Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Apakah Hotel Saya Ramah Lingkungan? Ini 10 Cara Mengeceknya

Bangunan beratapkan panel surya di resor Kudadoo Maldives Private Island. (Foto: Kudadoo)

Publik mendambakan “hotel hijau.” Ini salah satu kesimpulan Sustainable Travel Report 2021 terbitan Booking.com. Dari survei terhadap 29.000 wisatawan di 30 negara, situs reservasi ini mendapat 81% responden ingin menginap di hotel ramah lingkungan.

Itu berita bagus, terutama dalam konteks penanggulangan krisis iklim. Tapi ada satu masalah: harapan publik terkendala akses informasi. Sekitar 32% responden mengaku tak mampu menemukan penginapan ramah lingkungan saat berwisata, sementara 31% mengatakan tak tahu cara mencarinya.

Mencari hotel ramah lingkungan memang menuntut kejelian, karena infonya kerap tak tersedia instan. Banyak situs web hotel lebih menonjolkan info seputar tarif, fasilitas, dan lokasi. Inisiatif mereka dalam mengurangi sampah atau emisi jarang ditampilkan.

Tapi sebenarnya ada cara praktis untuk mengecek apakah hotel pilihan Anda ramah lingkungan. Walau “ramah lingkungan” punya definisi yang kompleks, ada beberapa ciri menonjol yang bisa dideteksi. Berikut 10 contohnya:

Kiri-kanan: Hidangan dengan bahan dari kebun sendiri di Sarinbuana Eco Lodge; Akomodasi di Sarinbuana. (Foto: Putu Sayoga)

1. Mengklaim Ramah Lingkungan
Ciri paling kentara dari hotel ramah lingkungan terletak pada nama, slogan, atau motonya. Ambil contoh Sarinbuana Eco Lodge di Bali. Dari namanya, kita bisa tahu hotel ini berkonsep ramah lingkungan. Contoh lainnya, Jetwing Surf di Sri Lanka yang mengusung moto Eastern Eco-Luxury, atau Svart di Norwegia dengan slogan bombastis The World’s First Energy Positive Hotel.

Cliff Edge Villa di Alila Villas Uluwatu, resor yang menerima sertifikat EarthCheck di bidang desain. (Foto: Danar Tri Atmojo)

2. Punya Bukti Sertifikat
Nama dan jargon ramah lingkungan mudah dibuat. Bagaimana membuktikan kebenarannya? Di sinilah pentingnya sertifikasi atau akreditasi, contohnya EarthCheck, LEED (Leadership in Energy & Environmental Design), Green Star Hotel Certification, Eco-Hotel, atau ISO 14001. Banyak hotel di Indonesia sudah memiliki sertifikat semacam ini, contohnya Alila Uluwatu, Ayana Bali, Bintan Lagoon Resort, serta Sheraton Surabaya.

Kamar tipe Deluxe King di Ayodya Bali, salah satu penerima ASEAN Green Award. (Foto: Ayodya)

3. Meraih Penghargaan Bidang Lingkungan
Selain sertifikat, penghargaan bidang lingkungan adalah ciri lain yang bisa dicek. Beberapa contohnya: World’s Leading Green Hotel dari World Travel Awards, Best Eco/Green Hotel dari International Travel Awards, serta Sustainable Building dari Dezeen Awards. Ada juga penghargaan di tingkat regional, umpamanya Green Hotel Standard dari ASEAN atau Green Hotel Award dari European Green Award.

Kolam renang di Song Saa Private Island, resor yang mendaur ulang seluruh sampahnya. (Foto: BlueOrange Studio/Song Saa Private Island)

4. Menjalankan Program Hemat Sampah
Biaya sertifikat sangatlah mahal, sementara penghargaan lazimnya berbayar. Banyak hotel tak punya anggaran untuk keduanya, tapi bukan berarti mereka abai terhadap lingkungan. Pada dasarnya, hotel hijau adalah soal praktik, dan salah satu praktik yang paling umum ialah pengurangan sampah. Alila misalnya, menerapkan sistem Zero Waste to Landfill. Grup Marriott berkomitmen menyetop penggunaan plastik sekali pakai. Sementara Song Saa Private Island di Kamboja mendaur ulang 100% sampahnya.

