by Karina Anandya 16 November, 2018
48 Jam di Malang
Teks & foto oleh Debbzie Leksono
SABTU
08:00 Depot Soto Rampal
Selain nasi bhuk dan pecel, soto merupakan sarapan favorit bagi warga Malang, dan Depot Soto Rampal (Jl. Panglima Sudirman 71A) adalah salah satu tempat terpopuler untuk menikmatinya. Soto di sini berkuah bening, tapi dengan cita rasa kaldu yang kuat, apalagi jika ditambahkan kucuran sari jeruk nipis, sambal, serta kecap manis. Lauknya meliputi empal dan aneka jeroan sapi seperti babat rawis, paru, dan otak. Kata “kolesterol” tabu rasanya diucapkan di sini.
10:00 Kelenteng Eng An Kiong
Rumah ibadah ini merangkap sentra jajan. Area parkir bawah tanahnya menampung beragam kedai yang menjajakan kuliner khas Malang, contohnya rujak cingur, es kolak, cwie mie, dan kudapan lawas semacam pluntiran dan ote-ote. Kelenteng Eng An Kiong (Jl. Martadinata) konon dikonstruksi pada 1825 atas prakarsa Letnan Kwee Sam Hway, keturunan ketujuh seorang jenderal dari Dinasti Ming. Setiap Imlek, tempat ini menggelar pertunjukan wayang potehi yang terbuka gratis untuk umum—alasan lain untuk mengunjunginya.
13:00 Warung Tangkilsari
Meski letaknya di pelosok desa, sekitar 20 menit dari pusat kota, Warung Tangkilsari (Desa Tangkilsari, Kecamatan Tajinan) senantiasa dibanjiri penggemar masakan pedas. Tamu diberikan pilihan nasi putih, nasi jagung, atau kombinasi keduanya yang kemudian disandingkan dengan urap. Bintang utamanya tentu saja lauk-pauknya: ayam, bebek, menthog, lele, cumi-cumi, kerang, kepala ikan, serta udang. Semuanya berkubang dalam kuah santan merah sarat rempah dan irisan cabai. Jangan lupa mencicipi menjes goreng, kudapan berbahan dasar kedelai bersalut tepung renyah yang lazim ditemui di Jawa Timur.
16:00 Java Dancer Coffee
Desainnya bergaya Jawa. Tiap tamunya disapa dalam bahasa Jawa. Satu hal lagi yang membuatnya spesial ialah biji kopinya yang dibeli dari pelosok Indonesia. Java Dancer Coffee (Jl. Jakarta 59; javadancer.com), salah satu pelopor depot kopi lokal di Malang, kini telah memiliki beberapa cabang di penjuru kota. Selain kopi, tempat ini menawarkan beragam hidangan Barat dan Indonesia.
18:00 Alun-Alun Tugu
Lazimnya di kota-kota di Jawa, alun-alun merupakan ruang komunal yang menawarkan kesempatan bertemu warga lokal. Alun-Alun Tugu (Jl. Tugu) terhampar persis di depan Balai Kota Malang. Di sini warga umumnya berkerumun sejak sore hingga malam hari untuk bersantai di bangku-bangku taman seraya menikmati permainan lampu dan air mancur di kolam teratai. Saat lapar kembali mengusik, kunjungi Sentra Kuliner Sriwijaya (Jl. Sriwijaya 3) di sisi timur Alun-Alun Tugu untuk mencicipi nasi campur urap dan ayam panggang di Warung Mbak Sri.
Baca juga: Destinasi Paling Bersinar di Jawa Timur; 48 Jam di Banyuwangi
MINGGU
07:00 Pasar Oro-Oro Dowo
Dibangun pada 1932, Pasar Oro-Oro Dowo (Jl. Guntur 20) merupakan pasar rakyat pertama di Malang. Usai direvitalisasi, ia menjadi pasar modern yang nyaman. Fasilitas keranjang belanja dorong tersedia, begitu pula monitor yang menampilkan pergerakan harian harga bahan-bahan pokok. Layaknya pasar, tempat ini mengoleksi banyak penganan tradisional, sebut saja nasi bhuk, bubur Madura, dan kue lumpur. Sekitar 500 meter dari sini terbentang Jalan Ijen yang selalu ramai saat Car Free Day bergulir tiap hari Minggu.
09:00 Padepokan Seni Topeng Asmoro Bangun
Seni Topeng Malangan berakar pada masa Kerajaan Majapahit. Sayang, eksistensinya kini terancam dan pelakunya hanya tersisa segelintir. Untuk mempelajarinya, kunjungi Padepokan Seni Topeng Asmoro Bangun (Jl. Prajurit Slamet, Dusun Kedungmonggo) yang kini dikelola oleh Tri Handoyo, cucu dari almarhum maestro seni topeng Mbah Karimun. Selain melihat proses pembuatan topeng, tamu bisa mengikuti kursus gratis Tari Topeng Malangan tiap Minggu pagi, serta menonton pentas Wayang Topeng saban Senin Legi.
12:00 Sego Sambel Cak Uut
Kesabaran dibutuhkan untuk menikmati hidangannya. Antrean tamu sudah mengular bahkan sebelum warung dibuka pada pukul sembilan pagi. Dalam interior berkonsep tradisional, Sego Sambel Cak Uut (Jl. Simpang Raya Langsep 41) menyajikan antara lain ayam goreng, lele, ikan asin, udang, dadar jagung, hingga jengkol dan petai. Tomat ranti dan cabainya khusus didatangkan dari Banyuwangi demi menjaga autentisitas rasa sambal tempong yang menjadi magnet utama warung ini. Guna meredakan pedas, pesanlah es dawet beras dengan potongan tape dan nangka yang legit.
15:00 Lai Lai Market
Sebenarnya ini toko swalayan yang menjajakan aneka buah dan produk impor. Namun, berkat koleksi jajanannya yang sangat lengkap, ia lebih dikenal sebagai sentra oleh-oleh. Lai Lai Market (Jl. Arjuno 36) menawarkan lebih dari 100 macam hidangan, mulai dari makanan ringan hingga pencuci mulut. Usai memborong, pengunjung bisa rehat sejenak di Illy Café sambil menyesap kopi dengan ditemani panekuk atau pasta panggang.
19:00 Inggil Museum Resto
Interiornya seperti mesin waktu yang melemparkan kita ke zaman penjajahan. Di sekitar meja-meja makan terpajang beragam artefak masa silam seperti telepon, mesin ketik, serta kaset kuno. Sensasi lawas kian lengkap berkat alunan musik keroncong dan karawitan yang membuai pengunjung selagi menyantap nasi jagung, pecel terung, trancam, sambal pencit (mangga muda), atau rawon buntut. Pada hari-hari tertentu, Inggil Museum Resto (Jl. Gajahmada 4) menanggap pentas ketoprak, wayang, dan tari topeng.