Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

20 Lukisan Ikonis & Tempat Melihatnya

Impression, Sunrise, karya emas Claude Monet yang menjadi cikal bakal mazhab impresionisme.

Oleh Cristian Rahadiansyah

1. Impression, Sunrise
Seniman: Claude Monet
Lokasi: Musée Marmottan Monet, Paris
Claude Monet dikenal sebagai pemberontak—dan Impression, Sunrise merupakan aksi pemberontakannya yang termasyhur. Lukisan bertarikh 1872 ini menangkap momen yang bergerak dan cahaya yang berpendar. Di masa itu, pendekatannya dianggap penghinaan terhadap pakem. Bagi lembaga-lembaga seni terpandang, lukisan mesti memuat detail yang jelas, garis yang tuntas, juga warna yang tegas. Impression, Sunrise kemudian dikenang sebagai cikal bakal mazhab impresionisme. marmottan.fr  

Kiri-kanan: Lukisan Pangeran Diponegoro Terluka karya Hendra Gunawan; Patung yang terinspirasi karya Hendra di teras Ciputra Artpreneur Museum. (Foto: Bismo Agung)

2. Pangeran Diponegoro Terluka
Seniman: Hendra Gunawan
Lokasi: Ciputra Artpreneur Museum, Jakarta
Mendobrak dominasi Hindia Molek, aliran yang berkutat pada objek gunung dan sawah, Hendra Gunawan mendedikasikan kanvasnya untuk realitas: rakyat jelata sedang bercengkerama, mencari kutu, duduk-duduk melewati hari. Inilah yang membuat Pangeran Diponegoro Terluka cukup unik. Lukisan ini menampilkan drama heroik seorang tokoh besar. Lebih menarik lagi, lukisan ini sejatinya belum rampung dibuat. Wajah Pangeran Diponegoro masih absen, lantaran sang perupa jatuh sakit di tengah prosesnya melukis. ciputraartpreneur.com 

Tiga panel The Garden of Earthly Delights karya Hieronymus Bosch mengisahkan penciptaan bumi, drama di surga, hingga siksa neraka.

3. The Garden of Earthly Delights
Seniman: Hieronymus Bosch
Lokasi: Museo Nacional del Prado, Madrid
Lukisan ini masuk kategori triptych: terdiri dari tiga panel, di mana kedua panel sampingnya bisa ditutup seperti daun jendela, untuk memperlihatkan lukisan berbeda di lapisan eksteriornya. The Garden of Earthly Delights dibuat di ujung abad ke-15, dengan detail yang kompleks dan sarat enigma. Memakai tema dosa sebagai benang merahnya, Bosch mengisahkan penciptaan bumi, drama di surga, hingga siksa neraka. museodelprado.es 

David Wise, konservator National Gallery of Australia, menganalisis lukisan Blue Poles 1952 buatan Jackson Pollock. (Foto: Pollock-Krasner Foundation).

4. Blue Poles 1952
Seniman: Jackson Pollock
Lokasi: National Gallery of Australia, Canberra
Pollock, figur sentral dalam kutub abstrak ekspresionisme, dikenal berkat tekniknya mencipratkan dan meneteskan cat pada kanvas. Salah satu karya emasnya, Blue Poles, menjadi magnet utama Canberra—kota yang kerap dicitrakan membosankan—untuk memikat pencinta seni. Karya ini dibeli pemerintah pada 1973. Harganya yang kelewat mahal sempat memicu kehebohan. bluepoles.nga.gov.au 

5. Campbell’s Soup Cans
Seniman: Andy Warhol
Lokasi: Museum of Modern Art, New York
Karya ini dikenang sebagai tonggak gerakan seni pop. Andy Warhol melukis 32 kaleng sup di kanvas secara individual, lalu merangkainya sebagai sebuah instalasi yang mengeksplorasi budaya konsumerisme. Saat kali pertama dipamerkan pada 1962, karya ini membuat banyak orang terheran-heran, sekaligus mempertanyakan batas definisi seni—dampak yang kemudian menjadi ciri karya-karya Warhol berikutnya. Lukisan ikonis lain di MoMA ialah The Persistence of Memory dari Salvador Dali, Autumn Rhythm oleh Jackson Pollock, serta The Starry Night oleh Van Gogh. moma.org 

Menyuarakan pesan damai, lukisan Guernica karya Pablo Picasso sempat disimpan di New York agar tak hancur akibat Perang Dunia II.

