by Muhammad Fadli 16 May, 2019
48 Jam di Berlin
Teks & foto oleh Muhammad Fadli
SABTU
08:00 Schwarzes Cafe
Beroperasi sejak 1978, semenjak Tembok Berlin masih berdiri kokoh, Schwarzes (schwarzescafe-berlin.de) adalah salah satu simbol meriahnya kehidupan malam di belahan barat Berlin. David Bowie dan Iggy Pop, selagi keduanya menetap di Berlin, kerap singgah di sini. Satu yang unik, buku menu Schwarzes didominasi oleh hidangan sarapan, walau kafe berlantai dua ini sejatinya buka 24 jam setiap hari. Karena itu, tidak perlu heran jika Anda melihat para tamu “sarapan” bersama segelas vodka. Pagi dan malam memang tidak jelas batasnya di sini.
10:00 Brandenburg Gate
Gapura neo-klasik yang dikerek atas titah Frederick William II ini dikenal sebagai ikon kota Berlin. Didesain sebuah monumen militer, Brandenburg Gate (berlin.de) justru beralih citra jadi simbol perdamaian, kebebasan, juga unifikasi Jerman selepas Perang Dingin. Saat Tembok Berlin masih menutupi akses ke gapura, di sinilah pada 12 Juni 1987 presiden Amerika Ronald Reagan melayangkan kalimatnya yang tersohor: “Tuan Gorbachev, runtuhkan tembok ini.” Dan usai tembok pemisah itu akhirnya benar-benar dirobohkan, di sini pula rakyat Jerman berpesta-pora. Selagi berwisata sejarah di Brandenburg Gate, kunjungi sekalian Tiergarten (visitberlin.de), taman urban seluas 210 hektare. Bergeser sedikit, ada Memorial to the Murdered Jews of Europe (stiftung-denkmal.de) dan gedung Reichstag (bundestag.de).
14:00 Do You Read Me?
Berlin dijuluki Creative Capital, dan Do You Read Me? (doyoureadme.de) adalah salah satu tempat favorit kaum kreatif kota untuk berkumpul dan mencari referensi. Dalam interiornya yang cupet, gerai ini menampilkan rak-rak berisi ratusan majalah dengan beragam topik, seperti fotografi, desain, fesyen, serta arsitektur. Hanya majalah berkualitas yang boleh dipajang di sini, sebab proses kurasinya amat ketat. Rasanya wajar jika toko ini kerap digembar-gemborkan sebagai surga bagi pencinta publikasi editorial. Di sudut lain Berlin terdapat toko majalah dengan tema serupa, Motto Berlin (mottodistribution.com).
15:30 Me Collectors Room
Salah satu alasan kenapa skena seni Berlin begitu hidup ialah melimpahnya galeri independen untuk unjuk karya. Salah satu contohnya Me Collectors Room (me-berlin.com) milik Thomas Olbricht, seorang kolektor seni, ahli hormon, sekaligus pewaris Wella, produk perawatan rambut asal Jerman. Koleksinya ribuan, membentang dari awal abad ke-16 hingga seni kontemporer. Beberapa karya artis kondang sekaliber Cindy Sherman, Marlene Dumas, dan Gerhard Richter bisa ditemukan di sini. Usai menonton pameran, kunjungi Wunderkammer Olbricht di lantai atas galeri untuk menyimak ekshibisi permanen benda-benda eksotis (dan ganjil) yang dikumpulkan sejak era Barok dan Renaisans.
20:00 Nathanja & Heinrich
Awalnya dikenal hanya oleh orang-orang di kawasan Neukölln, Nathanja & Heinrich (nathanja-heinrich.de) merekah jadi situs yang laris di kalangan warga Berlin. Cocok disambangi usai makan malam, bar dan kafe bernuansa vintage ini menyediakan berbagai koktail, wine, bir lokal, serta “bir organik” yang tidak disaring. Perpaduan lampu yang redup, cahaya lilin, dan alunan musik sayup menjadikan tempat ini populer untuk kencan akhir pekan.
24:00 Beate Uwe
Walau bersarang tepat di jantung kehidupan malam Berlin, Beate Uwe (beate-uwe.de) masih menjadi rahasia segelintir orang. Kelab ini berukuran mungil, tapi itu juga yang membuat suasananya terasa intim. Magnet lainnya ialah tarif minuman yang murah meriah, sistem tata suara yang prima, serta barisan DJ andal. Minggu adalah hari yang istimewa di sini: pesta dimulai lebih awal dan para tamu berjoget tanpa alas kaki di atas karpet. Jangan terlalu larut berpesta bersama mereka, sebab di sekitar Beate Uwe ada banyak sarang nokturnal lain yang tak kalah menghanyutkan, contohnya Tresor (tresorberlin.com), Kater Blau (katerblau.de), serta Berghain (berghain.de).