by Yohanes Sandy 07 December, 2017
Cave Diving di Mata Adi Haliem
Wawancara Oleh Yohanes Sandy
Awal menekuni cave diving?
Sebetulnya pekerjaan utama saya tidak ada hubungannya dengan menyelam. Saya pertama kali mengenal cave diving kira-kira empat tahun lalu, namun baru dua tahun belakangan saya lebih sering menyelam di gua. Jujur, awalnya saya hanya coba-coba karena bosan dengan menyelam di open water. Tapi setelah merasakan sensasinya, saya kecanduan.
Syarat untuk melakoninya?
Persyaratannya bisa dibagi menjadi dua, yakni dari segi mental dan training. Menyelam di dalam gua memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan recreational diving, oleh karena itu penyelam tidak boleh mengidap klaustrofobia atau achluophobia (takut kegelapan). Latihan yang mumpuni juga diperlukan agar penyelam tak mudah panik, karena alam cave diving kita harus senantiasa siap menghadapi hal buruk yang terjadi tiba-tiba, misalnya kehilangan guideline, kehilangan penerangan, dan lain-lain.
Peralatan khusus yang dibutuhkan?
Peralatan yang dibutuhkan tergantung jenis, ukuran, dan kedalaman gua yangakan diselami. tapi pada dasarnya kita diwajibkan membawa cadangan untuk semua peralatan yang kita gunakan, misalnya dua regulator, dua atau tiga senter, dua alat pemotong, bahkan masker cadangan. Tapi tak perlu membawa dua pasang sepatu katak. Ha..ha..ha…
Cara mendapatkan lisensinya?
Sangat disarankan peminat sudah lancar dan tidak memiliki masalah dalam menyelam. Pasalnya, dalam kursus cave diving, banyak keahlian dilatih tanpa menggunakan masker, tanpa melihat. Jika buoyancy masih bermasalah, bagaimana cara melakukan skill tanpa melihat? Jika hal-hal tersebut dapat diatasi, lisensi cave diving bisa didapatkan dalam waktu tujuh hingga 10 hari. Sebuah nilai plus apabila peminat adalah seorang technical diver, karena banyak keahlian cabang ini mirip dengan cave diving. Apalagi untuk gua yang dalam dan membutuhkan decompression diving, maka lisensi technical diving merupakan sebuah kewajiban.
Lokasi cave diving di Indonesia?
Tidak banyak. Paling di bawah 10 lokasi. Memetakan sebuah gua bawah air butuh waktu dan susah dilakukan sendirian. Sedangkan kami semua mempunyai pekerjaan tetap yang membuat kami tidak bebas melakukannya kapan pun kami mau. Mungkin nanti ketika sudah mempunyai lebih banyak anggota yang bisa melakukan pemetaan, kami bisa memetakan lebih banyak lokasi.
Operatornya di Indonesia?
Sudah ada. di Kupang ada, di Buton pun ada. Cave diving bukan guided diving seperti di open water, jadi [calon peserta] diharuskan memiliki sertifikat cave diving agar bisa diterima oleh mereka.
Fungsi ICDA?
Ini bentuk kecintaan kami terhadap cave diving. Kami ingin ICDA menjadi wadah pencinta olahraga ini, baik dari indonesia maupun luar negeri. Kami yakin negara ini memiliki banyak gua bawah air yang belum dieksplorasi, dan kami juga ingin indonesia menjadi destinasi wisata cave diving. Yang tak kalah penting, kami ingin kegiatan cave diving di Indonesia “zero accident” dan semua menghargai keindahan gua bawah air Indonesia dengan tidak mengambil apa pun kecuali gambar.
Dipublikasikan perdana di majalah DestinAsian Indonesia edisi November/Desember 2017 (“In The Spotlight”).