6. Guernica
Seniman: Pablo Picasso
Lokasi: Museo Reina Sofía, Madrid
Salah satu karya terpenting yang menyuarakan anti-perang, Guernica merespons pengeboman kota Guernica dalam Perang Saudara Spanyol. Lukisan buatan 1937 ini juga hampir menjadi korban perang, karena itu Picasso memilih mengamankannya di New York. Barulah pada 1981 Guernica dikembalikan kepada pemerintah Spanyol. museoreinasofia.es  

Lukisan misterius Tumpah Darahku (sisi tengah, di atas pintu) karya Basoeki Abdullah di Museum Toeti Heraty. (Foto: Bismo Agung)

7. Tumpah Darahku
Seniman: Basoeki Abdullah
Lokasi: Museum Toeti Heraty, Jakarta
Basoeki Abdullah, yang dijuluki “pelukis istana,” dibunuh perampok pada 5 November 1993. Sebulan sebelumnya, dia memberikan Tumpah Darahku kepada sahabatnya, Toeti Heraty. Lukisan ini amat janggal. Gayanya abstrak, padahal pembuatnya menganut aliran realis dan naturalis. Lebih misterius ialah subjeknya: menyiratkan tubuh hitam yang terkapar dengan darah tercecer. Banyak orang kemudian menilainya sebagai “isyarat”: sang maestro ditemukan tewas di rumahnya dalam posisi yang mirip. cemara6galeri.wordpress.com 

8. The Scream
Seniman: Edvard Munch
Lokasi: National Museum, Oslo
Lukisan ini begitu monumental hingga merekah jadi ikon seni visual dunia. Uniknya, apa yang diekspresikan sang pelukis masih tanda tanya. Konon, Munch menuangkan kegelisahannya sendiri usai saudaranya dirawat di rumah sakit jiwa. Teori lain menyebut dia terinspirasi mumi yang pernah dilihatnya. Penjelasan lain lagi mengklaim artis Norwegia ini kaget melihat langit Eropa yang berubah merah akibat dampak erupsi Krakatau. nasjonalmuseet.no 

Kiri-kanan: Lukisan Woman with a Hat karya Henri Matisse dikenang sebagai tonggak fauvism; Langit merah dalam The Scream karya Edvard Munch konon disebabkan erupsi Krakatau.

9. Woman with a Hat
Seniman: Henri Matisse
Lokasi: San Francisco Museum of Modern Art
Dari 67 karya Henri Matisse yang dikoleksi SFMOMA, Woman with a Hat adalah yang paling masyhur. Pasalnya, lukisan bertitimangsa 1905 ini dipandang sebagai tonggak fauvism, mazhab yang dicirikan oleh warna-warna keras dan bebas—sebuah penolakan pada rona syahdu aliran impresionisme. sfmoma.org 

Rijksmuseum memiliki zona khusus karya-karya Rembrandt, termasuk The Night Watch. (Foto: Donang Wahyu)

10. The Night Watch
Seniman: Rembrandt van Rijn
Lokasi: Rijksmuseum, Amsterdam
Lukisan ini menampilkan anggota milisi Amsterdam. Tapi bukan subjeknya yang penting. The Night Watch merupakan testimoni atas kelihaian Rembrandt mengolah cahaya. Pada kanvasnya, sinar datang dari sudut kiri atas dan melahirkan efek dramatis. Juga unik, tiap subjek ditampilkan dalam pose dan posisi berbeda. Pendekatan ini kontras dari lukisan potret abad ke-17 yang lazimnya menampilkan barisan manusia dalam komposisi setara. Jika ada sosok yang lebih menonjol, rawan muncul pertengkaran, karena tiap orang patungan membayar si seniman. rijksmuseum.nl  

Whistler’s Mother buatan James McNeill Whistler adalah karya seniman Amerika Serikat pertama yang dibeli oleh pemerintah Prancis.

