Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Candu Gunung Tambora di Sumbawa

 

 

Sebagian dinding dan dasar kaldera Tambora.

Teks dan foto oleh Harley Sahast

Bunyi bahananya sangat berjabuh
Ditempuh air timba habu
Berteriak memanggil anak dan ibu
Disangkanya dunia menjadi kelabu

Waktu subuh fajar pun merekah
Diturunkan Allah bala celaka
Sekalian orang habiskan duka
Bertangis-tangisan segala mereka”

Beberapa bait syair Kerajaan Bima menggambarkan letusan Tambora hampir dua abad lalu. Tepatnya 11 April 1815, gunung di Pulau Sumbawa itu menggegerkan dunia dengan letusan besarnya. Dunia mengenangnya sebagai erupsi terbesar dalam sejarah modern. Letusan berkekuatan 7 VEI (Volcanic Explosivity Index)—tertinggi 8 VEI—tersebut memangkas tubuh Gunung, dari awalnya 4.300 meter menjadi 2.850 meter. Letusan juga meninggalkan lubang besar berupa kaldera berdiameter tujuh kilometer dengan kedalaman lebih dari 1.100 meter yang membuatnya ditahbiskan sebagai kaldera terdalam di dunia. Saking dahsyatnya, setahun setelah erupsi, sebagian kawasan utara bumi dibalut kegelapan, bahkan mengalami hujan salju di pertengahan tahun. Beberapa peneliti percaya, dampak letusan turut memengaruhi iklim dunia dan alur peradaban dunia, termasuk memukul pasukan Napoleon Bonaparte di Waterloo.

Melintasi tanah berpasir di tepi kaldera dari jalur pendakian Doropeti. Trek mendaki menuju puncak Gunung Tambora.

Kini, jelang puncak peringatan 200 tahun letusan dahsyatnya, 11 April 2015, mata dunia akan kembali tertuju ke Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Melalui program Tambora Menyapa Dunia 2015, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bersama Pemprov NTB akan menyelenggarakan berbagai acara wisata menarik. Program yang diluncurkan pada 16 Juni 2013 di Jakarta itu diharapkan mampu menarik perhatian dunia ke salah satu gunung legendaris di Nusantara ini. Tambora siap menyapa dunia dengan pesona alamnya yang menakjubkan.

Pada 18 November 2013, Harley Sastha, pencinta alam dan penulis buku Mountain Climbing for Everybody, kembali mendaki Tambora. Sudah kesekian kalinya pria ini menjejakkan kakinya di puncak Tambora. Alam spektakuler dan pemandangan yang menakjubkan adalah ramuan pesona yang membuat Harley kembali lagi ke sini. Kali ini, rute yang diambil oleh Harley dimulai dari Desa Doropeti. Rute yang sangat jarang dilalui oleh pendaki. Umumnya, para pencinta alam lebih memilih mendaki dari Dusun Pancasila. >>

Show CommentsClose Comments

9 Comments

Leave a comment

0.0/5