by Karina Anandya 23 July, 2018
Bincang Seni Bersama Eko Nugroho
Wawancara oleh Karina Anandya
Proses berkarya?
Menilik sifat seniman yang selalu berkarya—bukan bekerja, karena tidak memproduksi hal yang sama—saya selalu membutuhkan pasokan inspirasi segar. Biasanya dengan rutin bersepeda atau mendengarkan musik.
Pencapaian terbesar?
Pencapaian tidak sekadar merealisasikan ide dan cita-cita, namun dengan menemukan hal-hal baru dan membagikannya kepada publik. Bagi saya, orang yang bisa berbagi dan menerjemahkan karyanya kepada khalayak ramai berhasil mewujudkan seni yang abadi.
Perkembangan seni kontemporer Indonesia?
Sudah sangat kritis dan maju, sehingga mendapatkan perhatian luas dari dunia. Penggiat seni juga makin kreatif dan terbuka, salah satunya dengan memakai teknik digital.
Tentang kolaborasi produk dan pelaku seni?
Saya ingin mendobrak pakem yang menganggap seniman murni susah diajak kolaborasi. Peluang ini saya dapatkan saat Louis Vuitton menghubungi saya pada 2013. Bersama seniman Jepang dan Inggris, saya diminta memberikan karya yang akan dicetak di atas scarf. Saya melihat langsung bagaimana merek sebesar Louis Vuitton menghargai pelaku seni.
Proyek selanjutnya?
Setelah pameran tunggal di Berlin pada April lalu, selanjutnya bakal berpameran di Seoul di Agustus. belum ada judulnya, tapi seluruh karyanya telah rampung.
Dipublikasikan perdana di majalah DestinAsian Indonesia edisi Juli/September 2018 (“In The Spotlight”).