by Myranda Fae 23 May, 2025

Eksplorasi Sejarah dan Imajinasi di Tiga Pameran Baru Museum MACAN
Museum MACAN kembali menghadirkan pengalaman visual yang menggugah lewat pameran seniman asal Jepang, Kei Imazu, bertajuk The Sea is Barely Wrinkled, yang berlangsung mulai 24 Mei hingga 5 Oktober 2025.
Pameran ini menjadi refleksi puitik sekaligus kritis terhadap sejarah, mitologi, dan kerentanan ekologis kawasan pesisir Jakarta.
Begitu melangkah ke ruang pamer, pengunjung akan langsung disambut instalasi langit-langit berselimut kain voil berwarna biru, dengan teknik pencahayaan yang cermat, membentuk atmosfer menyerupai permukaan bawah laut. Elemen visual ini merespons tema utama pameran yang terinspirasi dari novel The Sea is Barely Wrinkled karya Italo Calvino, serta simbol-simbol dari mitologi lokal seperti Nyi Roro Kidul yang muncul sebagai metafora kekuatan alam dan spiritualitas maritim.
Berakar pada riset panjang Kei Imazu sejak kunjungannya ke Indonesia pada 2018, pameran ini menggali narasi sejarah Sunda Kelapa sebagai pelabuhan utama dari era pra-kolonial hingga masa VOC. Salah satu peristiwa yang diangkat adalah tenggelamnya kapal Batavia di tahun 1628, yang dalam karya Imazu ditafsirkan sebagai peringatan atas ambisi kolonial yang tumbang oleh alam. Imazu merefleksikannya dengan berbagai kejadian masa kini seperti ancaman ekologis seperti banjir, penurunan tanah, dan krisis pesisir di Jakarta.
Lewat pendekatan visual yang menyerupai ‘peta waktu’, Imazu mengajak pengunjung untuk menelusuri masa lalu dan masa depan secara bersamaan.
Pameran ‘Pointing to The Synchronous Windows‘ dan Ruang Seni Anak Museum MACAN Adi Sundoro: GORENGAN Bureau
Selain Kei Imazu, beberapa perupa Indonesia dan internasional turut memamerkan karya di Museum MACAN dalam Pointing to The Synchronous Window, banyak di antaranya dipamerkan untuk pertama kalinya kepada publik. Pameran ini mengeksplorasi keterkaitan dinamis antara tubuh dan ruang hidup dengan berbagai dimensi kehidupan seperti sosial, budaya, psikologi, bahasa, kosmologi, dan spasial. Melalui karya seniman ternama dari Indonesia dan mancanegara seperti Ed Ruscha, Affandi, Ay Tjoe Christine, Yayoi Kusama, hingga Lucio Fontana, pameran ini mengajak pengunjung untuk melihat tubuh dan ruang bukan sebagai sesuatu yang statis, melainkan sebagai entitas yang aktif dan saling terjalin.
Sementara itu, Ruang Seni Anak Museum MACAN menghadirkan instalasi partisipatif berjudul GORENGAN Bureau karya Adi Sundoro, yang terinspirasi dari kehidupan urban dan semangat kolaborasi komunitas.
Instalasi ini mengubah ruang galeri menjadi ‘kantor kependudukan kreatif’, di mana anak-anak diajak menjadi warga kota aktif melalui berbagai aktivitas interaktif, seperti memetakan kota impian menggunakan cap dan grid, mengarsipkan mimpi dalam bungkus gorengan, serta menerima kartu identitas sebagai simbol peran mereka dalam masyarakat. Kedua pameran ini menyoroti pentingnya keterlibatan individu dalam ruang dan komunitas, baik melalui seni maupun pengalaman bermain yang edukatif.
Ketiga pameran di atas berlangsung mulai 24 Mei – 5 Oktober 2025 bersamaan dengan instalasi Infinity Mirrored Room ciptaan Yayoi Kusama yang menggambarkan realita tak berbatas.