Bojnice tak lengkap tanpa bertamu ke Bojnice Castle. Catatan pertama tentang bangunan ini bertitimangsa 1113. Awalnya bertubuh kayu, bangunan ini dirombak menjadi istana batu pada abad ke-13. Sosoknya menawan bak istana dalam dongeng-dongeng tua. “Karena itulah kami menjulukinya Istana Disney,” ujar seorang warga lokal.

Dituntun seorang wanita yang berparas dingin, saya menyusuri interior kastel. Katanya, Bojnice Castle kerap disewa untuk pesta pernikahan. Fakta yang janggal sebenarnya. Membuka riwayatnya, Bojnice Castle sesungguhnya simbol tragis dari cinta yang kandas. Syahdan, pria pemilik kastel, Jan Frantisek Palfi, dijodohkan dengan seorang wanita yang sangat muda. Demi membahagiakan calon istrinya itu, dia mendandani Bojnice Castle dalam gaya gotik-romantis. Sayang, sebelum proyek cinta itu rampung, Palfi justru sakit-sakitan, kemudian meninggal, sementara pujaan hatinya menikahi pria lain.

Persis di samping kastel terdapat kebun binatang tertua di Slovakia, magnet wisata lain di Bojnice. Inilah tempat terbaik untuk melihat satwa lokal yang paling terkenal: brown bear. Ada tiga ekor beruang di kebun binatang ini. Ukurannya kalah gemuk dari grizzly, tapi lebih tambun dari beruang madu. Selain beruang, koleksinya yang menarik adalah dua ekor gajah hasil sumbangan Muammar Gaddafi di masa ketika Slovakia dikuasai rezim komunis.

Kiri-kanan: Interior Bojnice Castle; kapel privat di Bojnice Castle.

Hari beranjak gelap dan Bojnice berangsur menjadi kota mati. Gerbang kastel telah ditutup, beruang-beruang pulas terlelap, dan jalan-jalan kota nyaris hampa sepenuhnya. Mengintip jendela sebuah bar, saya menemukan hanya empat orang di dalamnya, tiga di antaranya pramusaji. Bojnice begitu sunyi hingga batuk saya seolah bergema ke seantero kota.

Satu-satunya tempat yang masih ramai manusia di kala malam adalah kolam-kolam pemandian air panas. Slovakia mengandalkan wisata kesehatan, dan Bojnice adalah salah satu destinasi utamanya. Tapi jangan membayangkan wellness retreat di sini menyerupai Como Shambhala atau MesaStila. Kata pemandu saya, “wellness” di Slovakia sesungguhnya mirip “lingkaran setan.”

“Tujuannya bukan untuk sehat,” ujarnya. “Wellness di sini berarti berendam di air panas, menenggak bir dan berdansa sepanjang malam, kemudian menemui terapis esok harinya untuk mengeluhkan nyeri sendi agar punya alasan baru untuk berendam kembali di air panas.”

Saya mampir di salah satu kolam pemandian air panas. Pertama-tama, saya diminta memasuki ruang ganti baju yang sempit di mana semua orang bertelanjang bulat. Berjalan menuju loker dengan perasaan risi, saya menyelipkan tubuh di antara kakek bugil yang sedang membungkuk dan seorang remaja yang tengah merenggangkan tubuhnya. Ini pertama kalinya saya berjarak begitu dekat dengan pantat dan kemaluan dua orang pria, dalam waktu yang bersamaan.

Brown bear di Bojnice Zoo, kebun binatang tertua di Slovakia.

Selama sejam, saya berendam dalam air panas, membiarkan tubuh dipijat semburan air berbau belerang. Bersandar pada dinding kolam, saya menatap langit di ujung musim dingin, menikmati malam hening di kota transit yang mengoleksi hanya sedikit objek wisata, tapi menjanjikan pengalaman yang berkesan.

Dipublikasikan perdana di majalah DestinAsian Indonesia edisi Januari/Februari 2017 (“Kaki Kastel”).

Show CommentsClose Comments

Leave a comment

0.0/5