Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Checking In: Anantara Ubud Bali Resort

Forest View Suite Anantara Ubud Bali Resort

Sejak pertama kali diumumkan akan dibuka di Ubud dan mendapat first sight Anantara Ubud Bali Resort, saya tak sabar untuk menanti kapan resor ini akan dibuka. Setelah sempat mengalami penundaan pembukaan beberapa kali, resor ini akhirnya buka pada 1 Oktober 2024 lalu.

Di awal Maret 2025, akhirnya saya bisa menginap di sana. Butuh waktu setidaknya 2 jam perjalanan darat dari Bandara Ngurah Rai Bali untuk sampai ke Anantara Ubud Bali Resort. Dari Bali yang ingar bingar sampai jalanan yang sepi dan hutan asri dengan pepohonan yang rapat dan jalan kecil yang hanya muat satu mobil.

Namun di sini saya melihat perbedaan street ethic warga lokal dengan kondisi pengemudi di kota besar yang saya alami setiap hari. Tak ada road rage yang terdengar saat mereka harus mengalah dan memberi jalan kepada kendaraan lain. Malahan senyum yang tersungging dari bibir mereka.

Anantara Ubud Bali Resort terletak bersandingan dengan perumahan warga, namun seperti halnya resor-resor lainnya, dari pintu gerbang sampai ke lobi masih cukup jauh jika berjalan kaki.

Kedatangan saya langsung disambut dengan suara gamelan elektronik, gamelatron Tirta Swara buatan komposer Aaron Taylor Kuffner. Ada lima gending Bali yang akan dilantunkan di jam-jam tertentu sembari diiringi gemericik air. Proses check-in bisa dilakukan di dua area, area check-in dan juga lobby lounge. Sehelai gelang benang tridatu yang melambangkan cinta dan perlindungan diikatkan ke tangan sebagai sebuah ritual penyambutan.

Anantara Ubud Bali Resort – Pool Villa
Jungle Inclinator

Sayangnya saat saya datang, puncak Gunung Agung masih malu-malu menampakkan wajahnya karena tertutup awan tebal. Padahal, kemunculannya yang megah menjadi sebuah panggung teater tersendiri dari tempat ini. Semoga esok cuacanya lebih baik, khususnya saat matahari terbit dengan cahaya kemerahannya yang menghambur ke Gunung Agung dan hamparan gunung-gunung lainnya.

Lobby Anantara Ubud Bali Resort ini memang berada di lantai yang tinggi sehingga memungkinkan melihat gunung dari ketinggian. Ini jugalah yang membuat saya harus naik inclinator atau lift miring untuk menuju ke vila yang ada di bawah.

Ada dua inclinator, south dan north yang harus dioperasikan oleh staf dan bisa digunakan 24 jam. Sebenarnya ada juga ada manual yang bisa dipanjat, namun melihat ketinggian dan kemiringannya yang mencapai 55 derajat membuat saya berpikir ulang untuk ‘sok fit’ naik tangga. Hanya saja, Anda harus bersabar untuk menunggu inclinatornya.

Anantara Ubud Bali Resort dibangun di sebuah lahan yang bertingkat seperti layaknya lahan perbukitan. Anda bisa melihat pondasi beton vila yang berdiri sejajar untuk menopang bangunan villa agar sejajar. Selain itu, pemandangan hutan yang luar biasa juga bakal terlihat seiring inclinator yang bergerak naik atau turun.

Vila saya terletak ‘di lantai bawah’ Setiap ‘lantai’ vilanya memiliki jalan beton panjang yang akan membawa Anda ke vila masing-masing. Resor ini memiliki 85 kamar dengan 50 kamar suite dan viewnya masing-masing. Sedangkan vilanya sendiri ada 14 vila antara 1 dan 2 kamar tidur.

Two Bedroom Pool Villa –
Kolam renang memanjang
Anantara Ubud Bali Resort Villas Swimming Pool

Vila yang saya tempati memiliki 1 kamar tidur dengan tipe one bedroom. Vilanya sendiri cukup luas dengan ruang tamu yang menghadap ke arah hutan, kamar mandi yang luas dengan bathtub dan shower berpintu kaca sehingga yang menghadap ke sebuah taman mini di bagian samping.  Ada juga walk-in closet di sebelahnya dengan kaca besar setinggi tubuh, item yang paling dicintai perempuan.

