[dropcap type=”default”]S[/dropcap]eperti Brooklyn di New York, Jakarta Selatan kini berkembang menjadi sentra hipster di ibu kota. Kreativitas dijunjung tinggi. Ide-ide segar terus lahir di sini. Setelah lahir Pasar Santa yang meledak popularitasnya, sejumlah individu terus mengembangkan tempat-tempat bersosialisasi yang berbalut kreativitas mumpuni. Tempatnya pun beragam mulai dari restoran, kedai kopi, hingga ruang kantor. Kami mengulas enam di antaranya.

SNCTRY
Restoran ini adalah salah satu jawaban akan tren gaya hidup sehat yang mewabah di Jakarta belakangan ini. SNCTRY berkomitmen untuk menghadirkan hidangan-hidangan lezat namun sehat. Usahanya tak main-main. Amanita Qonita, sang pemilik, mengambil bahan-bahan makanannya dari kebun organik pribadi yang juga dikelolanya. “Saya mendedikasikan tempat ini bagi mereka yang menyukai makanan lezat dan bernutrisi untuk menjaga kesehatan,” ujar Amanita. Wanita berparas cantik ini mengatakan seluruh menu di SNCTRY digarap dengan perhitungan serius. Sebut saja superfood bowl, mangkuk berisi buah-buahan, yogurt, granola, dan pilihan bahan sehat lainnya diciptakan dengan takaran gizi yang mampu menghasilkan energi cukup untuk beraktivitas sehari-hari. Salah satu nilai tambah adalah cara penyajiannya yang atraktif. Amanita menggunakan mangkuk warna-warni, sendok kayu, dan tatanan buah yang disusun rapi dengan komposisi warna serta topping menarik. Desain interior SNCTRY pun memikat. Mebelnya menggunakan material daur ulang, sementara temboknya dibalut mural yang bernuansa ceria. Pelaspas, Jl. Darmawangsa Raya No. 4; snctry.com >>

Fasad Breakfast at Cayanne. Tempat ini banyak menggunakan material kayu.

Breakfast at Cayenne
Kemang sudah lama tercetak dalam peta wisata Jakarta sebagai sentra kuliner. Salah satu yang terbaru adalah Breakfast at Cayenne. Sesuai namanya, spesialisasi dari restoran ini adalah menu sarapannya. Bercokol di dalam toko furnitur, Breakfast at Cayenne hadir dengan atmosfer yang berbeda. Interiornya diramaikan dengan mebel-mebel milik toko furnitur Cayenne yang membuat suasananya mirip dengan tempat sarapan hipster di Melbourne. Menunya pun lebih beragam, tak terjebak dengan menu sarapan khas Barat yang selama ini marak ditawarkan restoran-restoran baru. Di sini Anda bisa menemukan opsi hidangan mi ayam, bacang, dan selada Asia yang bersanding dengan maple hash potato with beef bacon serta mushroom omelette. Jika Anda tak keberatan dengan suhu Jakarta yang kerap panas, area outdoor-nya yang cantik bisa menjadi pilihan tempat sarapan. Jl. Kemang Selatan 8 No. C2; 021/7177-0105;

Interior Breakfast at Cayenne yang nyaman.

Food Fighters
Sebelum tergerus modernisasi, di era 1990-an, Melawai sempat menjadi sentra berkumpul muda-mudi ibu kota. Food Fighters berusaha menghidupkan kembali gelar tersebut. Dibanding restoran, Food Fighters lebih mirip pujasera. Yang membuatnya bersinar adalah penjualnya yang kebanyakan lebih dulu meraup popularitas dari Pasar Santa. Sebut saja, Mie Chino, Papricano x Sloppy Bro, dan Kopi Pasar yang merupakan kawin silang dari ABCD Coffee dan Bear and Coffee. Tak sulit menemukan Food Fighters karena lokasinya yang menyempil di antara Mal Blok M Square dan Hotel Fave Melawai. Salah satu keunggulan sentra jajanan ini dibandingkan pujasera lainnya adalah desainnya yang digarap serius. Desain yang cocok untuk ditampilkan di akun Instagram para pengunjungnya ini menggabungkan gaya industrialis dan kontemporer. Melawai IV No.7 >>

Kiri-kanan: Aula Conclave yang bisa menampung banyak audiens; Conclave dilengkapi dengan bar dan ruang bermain.