11. Whistler’s Mother
Seniman: James McNeill Whistler
Lokasi: Musée d’Orsay, Paris
Karya buatan 1871 ini menampilkan ibunda dari sang pelukis sendiri. Whistler’s Mother merupakan karya seniman Amerika Serikat pertama yang dibeli oleh pemerintah Prancis. Lukisan ini begitu terkenal hingga dijuluki Mona Lisa versi Amerika Serikat. Pada 1997, pamornya melebar ke luar Eropa dan AS lewat film populer sekaligus konyol, Bean. musee-orsay.fr  

Petugas Belvedere sedang memindahkan lukisan ikonis The Kiss buatan Gustav Klimt. (Foto: Ouriel Morgensztern/Belvedere)

12. The Kiss
Seniman: Gustav Klimt
Lokasi: Österreichische Galerie Belvedere, Wina
Gustav Klimt dikenal sebagai eksponen Vienna Secession, gerakan yang menyuarakan kebebasan dalam berkarya, termasuk dalam penggunaan materi. The Kiss adalah manifestasi dari aspirasi itu. Lukisan ini pertama kali dipamerkan pada 1908. Selain cat minyak, Gustav menambahkan daun emas dan perak pada kanvasnya—elemen dekoratif yang dianggap menyimpang di masanya. sammlung.belvedere.at 

13. American Gothic
Seniman: Grant Wood
Lokasi: Art Institute of Chicago
Lukisan ini dianggap sebagai gambaran satir masyarakat pedalaman midwestern Amerika Serikat, walau pembuatnya sebenarnya hanya ingin menunjukkan sisi positif nilai-nilai pedesaan. Terlepas dari perdebatan itu, American Gothic diakui sebagai pemicu gerakan seni regionalism. Karya ini dibuat pada 1930 usai Grant Wood mengunjungi kota kecil Eldon di Iowa. Dia memakai saudara perempuan dan dokter gigi langganannya sebagai model lukisan. artic.edu 

Kiri-kanan: Lukisan American Gothic, mahakarya Grant Wood; Lukisan The Last Judgment buatan Michelangelo melapisi altar Sistine Chapel.

14. The Last Judgment
Seniman: Michelangelo
Lokasi: Sistine Chapel, Vatikan
Sistine Chapel mungkin satu dari segelintir rumah ibadah yang menjadi destinasi pencinta seni. Nyaris sekujur interiornya dilapisi lukisan, salah satunya The Last Judgment yang melapisi dinding altar. Sang perupa, Michelangelo, menggarapnya selama empat tahun pada abad ke-16, usai menyelesaikan lukisan megah pada langit-langit bangunan suci Vatikan ini. museivaticani.va  

Penangkapan Pangeran Diponegoro, lukisan bertarikh 1857 karya Raden Saleh, dikenang sebagai bibit nasionalisme di Nusantara.

15. Penangkapan Pangeran Diponegoro
Seniman: Raden Saleh
Lokasi: Galeri Nasional, Jakarta  
Lukisan ini sebenarnya mirip parodi. Raden Saleh menafsirkan ulang sekaligus menyindir lukisan bertema serupa karya Nicolaas Pieneman. Bertolak belakang dari versi Pieneman, serdadu Belanda digambarkan berkepala besar seperti tokoh jahat, sementara Pangeran Diponegoro tampil bernyali. Dengan itu pula, karya bertarikh 1857 ini disebut sebagai benih nasionalisme. Replika Penangkapan Pangeran Diponegoro terpajang di Galeri Nasional, sementara versi aslinya dipamerkan hanya pada momen-momen spesial. galeri-nasional.or.id 

Lukisan The Nightmare buatan Henry Fuseli dikenang sebagai visualisasi mimpi yang paling terkenal dari dunia seni.

