by Amanda Chestnut 26 August, 2019
Berkunjung ke Museum Fotografi Tertua di Dunia
Oleh Amanda Chestnut
Menyusuri jalan di perbatasan pusat kota Rochester, New York, kita akan menemukan beragam kantong permukiman dengan kepribadian khasnya masing-masing. Memasuki East Avenue, distrik bersejarah yang lapang di luar kota, tersaji barisan restoran dan kafe, kemudian bar dan hotel, selanjutnya rumah-rumah megah yang dibangun pada pergantian abad ke-20. Beberapa rumah terus dihuni satu keluarga, walau sebagian besar telah dikonversi jadi semacam cluster berisi beberapa hunian dan tempat usaha. Terselip di antara mereka, Eastman Museum menempati rumah gigantik yang terbuka untuk umum.
Diresmikan pada 1949, Eastman Museum merupakan museum tertua di dunia yang didedikasikan bagi fotografi. Di Amerika Serikat, beberapa museum sejenis baru bermunculan lebih dari dua dekade berselang, contohnya Museum of Photographic Arts dan Museum of Contemporary Photography.
Bicara Eastman Museum tentu saja tak lengkap tanpa menyinggung sang pendiri, George Eastman. Kompleks Colonial Revival seluas 3.251 meter persegi yang dihuni museum ini merupakan warisan darinya. Di sini jugalah George Eastman menetap hingga tutup usia pada 1932.
Di dunia bisnis, George Eastman dikenal sebagai salah seorang teladan. Semangat wirausahanya dikagumi khalayak luas, termasuk mereka yang tidak bergelut di dunia fotografi. Khusus di belantika film, dia punya tempat lebih spesial dalam sejarah. Pria asal Waterville ini merupakan seorang pelopor dalam mengembangkan kamera yang mudah dioperasikan, Teknik photofinishing, serta flexible film. Perusahaan yang didirikannya, Eastman Kodak Company, berperan sangat vital dalam menyediakan landasan bagi merekahnya industri kamera dan motion picture. Rol film, produk monumental Kodak, menggantikan film negatif berbentuk pelat. Begitu ikonis produk ini hingga “Kodak” sempat menjadi kata generik untuk semua film negatif.
Bagi warga Rochester, George Eastman punya makna yang berbeda. Pertumbuhan kota ini terkait erat dengan evolusi perusahaan Kodak. Cobalah bicara dengan sembarang orang lokal, maka Anda akan mendapati betapa semua orang memiliki orang tua, kerabat, atau sahabat yang bekerja di Kodak. Karena itu pula, kegagalan perusahaan ini untuk lekas mengadopsi teknologi digital menyebabkan kejatuhan ekonomi yang tragis dan dramatis di Rochester.
Tahun ini, Eastman Museum merayakan hari jadinya yang ke-70 sebagai museum dan institusi pendidikan. Tak sekadar melestarikan bangunan renta dan dokumen-dokumen peninggalan sang pendiri Kodak, museum ini menjalankan peran sebagai gudang besar berisi serangkaian foto bersejarah dan kontemporer, film, serta aneka perangkat fotografi dan sinematografi.
Eastman Museum juga mengemban fungsi penelitian dan pendidikan. Melalui dua program magister yang ditawarkannya melalui University of Rochester, museum ini berada di garis depan dalam hal kontribusinya ke bidang pelestarian foto dan disiplin manajemen arsip. Tak berhenti di situ, Eastman Museum telah merekah jadi semacam pusat kebudayaan sekaligus episentrum komunal di Rochester. Dari pameran hingga pertunjukan, dari presentasi hingga resepsi, beragam acara ajek digelar di sini.
Pada 1951, pihak pengelola meluncurkan Dryden Theatre, bangunan berisi 500 kursi yang secara reguler memutar film-film klasik hitam-putih, film tua dari masa awal layar warna, serta film kontemporer arahan sutradara yang menghargai tampilan, rasa,dan kualitas seluloid. Setelah teater, fasilitas lain bermunculan, juga kegiatan yang mengundang publik. Hampir tiap Minggu sore ada sesi resital. Tiap empat bulan sekali, ada tiga pameran temporer di galerinya. Dan saban tahun sejak 2015, museum ini menanggap Nitrate Picture Show, festival pertama di dunia khusus konservasi film.
Baca juga: 3 Museum Fotografi; 7 Ruang Seni Fotografi
Eastman Museum, bersama perusahaan Kodak, telah memberi dedikasinya untuk melestarikan dan mempromosikan fotografi film dan motion picture. Misi resmi museum ini“mengumpulkan, melestarikan, mempelajari, serta memamerkan objek fotografi dan sinematik”—diwujudkan dalam benda-benda koleksinya, termasuk karya-karya agung dari Thomas Edison hingga Spike Lee.
Sejarah panjang dan kaya dari motion picture dan still photography dirangkum dalam Eastman Museum, sementara masa depan film bisa dilihat di Kodak, yang hingga kini masih mengoperasikan fasilitas produksinya di Rochester. Dengan kebangkitan industri film berwarna untuk still photography, serta dukungan untuk produksi film berbasis seluloid seperti Star Wars Episode VII: The Force Awakens dan Jurassic World, peran dan jejak Eastman Museum sepertinya akan terus mewarnai masa depan.
Dipublikasikan perdana di majalah DestinAsian Indonesia edisi Juli/September 2019 (“Jejak Mat Kodak”)