web analytics
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Travel Guide: 48 Jam di Perth

Kota Perth saat senja (harry-cunningham- unsplash)

Setelah serangkaian ‘drama’ dengan visa, saya akhirnya sampai ke Perth. Dengan penerbangan transit ke Bali dan lanjut ke Perth, saya terbang pukul 7 malam dan sampai di Perth pukul 03.30 pagi hari waktu setempat.

Angin pagi yang dingin kala itu, membuat saya makin bergegas menyeret koper untuk menemukan taksi menuju ke hotel.

Sesampainya di sana, Westin Perth terlihat seperti sebuah surga dunia untuk saya beristirahat dini hari itu. Melihat jam dan wajah yang sudah mulai berantakan tak terkendali, staf check-in pun seperti mengurangi basa-basi agar saya bisa langsung membasuh diri dan istirahat.

Menempati  King Club Guest Room, memberi saya akses untuk ke lounge dan menikmati camilan serta minuman di sana. Namun, sepertinya, istirahat sampai matahari bersinar terang adalah yang saya butuhkan saat ini.

Usai beberapa jam terlelap akhirnya membuat saya pun bisa mengenali sekitar. Tepat di depat jendela besar kamar, Katedral Saint Mary’s yang megah langsung terlihat di depan mata. Hotel ini memang terletak di area strategis dan banyak memiliki akses ke landmark popular.

Baca Juga: Simfoni Harmonis Dim Sum dan Tea Pairing di Tien Chao

King Club Guest Room Westin Perth  memiliki luas 42 meter persegi dan memiliki spot untuk bersantai dan juga untuk bekerja atau bersantai. Jangan lupakan sarapan enak dan popular dari koki terkenal Australia Guy Grossi.

Setelah puas menikmati aneka hidangan lezat di restoran popular ini dan mengemas secangkir cappuccino di dalam gelas kertas, saya siap berpetualang di Perth.

St Mary Church di Perth (Christina Andhika S/DAI)

Day 1:

Full day di Swan Valley

Swan Valley adalah wilayah di hulu Swan River di antara area Guildford dan Bells Rapids, Australia Barat. Area ini merupakan kawasan adat suku asli Australia, Aborigin Noongar dari suku Wadjuk yang berusia lebih 40.000 tahun sebelum invasi kolonial dimulai.

Swan Valley dikenal dengan tanahnya yang subur, berbeda dari kawasan di Australia lainnya. Kawasan ini dikenal sebagai salah satu area tanam anggur dan kilang wine. Bersama Tourism Western Australia, saya mengunjungi Dale Tillbrook, si bush tucker queen di Mallinup.

Dale yang sudah tinggal di area ini lebih dari 40 tahun dan belajar untuk menjadi seorang ‘peneliti’ tanaman liar yang bisa dimakan. Seperti layaknya seorang penjelajah hutan, Dale berkeliling untuk mencari tanaman-tanaman liar dan menanamnya di dekat rumah.

“Ini adalah saltbush,” katanya sembari memperlihatkan tanaman berdaun kecil dan membulat berwarna hijau tua dan agak keriting.

“Jika daun ini dimakan, kamu akan merasakan asin. Rasanya persis seperti garam dan dulunya dipakai sebagai pengganti garam untuk masakan. Kalau kambing memakan daun ini maka dagingnya akan terasa lebih enak saat dimasak.”

Bukan hanya salt bush, Dale juga menunjukkan berbagai tumbuhan liar lainnya yang bisa dimakan tanpa harus dimasak terlebih dahulu. Misalnya quandong, sandalwood nut, finger lime, dan lainnya.

Baca Juga: 5 Restoran dari Brand Fashion Dunia yang Ada di Asia

Sandalford Wines Restaurant

Duck Confit Sandalford Wines (Christina Andhika S/DAI)

Usai puas berbincang bersama Dale, saatnya makan siang. Sandalford Wines juga memiliki restoran yang cukup popular. Dengan sepoi-sepoi angin dingin yang bertiup, saya bergegas menuju dalam restoran yang dihiasi dengan nuansa kayu yang hangat.

Executive chef Alan Spagnolo menghadirkan kuliner khas Australia dengan Eropa modern. Siang itu, saya memilih menu duck parfait yang menjadi best seller mereka. Irisan dagingnya lembut dan tebal. Lemak bebeknya tak terlalu banyak namun tetap membuat dagingnya jadi gurih. Sausnya yang juga terbuat dari lemak bebek yang ditambah dengan kaldu juga melengkapi rasa dagingnya. Kombinasi yang sempurna dan pilihan tepat untuk makan siang kali ini.  Jangan lupa, segelas red wine akan membantu membuat hidangan ini makin sempurna.

House of Honey dan The Margaret River

Masih di kawasan Swan Valley, di sini Anda bisa berkunjung ke The House of Honey. Di sini, para tamu bisa melihat berbagai macam madu, dari madu liar sampai manuka yang terkenal.

Para tamu akan mendapatkan penjelasan tentang proses pembuatan madu, melihat lebah-lebah pekerja dan ratu lebah dalam sarangnya, sampai mencicipi berbagai hidangan dari madu dan juga madu dari berbagai jenis madu yang memiliki varian rasa tergantung pada pohon yang menjadi sarangnya.