Antara satu area dengan yang lainnya saling terhubung, bukan cuma dengan akses pintu kayu dengan ukiran Bali tapi juga dengan jendela kecil di atas headboard yang terhubung dengan wastafel. Area televisi di dekat king size bed yang empuk dan menghadap kolam renang mini ini bisa ‘dilipat’ dan dibuka sesuai kebutuhan. Bahkan jika tubuh Anda cukup tinggi, saat berendam di bathtub, Anda juga bisa menonton tv dari kamar tidur.

Balkon mini di bagian luarnya langsung berhubungan dengan kolam renang yang tak terlalu lebar tapi cukup panjang. Cukup untuk bersantai atau berenang santai di sore hari. Kolam renang ini juga memiliki akses langsung dari kamar tidur. Hanya saja, jangan hanya bersantai di kolam vila, main poolnya di public space-nya juga jadi hal yang harus dicoba karena menggunakan air hangat.

Desain kamar bergaya modern, sentuhan Bali terasa dari ukiran-ukiran kayu dan lukisan yang dipasang di ruang tamunya.

Bahan Baku Lokal Petani Bali

Resor ini memiliki berbagai outlet untuk memuaskan rasa lapar Anda, yaitu Kirana Restaurant, Sulang Bar, Amerta, dan Lobby Lounge. Saya menikmati sarapan di Kirana Restaurant dengan damai, hanya ada hutan hijau yang terlihat dan sesekali siulan burung yang merdu.

Makanannya dibuat dengan system semi buffet. Aneka pastry dan buah dihidangkan secara buffet namun untuk makanan beratnya bisa dipesan secara ala carte. Tampaknya hal ini dilakukan untuk mengurangi food waste dari sisa-sisa makanan seperti buffet pada umumnya. Selain itu porsinya juga pas, namun Anda juga bisa melakukan special request jika ingin porsi yang lebih kecil.

Semua bahan-bahan di restoran ini menggunakan bahan-bahan lokal dari petani di Bali, termasuk buah-buahan, cage-free eggs, gandum, protein.

Anantara Ubud Bali Resort – Exterior View-
Fire Blessing
Anantara Ubud Bali Resort Lobby Lounge

Selain spa yang terletak di dekat area gym dan juga kids club, ada berbagai aktivitas yang bisa dilakukan di resor ini. Jika purification atau melukat terkesan biasa, namun di sini para tamu hotel akan dibawa ke Pura Mengening yang berjarak sekitar 30 menit dari hotel.

Pura ini memang bukan pura popular seperi empul, namun inilah yang membuatnya jadi lebih hening. Selaiun itu, pura yang masih digunakan oleh warga lokal ini juga tidak menyediakan pemangku. Perhatikan dengan seksama papan tanda karena ada area mata air yang tidak bisa dipakai untuk umum.

Jika melukat dengan air suci sudah dianggap biasa, mungkin fire blessing bisa jadi pengalaman baru.  Agni Yajna with Idha Guru akan memimpin upacara suci yang melibatkan persembahan kepada api suci, menghormati Agni, dewa api dan utusan ilahi, yang menciptakan jembatan antara manusia dan para dewa.

Bagi pencinta trekking, alas taro bisa menjadi pemuas adrenalin tersendiri. Usai naik Jeep, yang  mengantar ke Desa Taro, saya diajak melintasi Desa Taro yang bersejarah. Pemandu saya mengajak untuk menjelajah sawah, perkebunan milik warga lokal sambil bercengkerama dengan warga lokal. Setelah berjalan 30 menit, petualangan berakhir dengan mengunjungi konservasi kunang-kunang ‘Bring Back The Light.’

Lab konservasi kunang-kunang ini merupakan wujud keseriusan warga lokal untuk mengembalikan habitat kunang-kunang di tempat asalnya. Berbagai penelitian pun dilakukan untuk membawa kembali serangga bercahaya yang menjadi indikator udara bersih agar tetap kembali muncul di Desa Taro.