by Myranda Fae 13 February, 2025

Bernostalgia di Pameran “KONGSI: Akulturasi Tionghoa di Nusantara”

Sejarah mencatat bahwa kedatangan masyarakat Tionghoa ke Nusantara di masa lalu bukan sekadar perjalanan dagang, tetapi juga awal dari terbentuknya komunitas atau kongsi yang akhirnya beradaptasi dengan budaya setempat.
Selain itu, berbagai aspek kehidupan masyarakat Tionghoa mulai dari arsitektur, seni, kuliner, hingga sastra, melebur dengan budaya lokal, menciptakan warisan yang juga masih eksis hingga kini.
Jejak masa lalu dan warisan budaya tersebut menjadi dasar Menteri Kebudayaan Republik Indonesia Fadli Zon, untuk menginisiasi sebuah pameran bertajuk “KONGSI: Akulturasi Tionghoa di Nusantara.” Pameran ini merupakan sebuah ekshibisi yang menampilkan berbagai peninggalan sejarah, yang membuktikan peran penting masyarakat Tionghoa dalam membentuk wajah budaya Indonesia, sekaligus jadi momen untuk merespons perayaan Tahun Baru Imlek 2025.
Pameran ini bekerja sama dengan Indonesia Heritage Agency (IHA) dan berlangsung selama tiga bulan di Museum Nasional Indonesia.
Baca Juga: Rute-rute Perjalanan Kereta Mewah di 2025
“Kami berharap pameran ini dapat mengundang lebih banyak orang untuk mengenal lebih dalam sejarah dan akulturasi budaya Tionghoa di Nusantara. Apresiasi terhadap warisan budaya ini penting untuk memahami bagaimana percampuran budaya telah memperkaya identitas bangsa kita,” ujar Fadli Zon dalam acara pembukaan pameran pada 10 Februari 2025 di Museum Nasional Indonesia.
Esti Nurjadin selaku Direktur Executive Indonesia Heritage Agency (IHA) juga mengungkapkan ihwal terselenggaranya pameran ini.
“Pameran KONGSI mengundang kita untuk berpikir mengenai sejarah panjang dalam interaksi, adaptasi, dan integrasi kongsi Tionghoa di Nusantara yang telah lama menjadi bagian integral dari masyarakat Nusantara,” ujarnya.
Pameran “KONGSI” terbagi ke dalam tiga bagian utama:
1. Interaksi Awal: mengulas kedatangan masyarakat Tionghoa ke Nusantara, peran mereka dalam perdagangan, serta bagaimana interaksi awal dengan budaya lokal terjadi.
2. Mengadu Nasib dan Meretas Jalan Kemerdekaan: membahas dinamika sosial-politik masyarakat Tionghoa di Indonesia, termasuk kontribusi mereka dalam perjuangan kemerdekaan.
3. Merayakan Keberagaman: menampilkan warisan budaya yang lahir dari akulturasi, seperti busana, arsitektur, kuliner, bahasa, seni, hingga kepercayaan yang telah menjadi bagian dari identitas Indonesia.
Baca Juga: 25 Maskapai Terbaik Dunia 2025 Versi Airline Ratings
Fadli Zon juga menyoroti beberapa koleksi yang dipajang di pameran ini, beberapa di antaranya adalah lukisan karya Lee Man Fong; kumpulan buku dari Tan Khoen Swie salah satunya majalah Sinpo yang pertama kali memuat topik mengenai Indonesia Raya pada 1928; serta piringan hitam milik Yo Kim Chan dari orkes musik populer.
Pameran KONGSI: Akulturasi Tionghoa di Nusantara terbuka untuk umum mulai 11 Februari 2025 di Museum Nasional Indonesia, dengan harga tiket Rp15.000 untuk anak (3-12 tahun) dan Rp25.000 untuk dewasa, sementara untuk Warga Negara Asing (WNA) sebesar Rp50.000. (chs)