16. The Nightmare
Seniman: Henry Fuseli
Lokasi: Detroit Institute of Arts
Jika mimpi buruk memiliki ikon, karya Henry Fuseli ini adalah kandidat terkuatnya. Lukisan cat minyak ini terus menghantui dunia seni sejak dipamerkan di Royal Academy of London pada 1782. Uniknya, karya horor supernatural ini lahir di puncak zaman Pencerahan Eropa yang ditandai permusuhan terhadap segala hal yang berbau klenik dan irasional. dia.org 

The Last Supper, yang dilukis Leonardo da Vinci selama tiga tahun, sempat kembali menyita perhatian berkat popularitas novel The Da Vinci Code.

17. The Last Supper
Seniman: Leonardo da Vinci
Lokasi: Santa Maria delle Grazie, Milan
Salah satu mural paling kondang, The Last Supper menampilkan adegan perjamuan terakhir Yesus bersama 12 muridnya. Da Vinci melukisnya selama tiga tahun. Karya ini sempat kembali “trending” pada 2003 akibat novel The Da Vinci Code. Berkat tingginya animo untuk melihatnya, pihak gereja memberlakukan sistem slot berisi 30 orang per 15 menit. legraziemilano.it  

18. Iseh in Morning Light
Seniman: Walter Spies
Lokasi: Agung Rai Museum of Art, Bali
Walter Spies, artis kelahiran Rusia, pernah menetap di Bali dan berpengaruh besar pada skena seni pulau ini, misalnya dalam hal teknik dan eksplorasi warna. Salah satu museum yang menyimpan banyak karyanya ialah ARMA di Ubud. Lukisan-lukisan Spies didominasi gambaran alam dan pedesaan agraris Bali yang damai, seperti terlihat misalnya pada Iseh in Morning Light. armabali.com 

Pengunjung Louvre Paris berjubel menyaksikan dan memotret Mona Lisa karya Leonardo da Vinci. (Foto: Ilnur Kalimullin)

19. Mona Lisa
Seniman: Leonardo da Vinci
Lokasi: Louvre Museum, Paris
Pada 2019, Louvre Paris menjala hampir 10 juta tamu, dan mayoritas dari mereka datang demi melihat Mona Lisa. Mahakarya Renaisans Italia ini bisa dibilang adalah lukisan paling ikonis sejagat. Orang-orang mengantrenya saban hari, demi melihat senyum misterius Lisa Gherardini dalam lukisan, atau penasaran dengan format potret separuh tubuh yang tak wajar pada abad ke-16. Jika malas berjubel, Louvre punya tiga karya lain yang patut dilihat: The Raft of the Medusa oleh Theodore Gericault, Grande Odalisque oleh Jean Auguste Ingres, serta Liberty Leading the People oleh Eugène Delacroix. louvre.fr  

Kiri-kanan: Interior Museum MACAN. (Foto: Toto Santiko Budi); Lukisan Ngaso karya S. Sudjojono, seniman yang bergelar Bapak Seni Rupa Indonesia Modern. (Foto: Museum MACAN)

20. Ngaso
Seniman: S. Sudjojono
Lokasi: Museum MACAN, Jakarta
Ibarat cerita minor dari kisah akbar, Ngaso menampilkan anggota laskar rakyat sedang rehat di sela konflik melawan Belanda. S. Sudjojono melukis adegan ini pada 1964, mengenang kunjungannya ke markas Angkatan Pemuda Indonesia di Cikampek. Lukisan ini pernah dipajang di pameran debut Museum MACAN pada akhir 2017. Belum ada info kapan karya dari “Bapak Seni Rupa Indonesia Modern” ini akan kembali dipertontonkan ke publik. Berbeda dari banyak museum lain, MACAN memang tidak memajang secara permanen koleksi emasnya. museummacan.org 

Show CommentsClose Comments

Leave a comment

0.0/5