by Christina Setyanti 11 September, 2024
Interview: Rone dan Colin Walker Tentang Instalasi ‘Time.Rone’ di AGWA
Tyrone Wright yang memiliki pseudoname Rone menampilkan instalasi seninya di Art Gallery Western Australia (AGWA) dengan tema Time. Rone. DestinAsian Indonesia berkesempatan untuk melihat karya seninya secara langsung dan berbincang dengan sang seniman, Rone dan juga Colin Walker, Director of the AGWA.
DestinAsian Indonesia (DAI) : Bagaimana Anda memulai semuanya dan bagaimana mempersiapkan semua pameran ini?
Rone (R): Saya membuat street art dan grafiti di Melbourne. Kemudian saya berpikir bagaimana caranya saya bisa membuat street art dan menggabungkannya ke dalam galeri, menggabungkannya di canvas, dan menggabungkannya di dinding. Saya merasa tidak menemukan konteks dan lingkungan yang saya inginkan. Jadi, saya kembali dan memutuskan untuk menggabungkannya di bangunan yang hilang, lalu menggambarkan foto di sana.
DAI : Salah satu ciri khas Anda adalah gambar potret seorang wanita yang dilukis di dinding seperti mural. Siapa dia sebenarnya?
R: Saya melukis portret-portret ini dan Itu akan selalu menjadi hal yang saya lakukan. Tapi, itu bukan seperti portret dari seseorang yang berada di ruang ini. Ini bisa jadi siapa saja, seperti seorang penyanyi, atau seorang istri.
Baca Juga: Dine In: Menyelami Hidangan Autentik Spanyol di Bar Marea
DAI: Berapa lama Anda perlu mempersiapkan semua instalasi ini?
R: Untuk konsep dan lain-lain. Membutuhkan sekitar 8 minggu untuk menginstalasi. Tapi kami membutuhkan hampir 2,5 tahun untuk mengembangkan dan membangunnya. Kami membuat semuanya sendiri, menciptakan sendiri semua desain dan bahkan mencari berbagai barang-barangnya.
Saat kami tak bisa menemukannya, kami membuatnya sampai sedetail mungkin dari kabinet kayu, meja, bahkan sampai sarang laba-laba dan juga debunya. Dan kami mencari banyak artifak asli juga dari seluruh penjuru negeri.
DAI: Dalam pameran Time ini, ke tahun berapa Anda ingin menjebak pengunjung dalam ruang dan waktu buatan Anda?
R: Ini… Mungkin tahun 1950. Saya bisa mengatakan tahun 1954. Saya pikir, saya ingin orang-orang merasakan nostalgia, nostalgia yang artistik. Tapi… Artisik license berarti tidak perlu sempurna. Ini bukan museum dan bukan pelajaran sejarah.
Tapi ada juga perasaan tentang keinginan atau kehilangan orang-orang dan teman-teman. Cerita-cerita seperti itu yang muncul di ruang-ruang ini. Saya ingin melihat bagaimana itu menginspirasi bisa orang-orang.
Dan bisa berada di sini (AGWA) adalah salah satu dari keinginan saya yang terwujud. Begitu melihat Gallery Centenary saya langsung jatuh cinta dengan gedung ini dan langsung membayangkan apa yang bisa saya lakukan.
Colin Walker (CW) : Ketika menjadi Direktur Galeri, saya mencoba memikirkan bagaimana caranya bisa membawa bangunan ini kembali ke kehidupan, karena ini telah ditutup selama 20 tahun. Jadi, saya merasa bahwa ruangnya sedikit mubazir.
Setelah saya masuk ke Galeri setelah melakukan ekshibisi besar di Melbourne, saya bertemu dengan Rone. Kami berbicara di sana, dan kita berjalan dengan sangat baik, dan saya bilang, saya mungkin bisa mempercepat pembangunan bangunan ini, jika Rone ingin datang dan melihat jika kita bisa melakukan sesuatu di sini.
Baca Juga: Checking In: Sheraton Jakarta Soekarno Hatta Airport
DAI: Melihat kesuksesan pameran Time. Rone, saat AGWA membuka Time Bar. Bisa diceritakan tentang bar ini dan bagaimana konsepnya?
CW: Time bar adalah elemen tambahan yang kami masukkan ke dalam ekshibisi. Karena kami ingin memberi orang-orang berbagai pengalaman minum dan makanan yang dikurasi oleh selebriti chef Guy Grossi. Kami akan membuka bar ini sampai Februari tahun depan pada Rabu-Sabtu.
Rone: Ruangan ini adalah salah satu favorit saya. Begitu saya melihat ruangan ini, saya punya visi untuk membuatnya sebagai bar. Dulunya ini mirip ruang pengadilan namun saya bisa mengubahnya menjadi sebuah bar unik.
DAI: Bicara tentang galeri seni, apa tantangan terbesar yang dihadapi galeri saat ini dan bagaimana dengan peminat galeri khususnya anak-anak muda?
CW: Saya pikir, galeri-galeri harus selalu mencoba untuk menjadi relevan dan kontemporer. Kita harus mengadaptasi cara beroperasi untuk bisa lebih cepat bereaksi, bukan dengan waktu tapi lebih cepat daripada yang pernah dilakukan di masa lalu. Jika tidak, kita akan kehilangan relevan lagi, termasuk dengan anak muda.
Dan saat ini saya pikir anak muda lebih tertarik dengan budaya. Jadi, saya tidak berpikir bahwa distingsi seni tinggi atau rendah lagi. Orang-orang memiliki banyak cara yang berbeda untuk terhubung dengan budaya dan itulah yang kami coba lakukan sebagai sebuah galeri dengan seni visual sebagai bagian utama.
Tapi permintaan itu besar. Jadi, sejak saya tiba di galeri angka pemuda mencapai 65%. Mereka sekarang berumur 16-24 tahun dan 25-34 tahun dan 50% anak muda berumur di bawah 34 tahun.