by Karina Anandya 09 November, 2018
Kiprah Microsoft Indonesia di Sektor Pariwisata
Di bawah komando CEO Satya Nadella, Microsoft agresif mengembangkan komputasi awan (cloud computing). Pergeseran itu tak cuma membuat Microsoft lebih luwes melintasi platform, tapi juga lebih memudahkannya dalam meracik beragam solusi di beragam bidang, termasuk di sektor pariwisata. Di industri perhotelan misalnya, cloud Microsoft kerap dipakai untuk meracik terobosan yang membuat hotel lebih cerdas, mulai dari mengelola lahan parkir hingga menganalisis selera tamu.
Kebijakan itu juga terlihat di Indonesia, di mana Microsoft menyediakan solusi cloud untuk membantu instansi pemerintahan dan perusahaan. Mulia Dewi Karnadi, Chief of Partner Officer & Director of Small Medium-Corporate Segments Microsoft Indonesia, menjelaskan progresnya.
Di bawah Satya Nadella, Microsoft mengusung misi “memberdayakan setiap orang dan organisasi untuk mencapai lebih.” Bagaimana menerjemahkannya di Indonesia?
Kami memiliki tiga ambisi besar di 2018, yakni membangun platform cloud yang paling cerdas; meningkatkan produktivitas dan proses bisnis; serta membuat kompu tasi yang lebih personal. Bersama para mitra, kami berkomitmen membantu pelanggan melalui kekuatan inovasi dan teknologi. Strategi kami adalah berfokus pada transformasi digital untuk memungkinkan kesuksesan pelanggan dan mendengarkan kebutuhan mereka.
Sektor pariwisata juga menjadi fokus kerja di Indonesia?
Di Indonesia, kami telah menyentuh hampir semua industri, termasuk sektor publik dan jasa keuangan. Tahun ini, fokus kami adalah sektor pariwisata dan Horeka [hotel, restoran, katering]. Sejalan dengan misi perusahaan, kami memastikan solusi kami terjangkau, tidak peduli seberapa besar atau kecil pelanggan kami. Tahun ini pula, kami akan berfokus pada analitis dan IoT [Internet of Things]. Kami ingin memastikan teknologi kami relevan di seluruh industri, termasuk perhotelan. Tujuan kami demokratisasi komputasi awan, membuatnya mudah dan tersedia secara global.
Apa yang sudah dilakukan untuk mengampanyekan tawaran tersebut kepada pelaku industri pariwisata?
Selama lebih dari 23 tahun Microsoft telah bermitra dengan pemerintah Indonesia, termasuk dalam mencari solusi dan teknologi yang mendorong sektor pariwisata. Microsoft juga telah bekerja sama dengan para mitra untuk memberikan edukasi mengenai teknologi untuk meningkatkan bisnis perhotelan, misalnya solusi smart building dalam mengurangi konsumsi penggunaan energi.
Bagaimana Microsoft menghadirkan teknologi untuk sektor pariwisata bagi pelanggan di Indonesia?
Melalui mitra-mitra kami, beberapa teknologi Microsoft, termasuk solusi cloud kami, Azure, sudah dimanfaatkan oleh hotel-hotel di Indonesia. Salah satu mitra kami, Realta, menggunakan Azure untuk menciptakan beragam solusi, misalnya untuk menganalisis data transaksi secara aktual dan mengelola sistem reservasi yang terintegrasi.
Baca juga: 3 Peran Concierge Hotel; Pusat Open Trip di Indonesia
Indonesia hanya memiliki segelintir hotel yang masuk kategori ramah lingkungan. Penyebabnya kurangnya pengetahuan atau harga teknologinya terlampau mahal?
Sebetulnya hotel yang masuk kategori ramah lingkungan di Indonesia sudah cukup banyak. Kriteria penilaian hotel ramah lingkungan meliputi antara lain kebijakan pengelolaan bahan baku dan produk, efisiensi energi dan air, manajemen limbah, dan lain-lain. Kendati begitu kami melihat banyak teknologi saat ini belum terkait langsung dengan prinsip-prinsip ramah lingkungan. Teknologi kerap masih dipakai semata untuk meningkatkan bisnis.
Adakah teknologi yang dikembangkan khusus hotel yang berada di daerah rawan bencana alam?
Teknologi Microsoft untuk hotel semacam itu adalah Azure Site dan Azure Backup Recovery. Keduanya bisa digunakan untuk membantu hotel menyimpan data di Azure cloud.