Selain madu, Anda yang ingin menikmati berbagai makanan manis, jangan lupa mengunjungi The Margaret River. Di sini, Anda bisa menikmati dan membeli aneka kreasi cokelat yang nikmat.

Olive Farm Wines dan Limeburners Whisky

Limeburners Whiskey di Perth (Christina Andhika S/DAI)

Petualangan di Swan Valley masih berlanjut, kali ini cocok bagi pecinta alcohol. Olive Farm Wines adalah tempat yang tepat untuk belajar wine tasting dan pairing. Di sini, tamu bisa membuat kelas privat untuk belajar tentang wine. Selain itu, Perkebunan anggur ini juga termasuk Perkebunan legendaris yang dimiliki 4 generasi turun temurun sejak 1933.

Sedangkan Limeburners Whisky bisa jadi tempat ‘sekolah’ whisky.  Sama seperti di Olive Farm Wines, di Limeburners ad akelas privat untuk mencicipi whisky dan gin serta cara tepat untuk menikmatinya.

Baca Juga: Daftar 51-100 Bar The World’s 50 Best Bars

Casa Perth

Usai puas berkeliling Swan Valley, waktunya Kembali ke kota Perth. Namun hari belum begitu larut. Saya memutuskan untuk hangout sejenak di kafe local Perth. Sebuah Tesla, taksi online menjemput saya untuk pergi ke Casa Perth di area Mount Hawthorn.

Orang-orang di sana merekomendasikan burger Casa yang popular sebagai hidangan favorit mereka. Tentu saja, itu juga yang jadi pilihan saya. Sebuah burger ukuran besar dengan kentang goreng dalam porsi yang buat saya, bisa disantap 2-3 orang. Tapi, ternyata burger tersebut memang lezat, dengan patty yang juicy dan bun yang terpanggang sempurna dan sedikit berminyak dari minyak daging, irisan pickles yang asam sempurna tapi tak berair, menyatu sempurna di mulut. Kentang gorengnya crispy dan lembut sekaligus gurih. Lagi-lagi, red wine jadi teman penutup malam yang menghangatkan sebelum Kembali dan beristirahat di kamar saya yang hangat dan menyenangkan di hotel.

Blue Boat House Optus Stadium Matagarup Bridge The Bell Tower, Perth
Matagarup Bridge di Perth (eddie-blair/unsplash)

Day 2:

Kings Park

Hari kedua di Perth dimulai dengan menikmati sarapan di Garum milik koki selebriti Guy Grossi. Secangkir jus dan juga seporsi omelet dengan keju, bacon, dan paprika menjadi pengganjal di hari ini sebelum beranjak ke Kings Park and Botanic Garden

Kings Park memang menjadi salah satu agenda wajib saat ke Perth. Di sini, Anda bisa merasakan Aboriginal Cultural Experience. Pagi itu, tour guide saya adalah orang asli suku aborigin yang menjelaskan asal usul kota dan Sungai swan yang berawal dari seekor waugal, ular mitologi yang berukuran besar.

Kings Park disebut-sebut sebagai taman kota terbesar di dunia, bahkan mengalahkan Central Park di New York, tak heran butuh waktu yang cukup lama untuk berkeliling. Saat berkeliling, akan ada banyak Sejarah yang bisa dipelajari tentang tanaman, hewan, mitologi, sembari menghirup udara segar dan melihat kota Perth dari ketinggian.

Art Gallery of Western Australia

Setelah puas bersantai di Kings Park, kini saatnya pergi ke Art Gallery of Western Australia untuk melihat berbagai hal artsy di sini. Saat saya berkunjung, Rone, sang seniman Australia dan juga Anna Park tengah menggelar pameran. Anna Park dengan Look, look dan Rone dengan Time.

Gallery Centenary tempat pameran Rone berlangsung (TIME • RONE installation view, The Art Gallery of Western
Australia, 2024. Image © RONE. Photo: Rift Photography)

Hop On Hop Off

Yagan Square di Perth (Christina Andhika S/DAI)

Sayangnya, dari balik jendela besar Westin, saya bisa melihat berbagai atraksi dan landmark ikonik di kota ini. Untuk memenuhi rasa penasaran, saya pun memutuskan untuk berkeliling kota menuju Bell Tower sebagai tujuan utama.

Jalan kaki saja, pikir saya. Namun melihat waktu yang semakin terbatas, saya memutuskan untuk duduk santai di atas bus Hop on Hop off. Dari atas bus ini, saya melihat semua landmark yang sebelumnya hanya terlihat dari jendela kamar. Ada Yagan Square, Crown Hotel yang dikenal sebagai kasino, Optus Stadium, Perth Mint, Blue Boat House, dan lainnya.

Puas keliling Perth? Tentunya belum! Masih ada Rottnest Island, Freemantle, dan area-area lainnya yang patut dikunjungi selagi di kota ini. Dan, 48 jam di Perth tak akan cukup!

 

 

Show CommentsClose Comments

Leave a comment