by Cristian Rahadiansyah 07 April, 2020
Beralih ke Healthy Food? Pahami 20 Istilahnya
Seiring tumbuhnya kesadaran gaya hidup sehat, banyak restoran memberi perhatian ekstra pada keseimbangan nutrisi. Kini, akibat wabah Covid-19, dorongan beralih ke makanan sehat kian kuat. Tapi apa sebenarnya definisi “makanan sehat”?
Pelaku industri telah merumuskan banyak terminologi untuk menjelaskan khasiat tiap bahan atau menu. Tak semua mudah dipahami. Beberapa terdengar rumit, sebagian mirip jargon pemasaran semata. Itulah sebabnya, setidaknya di beberapa negara maju, klaim “sehat” mesti didukung oleh bukti sertifikat. Sementara di Indonesia, Anda kerap hanya bisa bertanya dan pasrah pada jawaban si penjual.
Berikut glosarium dasar makanan sehat sebagai bekal referensi sebelum membeli:
All-Natural = Bebas bahan artifisial atau pengawet, atau setidaknya bahan tidak dimasak. Penting diingat, tidak otomatis makanan all-natural bagus untuk tubuh, misalnya “all-natural ice cream.”
Antioxidant = Molekul yang bertugas memperlambat molekul lain mengalami proses oksidasi, yakni reaksi kimia yang merusak sel.
BPA-Free = Bebas dari BPA (Bisphenol A), yakni bahan kimia yang dipakai dalam pembuatan plastik dan resin—lazim dipakai dalam lapisan interior kemasan makanan.
Bulletproof Coffee = Kopi kaya kalori pengganti sarapan, berisi antara lain unsalted butter dan MCT Oil. Kopi ini diciptakan oleh pendiri Bulletproof Diet.
Cage-Free Chicken = Ayam yang tidak dikurung di kandang. Hampir mirip, free-range chicken artinya ayam yang hidup bebas di area lapang, walau bukan berarti bisa kelayapan semaunya.
Energy Boosting= Bahan yang memberikan energi pada tubuh—jargon pemasaran untuk membuat makanan lebih atraktif. Pisang dan kopi juga bisa masuk kategori energy boosting.
Ethical Farming = Mirip istilah “human farming,” yakni peternakan yang memperlakukan ternak secara etis, contoh: memberikan area berkeliaran, air minum bersih, dan makanan natural.
Fresh Local Produce = Bahan masak segar dari petani sekitar. Apa definisi “sekitar”? Beberapa negara membakukan kriteria jarak dari pasar, contoh: Di Amerika, 600 kilometer, setara Jakarta-Madiun.
Fruit-Flavored = Mengandung rasa buah, walau bukan berarti mengandung buah-buahan. Orange soda tidak otomatis diperas dari jeruk.
Functional Food = Makanan dengan fungsi spesifik untuk kesehatan. Label ini biasanya dipakai sebagai antonim dari fast food.
Gluten-Free = Bebas dari gluten, yakni protein dari biji-bijian (terutama gandum) yang lazim dipakai untuk membuat roti bertekstur sintal dan ringan. Gluten kadang digantikan pati jagung atau kentang yang tidak berarti lebih sehat.
GMO-Free = Bebas dari Genetically Modified Organisms, yakni organisme hasil modifikasi laboratorium yang berkhasiat mencegah makanan basi atau berjamur.
Grass-Fed Cow = Sapi yang sepenuhnya hanya menyantap rumput, bukan jagung, kedelai, pakan hormon atau steroid, dan pastinya bukan “sapi glongongan.”
Low-Carb = Rendah karbohidrat, biasanya dipakai oleh penjual junk food untuk memberi kesan “sehat.” Tapi belum ada kesepakatan soal definisi “low.”
Multigrain = Mengandung beragam biji-bijian, jagung, dan gandum. Tiap bahan punya khasiat dan dampak berbeda pada tubuh, artinya multigrain tidak selalu bermakna lebih sehat.
Sugar-Free = Bebas gula, walau kadang arti sebenarnya ialah bebas gula tebu, dengan kata lain belum tentu steril dari bahan pemanis lain.
Sun-Kissed Fruit = Buah dari tanaman yang tumbuh di bawah siraman sinar matahari, bukan rumah kaca dengan cahaya artifisial.
Superfood = Makanan sarat nutrisi. Ini jargon bombastis multi-tafsir dengan basis sains yang longgar. Apel dan bayem juga bisa tergolong superfood.
Trans Fat-Free = Bebas trans fat (hydrogenated oil), yakni lemak yang membuat minyak menjadi solid dalam temperatur ruangan (dipakai misalnya untuk berondong jagung kemasan).
Wild-Caught Fish = Ikan yang ditangkap di alam liar, bukan hasil budidaya di kolam atau empang. Terminologi serupa bisa diaplikasikan untuk hewan lain, misalnya burung.