Amenitas ramah lingkungan mulai marak disediakan pihak hotel. (Foto: Oana Cristina)

5. Sediakan Amenitas Ramah Alam
Sampah sulit dihindari sepenuhnya, tapi hotel bisa memastikan sampahnya tak merusak lingkungan, misalnya dengan memakai amenitas berbahan daur ulang, mudah terurai, atau minim emisi. Banyak hotel kini menyediakan handuk berbahan katun organik; sabun, sampo, dan tisu biodegradable; juga sandal dari bahan karet daur ulang. Dulu, produk semacam ini langka dan mahal. Sekarang, produsennya sudah banyak, termasuk di Indonesia, dan dengan itu harga produknya pun kian kompetitif.

Vila rumah panggung di Bawah Reserve, resor di Anambas yang memiliki sistem desalinasi. (Foto: Agoes Rudianto)

6. Memiliki Inisiatif Reduksi Emisi
Menginap satu malam di hotel menghasilkan rata-rata 22 kilogram CO2. Ini khusus hotel bintang tiga. Untuk hotel bintang lima, emisinya bisa menembus 100 kilogram, lantaran kamarnya lebih besar. Emisi hotel diproduksi dari banyak sumber, contohnya lampu dan AC. Ada banyak cara untuk menyunatnya. Kudadoo di Maladewa misalnya, mengandalkan 100% listrik tenaga surya. Hotel Icon di Hong Kong menyediakan bus listrik untuk tur tamu. Bawah Reserve di Anambas mendirikan sistem desalinasi untuk kebutuhan air minumnya.

Vila tipe Water Retreat di Soneva Fushi, resor di Maladewa yang berstatus carbon neutral. (Foto: Sandro Bruecklmeier/Soneva)

7. Punya Solusi Kompensasi Emisi
Emisi mustahil ditekan hingga titik nol. Solusi untuk problem ini ialah carbon offset, artinya menebus pengeluaran emisi lewat program kompensasi. Tujuan akhirnya ialah mencapai titik impas (carbon neutral), syukur-syukur bisa carbon positive. Beberapa hotel yang sukses di bidang ini ialah Soneva Fushi di Maladewa, Bucuti & Tara di Aruba, Phi Phi Island Village di Thailand, serta Lefay Resort Lago di Italia.

Kru Sungai Watch membersihkan sungai. LSM ini menerima dana hibah dari Hilton. (Foto: Sungai Watch/Hilton)

8. Berkontribusi ke Lingkungan
Lewat prakarsa Hilton Effect, Grup Hilton menyalurkan dana hibah kepada organisasi yang mendukung komunitas yang terdampak perubahan iklim. Salah satu penerimanya ialah Sungai Watch, LSM yang membersihkan sungai-sungai di Bali. Kontribusi semacam ini adalah ciri lain hotel ramah lingkungan. Tak semua hotel melakukannya secara swadaya memang. Mereka kadang bermitra dengan lembaga mediator yang bertindak layaknya “badan amil zakat” khusus inisiatif lingkungan, contohnya One Percent for the Planet dan One Tree Planted.

Kiri-kanan: Putu Teny Sugiartini, Environment Manager Four Seasons Jimbaran; Pantai di depan Four Seasons Jimbaran, resor yang memiliki sistem pengolahan sampah. (Foto: Danar Tri Atmojo)

9. Menyewa Staf Bidang Lingkungan
Ini tren seksi yang menarik dipantau. Sejumlah hotel kini memiliki jabatan spesifik untuk mengasuh program-program lingkungannya, yang dinamai Sustainability Manager atau Environment Manager. Kehadiran mereka menandakan keseriusan sebuah hotel untuk menjadi lebih arif dalam berbisnis.  

Banyan Tree Bintan, salah satu resor yang bisa dipesan via situs web Eco Hotels. (Foto: Banyan Tree)

10. Tergabung ke Platform Hotel Hijau
Seiring kian banyaknya hotel hijau, muncul beragam web reservasi yang didedikasikan untuk hotel jenis ini. Konsepnya mirip Airbnb atau Tiket.com, tapi khusus hotel ramah lingkungan. Saat memesan kamar, calon tamu akan mendapatkan info seputar inisiatif hotel di bidang lingkungan, juga sertifikat yang dimilikinya. Setidaknya ada delapan platform reservasi yang bisa Anda manfaatkan, contohnya Beyond Green, Eco Hotels, serta Ecobnb.