by Cristian Rahadiansyah 05 December, 2021
Checking in: Mamaka by Ovolo
Hotel baru, merek baru, semangat baru. Mamaka by Ovolo mungkin sesuatu yang diperlukan Kuta saat ini. Di tengah kelesuan pariwisata, hotel ini tak cuma nekat membuka perdana pintunya, tapi juga menawarkan konsep hospitality yang cukup berani.
Siapa pemiliknya?
Di Indonesia, Mamaka adalah properti pertama dari Ovolo, grup yang dirintis pada 2002. Pemilik grup ini, Girish Jhunjhnuwala, seorang pengusaha India kelahiran Hong Kong, memasuki industri perhotelan usai menjual bisnis onderdil arloji warisan keluarganya. Kini, portofolionya berisi 13 properti di tiga negara.
Mamaka sebenarnya sudah beroperasi sejak November 2020. Namun, akibat gelombang ganas Covid, hotel ini terpaksa melakukan “hibernasi” beberapa bulan. Usai grafik kasus melandai pada kuartal keempat 2021, Mamaka mulai aktif kembali, seiring meningkatnya pergerakan turis domestik.
Di mana lokasinya?
Alamatnya di Jalan Pantai Kuta, salah satu jalur tersibuk di Bali sebelum pandemi. Lokasinya persis menghadap pantai, terpisah sekitar 500 meter dari mal Beachwalk.
Walau berstatus pendatang baru, gedungnya tak sepenuhnya baru. Mamaka menempati bangunan peninggalan Citadines Kuta. Kecuali dalam hal struktur, bekas-bekas mantan penghuninya tak tersisa. Rasa dan tampilan bangunan ini sudah dirombak total.
Proses transformasinya itu ditangani oleh Ara Design, firma yang berpusat di London dan memiliki kantor cabang di Bali. Firma ini pernah menangani beragam properti, termasuk Andaz London, Westin Ubud, serta Hyatt Moscow.
Seperti apa desainnya?
Di serambi hotel terdapat padmasana (tempat berdoa). Di puncak bangunan, ada restoran beratap ilalang. Di luar itu, Mamaka sangat minim elemen klasik Bali. Hotel ini agaknya lebih fokus mengeksplorasi desain kontemporer.
Contohnya yang kentara ialah permainan warna. Hampir semua varian dasar dalam kotak krayon dipakai, baik pada struktur, mebel, ataupun ornamen. Di kamar umpamanya, karpet belang merah-hijau bersanding dengan sofa pirus dan bantal jingga. Di restoran, lampu gantung kuning menerangi kursi ungu dan hijau. Dalam hal estetika visual, Mamaka kadang terasa lebih cocok ditempatkan di Seminyak ketimbang Kuta.
Hotel ini juga mencoba jenaka, lewat permainan kata. Botol sabun Sensatia Botanicals dilapisi kalimat “ain’t no scrub,” sementara botol sampo ditulisi “right hair right now.” Jika ingin staf tata graha membersihkan kamar Anda, cukup pasang markah bertuliskan “my room needs some affection.”
Sentuhan atraktif lainnya datang dari Punk Me Tender. Tahun lalu, seniman asal Los Angeles ini diboyong ke Bali untuk menghidupkan interior hotel dengan objek khasnya: kupu-kupu. Kreasinya terpajang dalam bentuk instalasi di lobi, mural di elevator, hingga ornamen neon di restoran.
Dalam hal servis, apa yang spesial?
Ovolo dicanangkan sebagai grup waralaba dengan rasa butik—”standar ganda” yang kian populer beberapa tahun belakangan. Semua hotelnya membidik segmen muda, atau setidaknya mereka yang berjiwa muda. Namun begitu, setiap properti memiliki fleksibilitas dalam meramu desain dan layanan.
Di Bali, pakem itu diterjemahkan lewat sejumlah eksperimen servis. Di sore pertama menginap misalnya, tamu akan dihampiri “bar gerobak” yang meracik koktail langsung di depan pintu kamar. Di restoran, persis di seberang tulisan “eat, sleep, rave, repeat,” DJ Angela rutin hadir untuk menghidupkan suasana makan—di jam sarapan!
Kata Joel Bartlett, General Manager Mamaka, Grup Ovolo juga berniat menawarkan kepraktisan kepada tamu. Untuk layanan dasarnya, tak ada lagi bea-bea tambahan. Tarif kamar sudah inklusif sarapan, penatu, hingga kelas yoga dan fasilitas sepeda.
Bagaimana dengan kamarnya?
Dalam gedung lima lantai, Mamaka mengoleksi 191 kamar. Luasnya mulai dari 25 meter persegi. Dibandingkan beberapa hotel tetangga, ukurannya lebih kecil (The Stones mulai dari 32 meter persegi, Pullman Kuta 42 meter persegi), tapi tarifnya lebih murah.
Ada lima kategori kamar. Sejalan dengan visualnya yang ngepop, nama tipe kamarnya cukup eksentrik: Bali High, Kokomo, Summer Garden Terrace, Swagger, serta Top Gun. Khusus tipe termewah, fitur andalannya meliputi kulkas retro Smeg, speaker Marshall, serta balkon atau teras privat.
Mamaka juga menyiapkan empat kamar untuk tamu yang membawa hewan peliharaan—tawaran yang cukup langka di Bali. Kata staf hotel, idenya muncul saat pandemi. Banyak orang ingin menginap jangka panjang, tapi cemas menitipkan kucing atau anjingnya.
Terakhir, tawaran restorannya?
Street 32, restoran utama hotel, terletak di muka lobi. (Pilih kursi di lantai dua untuk melihat laut.) Di jam sarapan, menu eggs benedict layak dicoba, sementara big breakfast lebih pas sebelum berselancar atau bersepeda. Khusus makan siang atau malam, pramusaji mungkin akan merekomendasikan nasi goreng dengan lidah sapi, walau pappardelle pasta juga patut dicicipi.
Street 32 juga dihuni kafe OPG (One Pink Goat). Di sini, biji-biji kopi asal Tanamera diracik memakai mesin Espresso Deck yang dipesan khusus dari Sydney, lalu disajikan dalam cangkir jambon buatan Kevala.
Restoran kedua hotel berlokasi di atap bangunan, persis bertetangga dengan kolam renang. Pada minggu pertama Desember, namanya belum dilansir dan dapurnya belum beroperasi penuh, tapi tempat ini sudah populer untuk menonton sunset di ufuk Kuta. Kabarnya, Executive Chef Nic Philip akan mulai rutin memasak di sini menjelang Natal.
Jl. Pantai Kuta No.32, Kuta, Bali; 0361/8496-500; ovolohotels.com; mulai dari Rp650.000