by Vicky Amin 02 May, 2019
50 Tahun Tokoh Doraemon
Oleh Vicky Amin
Pada tahun-tahun awal serial Doraemon ditayangkan di Indonesia, bangun awal di Minggu pagi seakan jadi hobi massal banyak anak. Mereka mengikuti kisah persahabatan antara kucing robot itu dengan Nobita, juga menanti benda aneh bin ajaib yang dikeluarkan dari kantongnya.
Tahun ini, Doraemon genap berusia separuh abad. Kisahnya sudah tamat, tapi jejaknya sebagai duta budaya Jepang tak terkikis waktu. Di Fujiko F. Fujio Museum, kita bisa menggali riwayat Doraemon dan rahasia di balik popularitasnya.
Sesuai namanya, museum ini bercerita tentang Fujiko F. Fujio, sosok prolifik di jagat komik. Nama aslinya Hiroshi Fujimoto. Pada 1951, bersama sahabat karibnya sejak SD, Abiko Motoo, Fujimoto membentuk kolektif Fujiko Fujio. Seperti banyak artis manga lain, keduanya awalnya bermigrasi ke Tokyo demi menaikkan pamor, termasuk berguru pada Osamu Tezuka, pencipta tokoh Astro Boy.
Fujiko Fujio mulai bersinar pada 1960-an. Pindah ke Kawasaki, duo artis manga ini meracik karakter-karakter yang kemudian menjadi ikon, contohnya Perman, Ninja Hattori, dan Abiko kerp disejajarkan dengan tandem maut Stan Lee dan Jack Kirby.
Fujiko F. Museum beralamat di Distrik Tama, Kawasaki, sekitar 25 kilometer dari Tokyo. Museum yang diresmikan pada 2011 ini dikelola oleh perusahaan Fujiko Pro dan Pemkot Kawasaki. Fasadnya terlihat banal, tapi interiornya bagaikan situs ziarah bagi mereka yang tumbuh bersama Doraemon.
Dengan tiket seharga ¥1.000 (setara Rp130.000), wisata napak tilas dimulai di lantai dasar museum yang memamerkan goresan-goresan orisinal sang mangaka. Sembari berpindah dari satu kotak kaca ke kotak kaca lain, pengunjung menyimak kehidupan sang artis melalui panduan audio. Sebuah pengalaman yang mengembalikan memori masa kecil.
Seluruh karakter buatan Fujiko Fujio dipajang di museum. Bintang utamanya tentu saja Doraemon. Karakter ini diluncurkan pada 1969, tapi tanggal lahir resminya 3 September 2112. Banyak orang datang ke Fujiko F. Museum demi melihatnya, karena itulah museum ini lebih dikenal sebagai Doraemon Museum.
Baca juga: Museum Baru dalam Gua; Melawan Penurunan Populasi Lewat Seni
Fujiko F. Museum menampung beragam zona, mayoritas lebih cocok untuk anak-anak. Ada ruang komik, layar interaktif, serta teater mini yang memutar film-film pendek. Satu suguhan museum yang memikat semua usia ialah pameran peralatan ajaib dari kantong Doraemon. Benda-benda ini diperlihatkan dalam lembaran manga berusia puluhan tahun. Dari sini kita tahu, kisah kucing dari abad ke-22 ini awalnya terbit di enam majalah berbeda. Sebelum pulang, pengunjung bisa melawat toko museum untuk membeli suvenir berbentuk replika alat ciptaan Doraemon. Siapa tahu, seabad lagi alat-alat itu mungkin akan jadi nyata.
Dipublikasikan perdana di majalah DestinAsian Indonesia edisi April/Juni 2019 (“Kronik Kucing”).