by Yohanes Sandy 18 August, 2015
Hotel Bergaya Indocina di Bintan
Teks dan foto oleh Reza Idris
Layaknya resor di Bintan, Sanchaya membidik weekender asal Singapura dan Johor. Tapi properti ini sejatinya punya karakter unik yang membuatnya mudah disukai pelancong domestik. Tampilan fisiknya memikat sekaligus langka untuk standar Indonesia: kombinasi harmonis antara arsitektur kolonial dengan sentuhan desain Vietnam, Myanmar, dan Thailand.
Sanchaya bermukim di Lagoi, zona wisata seluas 23 ribu hektare yang digarap bersama oleh pemerintah Indonesia dan Singapura. Kawasan ini dihuni sejumlah properti mewah dan dilengkapi fasilitas yang mumpuni. Club Med, Angsana, dan Banyan Tree adalah beberapa merek yang sudah lama menancapkan kukunya di sini. Siap menyusul dalam waktu dekat, Alila.
Dilengkapi ruang-ruang rapat berukuran megah, resor-resor tersebut turut melambungkan pamor Lagoi sebagai seteru terdekat Nusa Dua dalam menjala wisatawan maupun pelaku MICE internasional. Saya datang dengan menaiki feri dari Pelabuhan Tanah Merah, Singapura. Mendarat di Terminal Bandar Bentan Telani, saya langsung melakoni proses check-in di pelabuhan, selanjutnya meluncur dengan mobil selama 10 menit menuju resor. Sanchaya menempati lahan seluas sembilan hektare yang menghadap perairan Selat Singapura. Salah satu lahan paling fotogenik di Bintan.
Kisahnya dimulai tujuh tahun silam. Sang pemilik, Natalya Pavchinskaya, yang berdomisili di Singapura, kerap berpelesir ke Bintan tiap akhir pekan. Kepincut pada sebidang lahan di pesisir yang dipayungi nyiur, alumni Moscow University itu memutuskan mendirikan “rumah” liburannya sendiri. Sanchaya resmi diluncurkan pada tahun lalu dan hingga kini merupakan satu-satunya anggota Small Luxury Hotels of the World di Bintan.
Menyewa P49 Deesign, firma yang pernah menggarap Ritz-Carlton Muscat dan Rimba Jimbaran, Natalya mengaplikasikan gaya arsitektur yang membuat resornya berjarak dari para tetangga. Tamu akan disuguhi ruang-ruang yang terinspirasi kebudayaan Asia Tenggara. Ruang bertema Thailand memancarkan aksen kayu berwarna terang. Sedangkan ruang bertema Myanmar dan Vietnam bermain-main dengan warna-warna gelap yang lembut. Di Indonesia, tak banyak properti yang memadukan desain warisan penjajahan dengan pesona Indocina. “Kami mencoba mengemas diversitas budaya Asia menjadi seni mosaik yang harmonis,” ujar Anshuman Narayan, Estate Manager.
Resor ini menawarkan 21 vila dan sembilan suite yang ditata menatap hamparan pasir putih dan laut turkuois. Lahan yang megah memungkinkannya menyediakan area akomodasi yang lapang. Vila terbesarnya, Vanda Villa Presidential, memiliki luas 240 meter persegi dan menaungi empat kamar. Sementara suite terbesarnya memiliki luas impresif 90 meter persegi. Seluruh tipe suite disebar di lantai dua The Great House, bangunan utama berbentuk leter F yang bersarang persis di jantung kompleks resor.
Bersaing dengan merek-merek global di kawasan Lagoi, Sanchaya juga menaruh perhatian ekstra pada kualitas servis. Tiap stafnya ditempa oleh British Butler Institute, sekolah butler papan atas yang pernah disewa oleh properti elite sekaliber The Ritz London dan Four Seasons Firenze.
Berhubung jumlah kamarnya hanya 30 unit, Sanchaya mampu menerapkan pola pelayanan yang intim. “Staf menyapa tamu dengan menyebut nama mereka,” ujar Anshuman. “Dengan begitu mereka merasa seperti di rumah sendiri.”
Fasilitas andalan resor ini antara lain The Salon & Library yang menampung aneka wine vintage; serta The Bar yang meracik aneka koktail dan teh artisan. Di lantai dasar The Great House terdapat restoran The Dining Room. Restoran lainnya, Tasanee Grill, diletakkan di dekat kolam renang sepanjang 50 meter. Kedua dapurnya disupervisi oleh Peter Marx, koki asal Swedia yang pernah mengabdi untuk Claridge’s Hotel London. Usai sesi santap, jangan lewatkan sesi minum teh di teras The Great House yang menghadap pantai.
Lot B4, Lagoi Bay Village, Bintan Resort Lagoi, Bintan, Kepulauan Riau; 0771/482-711; thesanchaya.com; mulai dari Rp10.270.000.
Dipublikasikan perdana di majalah DestinAsian Indonesia edisi Juli/Agustus 2015 (“Bintang Bintan”)