by Cristian Rahadiansyah 07 February, 2019
Kabar dari Timur
Indonesia Timur bukan semata terminologi geografis yang dibatasi zona waktu. Timur mengandung pula makna sosial: mewakili perbedaan ras, kesenjangan ekonomi, juga perasaan senasib, yakni nasib sebagai daerah yang dianaktirikan oleh derap pembangunan. Dalam konteks berbeda, Timur juga mewakili sebuah enigma. Ada begitu banyak pulau di sini yang terus menjadi misteri: sukar dijangkau, digerayangi hutan, didiami suku-suku pedalaman. Namanya terpampang di atlas, juga Google Map, tapi kita tidak tahu banyak tentangnya. Tempat-tempat ini jarang diberitakan media dan tidak memiliki media untuk memberitakan dirinya sendiri. Mereka tidak terdengar dan tidak bersuara.
Tapi kini ada satu orang dari Barat yang bercerita tentang Timur. Dia mendengarkan dan membiarkan mereka bersuara. Fatris MF, penulis asal Sumatera Barat, berkunjung ke delapan pulau dan menuangkan kisah perjalanannya dalam Kabar dari Timur. Melalui 11 tulisan, dia memperkenalkan kita pada, antara lain, legiun pemburu paus di Lamalera, kaum penenun di Larantuka, keturunan tapol di Buru, peracik kopi di Kelimutu, hingga pedagang cenderawasih di Kobror.
Baca juga: Desa Pemuja Padi; Pintu Pertama Masuknya Islam ke Indonesia; Elegi Tanah Rempah
Bunga rampai terbitan 2018 ini memuat kisah-kisah perjalanan dari 2011-2016. Semuanya pernah diterbitkan di media, walau versi di buku sebenarnya berbeda. Fatris memasang tulisan orisinal yang lebih panjang dan belum tersentuh tangan redaktur yang mesti berkompromi dengan kuota halaman dan profil pembaca. Dengan itu pula, kita bisa menikmati gaya narasi Fatris yang hakiki: nada Melayu yang melankolis, refleksi di banyak paragraf, pertanyaan-pertanyaan jeda yang mengajak kita merenung, serta dialog renyah dari perjumpaan-perjumpaan yang tak direncanakan.
Dipublikasikan perdana di majalah DestinAsian Indonesia edisi Januari/Maret 2019 (“Tabir Timur”).