Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ajang Pemanasan Museum MACAN

Salah satu instalasi di Museum MACAN.

Foto oleh Toto Santiko Budi 

Dua bulan menjelang pembukaannya, Museum MACAN didapuk menjadi tuan rumah serangkaian pertunjukan yang digelar oleh seniman kontemporer Indonesia dan internasional. Setelah berhasil dengan program ‘First Sight’ pada Agustus silam, Museum MACAN kembali menggelar acara serupa.“Rangkaian acara ini sengaja digelar untuk memberi ‘rasa’ awal pada semua pengunjung yang datang, sebelum museum dibuka secara resmi pada awal November mendatang,” ujar Direktur Museum MACAN, Aaron Seeto.

Kiri-kanan: Pertunjukan Carrion: Episode 1 (2016) oleh Justin Shoulder; In the Blink of an Eye (2005) oleh Xu Zhen.
Sebuah pertunjukan dari Arahmaiani: Handle Without Care (1996).

Berlangsung selama satu hari pada 9 September lalu, publik hadir untuk menyaksikan dan melibatkan diri dalam performa dari Arahmaiani, Mella Jaarsma, Xu Zhen, Duto Hardono, Heman Chong dan Justin Shoulder. Seni pertunjukan dalam program exclusive preview Museum MACAN tersebut merangsang terciptanya komunikasi langsung antara seniman dan khalayak, sehingga mendorong mereka menjadi salah satu bagian integral dari museum.

Infinity Mirrored Room – Gleaming Lights of the Souls (2008) oleh Yayoi Kusama.

Museum of Modern and Contemporary Art in Nusantara (MACAN) ini didanai langsung oleh seorang pebisnis sekaligus kolektor seni terkenal, Haryanto Adikoesoemo. Desain museum seni kontemporer pertama di Indonesia seluas 4.000 meter persegi tersebut dirancang serius oleh ARKdesign, sementara interiornya dikurasi oleh MET Studio Design Ltd.

Beberapa instalasi yang dipajang di Museum MACAN, pada Sabtu lalu.
Beetle Sphere, karya Ichwan Noor dipamerkan di Museum MACAN First Sight.

Pada ekshibisi perdananya, Museum MACAN telah menggandeng kurator Charles Esche dan Agung Hujatnika untuk mempresentasikan sekitar 90 karya seniman berbagai negara dari 800 koleksi milik sang pendiri.

Informasi selengkapnya, kunjungi Museum MACAN.