by Karina Anandya 05 March, 2018
8 Buku Travel Pilihan Penulis
Wawancara oleh Yohanes Sandy
Pico Iyer
Penulis yang telah menelurkan belasan buku, di antaranya Video Night in Kathmandu dan Falling Off the Map.
The Snow Leopard
“Usai membacanya,” ujar Pico Iyer, “saya tak bisa lupa tentang cerita perjalanan jasmaniah dan rohaniah sang penulis. Jiwa saya tersentuh, begitu pula tubuh saya.” The Snow Leopard mengisahkan petualangan Peter Matthiessen melacak snow leopard di Himalaya.
Destinations
Kata Pico Iyer, Jan Morris adalah “petualang paling jempolan dan ekspresif di era sekarang.” Destinations, kumpulan esainya, membawa kita ke banyak tempat dan peristiwa. “Buku ini merupakan gambaran impresionis terbaik beberapa kota terpopuler di dunia.”
Trinity
Penulis 13 buku travel, termasuk seri The Naked Traveler. Kisah hidupnya telah diangkat ke film Trinity, The Nekad Traveler.
A Walk in the Woods
Bill Bryson terkenal akan kemampuannya menyisipkan lelucon dalam narasi. A Walk in the Woods salah satu buku karyanya, telah diadaptasi ke film yang dibintangi Robert Redford. “Ceritanya mirip dengan kisah saya,” ujar Trinity.
The Thong Also Rises
Buku antologi ini memuat kisah-kisah trip yang berkesan dari sejumlah penulis perempuan, dan Trinity memetik banyak inspirasi dari pengalaman mereka. “Buku ini memuat banyak cerita sial ataupun lucu, mulai dari berkencan dengan guru yoga di destinasi liburan hingga minum valium.”
Agustinus Wibowo
Penulis asal Lumajang yang telah menelurkan tiga buku: Selimut Debu, Garis Batas, dan Titik Nol yang akan diadaptasi ke film.
Among the Believers
Buku ini menuturkan eksplorasi Naipaul di Iran, Pakistan, Malaysia, juga Indonesia. “Penggunaan kata-katanya sangat kaya dan cerdas, terkadang sinis, tetapi selalu berhasil membuat kita merenungkan realitas diri kita sendiri.”
Imperium
Dalam memoar ini, Kapuscinski menceritakan kehidupan semasa dan selepas Uni Soviet. Kelebihan buku ini, bagi Agustinus, terletak pada gaya penulisannya. “Bukan sekadar melaporkan, tapi juga mengajak kita memasuki alam pikiran. Kontemplatif, imajinatif, puitis, emosional, tapi tetap kritis.”
David Grann
Buku pertamanya, The Lost City of Z, diadaptasi ke layar lebar. Buku terakhirnya, Killers of the Flower Moon, terbit di awal 2017.
The Worst Journey in the World
“Saya menyukai buku perjalanan yang menceritakan trip yang berubah kacau,” jelas David tentang The Worst Journey in the World. “Buku ini merekam penjelajahan yang menegangkan melintasi Antartika pada 1911 demi mempelajari telur penguin.”
The Lost City of the Monkey God
Buku ini merekam ekspedisi melacak reruntuhan kota kuno di Honduras. “Banyak hal yang tak terduga, misalnya kru yang terjangkit bakteri pemakan daging,” jelas David. “Ekspedisi ini juga menguak wajah Benua Amerika sebelum kedatangan Columbus.”
Dipublikasikan perdana di majalah DestinAsian Indonesia edisi Januari/Maret 2018 (“Good to Go-Literature: Penulis Pengelana”).