Conclave
Di era digital ini, menyelesaikan pekerjaan tak perlu dari balik meja di bilik kantor. Conclave mengakomodasi para pekerja yang cara kerjanya lebih fleksibel dan bisa dilakukan di mana saja. Conclave hadir dengan desain yang memukau layaknya kantor yang menjadi setting film The Intern yang dibintangi Anne Hathaway dan Robert DeNiro. Tembok dibiarkan telanjang, meja kayu komunal berjejer rapi, serta fasilitas bar yang bisa digunakan untuk bersantai maupun mencari ide. Fasilitas lainnya berupa ruang workshop, mesin cetak tiga dimensi, koneksi internet berkecepatan tinggi, computer station, studio foto, hingga auditorium yang mampu menampung 125 delegasi. Untuk melepas penat tersedia juga Game Room yang disemati Apple TV, konsol gim lengkap dengan pengeras suara. Untuk menambal perut keroncongan, Conclave juga menyediakan kantin Mi Ko Ro. Secara keseluruhan, Conclave bukan hanya kantor, namun juga tempat untuk bertemu para pekerja untuk memperluas jaringan mereka. Jl. Wijaya I No. 5C; 021/2751-0329; cnclv.co

Kiri-kanan: Salah satu koleksi keramik di Le Souq; Le Souq yang menjual barang-barang interior dengan desain rumit.

Le Souq
Ekletik dan berenergi. Dua hal yang tertangkap mata ketika masuk ke dalam Le Souq. Menghadirkan kesan rumit namun menarik, toko yang menjual produk-produk interior dan eksterior rumah ini khusus menghadirkan barang-barang bergaya tradisional dengan sentuhan corak neon. Dibuat dari material berkelas, sebagian besar barang jualannya terbuat dari kayu jati, kulit, kain sutra, dan kapas. Mira Noordhoek-Geht pemilik sekaligus desainer dari Le Souq, mendapatkan inspirasi untuk kreasinya dari pengalamannya bermukim di Asia, Eropa, Afrika, dan Amerika. Untuk menghindari kesan kaku, seluruh furnitur di dalam bangunan dua lantai ini ditata layaknya rumah. Jl. Kemang Raya no. 72 lot K; 62-21/719-5672; lesouqinteriordecorating.com >>

Tembok dan bantal warna-warni di Queens Head.

Queenshead
Jika boleh dibilang, mungkin Queenshead merupakan satu-satunya bar dengan desain paling menarik di kawasan Kemang. Namanya diambil dari logo God Save the Queen yang dipopulerkan oleh band Sex Pistols. Meskipun namanya berbau Inggris, Queenshead ternyata lahir dari pengusaha yang lebih dulu terkenal di Bali. Desainnya digarap oleh Rob Sample, pria yang juga menggarap desain Jenja Club, operasionalnya ditangani oleh Steve Collinson dari Ku De Ta; sementara menunya merupakan kreasi dari James Tombleson, koki yang menangani makanan di Deus Ex Machina dan Mamasan. Pada Juni 2015, Blake Thornley, koki yang sempat mengabdi di restoran Mosaic di Ubud ikut bergabung membawa penyegaran. Nama-nama besar tersebut menghasilkan restoran dan bar dengan desain yang menawan serta pelayanan prima. Desainnya cukup khas dengan motif-motif mosaik di langit-langit, tembok, bahkan lantai. Furniturnya pun didominasi dengan warna-warna cerah khas beach club di Bali. Menu makanan dan minumannya pun bernuansa tropis dengan bahan-bahan rempah Asia serta buah-buahan tropis. Salah satu menu favoritnya adalah smoking red sangria, sangria yang dituang ke dalam bejana kaca bundar dan disajikan dengan efek asap yang terus-terusan berembus dari dalam bejana. Jangan lewatkan juga kreasi menu makanan karya koki Blake yang umumnya meleburkan bahan-bahan khas Asia ke dalam hidangan khas Eropa. Jl. Kemang Raya no. 18C; 62-21/719-6160; queensheadjakarta.com

6 Spot Kreatif di Jakarta Selatan