Untuk perusahaan kecil atau rintisan, adakah solusi untuk mendapatkan teknologi dengan harga yang terjangkau?
Solusi-solusi dari Microsoft seperti Dynamics 365 dirancang untuk memenuhi sistem integrasi industri hospitality, termasuk hotel dan biro perjalanan, dengan harga yang terjangkau. Di Indonesia, solusi perhotelan yang ditawarkan mitra kami, Realta, juga memiliki alternatif yang sangat terjangkau.
Tahun ini, pemerintah menargetkan 100 kota akan dijadikan smart city. Seberapa sukar sebenarnya mewujudkan ambisi itu?
Kami melihat sejumlah kendala yang mengakibatkan tersendatnya proses realisasi. Misalnya investasi yang besar. Citiasia Center for Smart Nation menyebutkan total nilai investasi kota cerdas di seluruh Indonesia bisa mencapai $400 miliar. Tantangan lainnya adalah infrastruktur yang berlapis. Untuk menciptakan sebuah kota cerdas, tahapannya dimulai dengan pembangunan infrastruktur dasar, salah satunya pembangunan jaringan kabel serat optik untuk penyediaan internet. Tahap berikutnya adalah pembangunan pusat pengolahan data. Setelahnya, pemerintah bisa melanjutkan pengembangan dengan memasukkan dan mengolah data kota yang didapat dari sensor, aplikasi, atau lainnya. Semua itu butuh waktu yang relatif lama dan kesiapan dari berbagai pihak.
Kota mana saja yang sudah menerapkan Microsoft CityNext, dan seperti apa hasilnya?
Microsoft CityNext merupakan sebuah program yang bertujuan memberdayakan kota agar lebih berkelanjutan, makmur, dan inklusif. Di Prancis terdapat program mobil listrik Autolib’ dengan konsep “sharing” yang diterapkan di Paris dan 63 kota sekitarnya demi mengurangi kemacetan dan polusi, serta memberi masyarakat opsi transportasi yang lebih fleksibel. Proyek ini ditangani oleh perusahaan IER dengan memakai sistem berbasis Windows Embedded. Mereka menghubungkan 72 kios registrasi, 850 kios sewa, lebih dari 4.300 stasiun pengisian, dan 2.300 sistem dalam mobil ke infrastruktur back-end berbasis Microsoft SQL Server dan Windows Server. Dengan sistem ini, Paris dapat mengurangi emisi karbon dioksida sebesar 75 metrik ton. Contoh lainnya di Auckland. Lembaga Auckland Transport berencana meningkatkan infrastruktur transportasi kota yang tidak lagi efisien. Untuk mengelola proyek yang kompleks seperti City Rail Link senilai NZD2,4 miliar, pemerintah lokal bermitra dengan penyedia layanan LeapThought untuk mengimplementasikan Fulcrum, solusi berbasis Microsoft SharePoint Server. Dengan ini, Auckland Transport berhasil menghemat NZD3 juta dalam 10 tahun pertama.
Di Indonesia, pengguna internet menembus 140 juta. Di sektor pariwisata, hanya beberapa perusahaan yang benarbenar memanfaatkan solusi teknologi. Apa problemnya?
Saya rasa pernyataan di atas tidaklah tepat. Survei Online Travel Agency 2018 yang dila kukan oleh DailySocial menunjukkan 71,44 persen responden pernah menggunakan layanan OTA untuk keperluan reservasi tiket atau hotel dalam enam bulan terakhir, sementara 83,95 persen responden menggunakan smartphone untuk mengakses layanan OTA. Sebenarnya sudah banyak pemain industri pariwisata di Indonesia yang melihat potensi digital. Kepala Dinas Pariwisata Yogyakarta Aris Riyanta mengatakan, Yogyakarta memiliki banyak lokasi wisata yang bisa dikategorikan sebagai destinasi digital. Desa-desa wisata yang relatif maju di sana juga umumnya sudah mempromosikan produk wisatanya secara digital. Contohnya Desa Wisata Nglanggeran yang sejak 2014 menjual paket wisata perayaan tahun baru lewat media sosial. Dalam dua hari sudah terjual.
Dipublikasikan perdana di majalah DestinAsian Indonesia edisi Oktober/Desember 2018 (“Fokus Kami Adalah Transformasi Digital”)