Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

10 Satwa Terancam Punah & Habitat Mereka

Beruang kutub terancam punah pada 2100. Ini prediksi suram yang dilansir oleh jurnal Nature Climate Change pada 20 Juli. Berdasarkan studi terbaru, para peneliti mendapati penurunan populasi beruang kutub kian kronis. Penyebabnya ialah kesulitan mencari makan akibat pencarian es yang terlalu cepat di Arktika. 

Lini masa para peneliti itu didapat dari kalkulasi matematis. Mereka menghitung jumlah hari yang dihabiskan beruang kutub untuk mencari makan, tingkat kelahiran, juga tingkat pencairan es. Menyandingkan hasilnya dengan tren demografis 1979-2016, para peneliti lalu memvonis beruang kutub akan musnah di banyak lokasi pada akhir abad ini. 

Seekor beruang kutub bersantai di Hornsund, Greenland. (Foto: Mathieu Ramus/Unsplash)

Berita itu mengirimkan alarm kencang ke penjuru dunia. Pasalnya, menurut “daftar merah” International Union for Conservation of Nature (IUCN), beruang kutub sebenarnya masih berstatus rapuh (vulnerable), satu level di bawah kategori terancam punah (endangered). Tapi pemanasan global ternyata telah mengakselerasi prospek kepunahan mereka.   

Baca Juga: Wisata Menonton Beruang Kutub

Beruang kutub bukan satu-satunya satwa yang akan disapu dari muka bumi. Membuka IUCN Red List, ada lebih dari 8.000 satwa berstatus terancam punah dan kritis (critically endangered). Jumlahnya berpotensi bertambah. IUCN sementara ini mendata hanya 120.000 spesies. Akhir 2020, mereka memasang target 160.000 spesies.  

Satwa berperan vital dalam ekosistem, termasuk untuk menjaga kelangsungan hidup manusia. Berikut beberapa yang berada di kategori kritis, lengkap dengan habitat mereka. 

Dari 1999-2015, Bornean orangutan kehilangan separuh populasinya. (Foto: Jorge Franganillo/Unsplash)

1. Orangutan
Orangutan Vietnam sudah punah. Sementara tiga spesies sisanya kini masuk daftar kritis. Dari 1999-2015, Bornean orangutan (Kalimantan, Sabah, Sarawak) kehilangan separuh populasinya. Tetangganya, Sumatran orangutan, tersisa hanya sekitar 7.500 ekor. Khusus di Kabupaten Tapanuli Selatan, spesies Tapanuli orangutan dalam kondisi ringkih lantaran tersisa hanya sekitar 800 ekor. 

Empat sub-spesies lumba-lumba menghadapi kepunahan, termasuk pesut. (Foto: Talia Cohen/Unsplash)

2. Lumba-Lumba
Menurut IUCN Red List, empat sub-spesies lumba-lumba menghadapi kepunahan, yakni Taiwanese humpback dolphin (Taiwan), North Island Hector’s dolphin (Selandia Baru), common dolphin (perairan tropis), serta Irrawaddy dolphin (Asia Tenggara). Yang terakhir ini kerap dijuluki pesut di Indonesia.

Perdagangan cula adalah salah satu ancaman terbesar bagi badak. (Foto: David Clode/Unsplash)

3. Badak
Konflik antara pemburu dan jagawana badak terus menyedot perhatian dunia. Cula satwa ini adalah komoditas yang lukratif di pasar gelap, terutama di Vietnam. Di Afrika, tiga sub-spesies badak berstatus kritis, yakni northern white rhino, eastern black rhino, dan south-eastern black rhino. Nasib serupa dialami oleh badak Jawa dan Sumatera. Populasinya masing-masing tersisa kurang dari 80 ekor. 

Dua sub-spesies jerapah berstatus kritis, yakni Nubian giraffe dan Kordofan giraffe. (Foto: Robin Stuart/Unsplash)

4. Jerapah
Setidaknya dua sub-spesies jerapah berada dalam status kritis, yakni Nubian giraffe dan Kordofan giraffe. Pangkal masalah utamanya ialah perburuan liar. Kulit jerapah laris dipakai untuk aksesori busana. Kedua jerapah ini tersebar di Afrika, termasuk di Ethiopia, Kenya, Uganda, Sudan, dan Kamerun.

Paus, raksasa lautan, tengah berjuang melawan dampak pemanasan global. (Foto: Derek Oyen/Unsplash)

5. Paus
Raksasa lautan ini tengah berjuang melawan takdir getir. Antarctic blue whale (tersebar di banyak lautan) dan North Atlantic right whale (Atlantik Utara) dalam kondisi kritis. Beberapa kerabat mereka bernasib serupa di sejumlah lokasi, contohnya killer whale di Selat Gibraltar, Gulf of Mexico whale, serta dugong di Jepang

Dari 1910-2010, populasi harimau dunia susut drastis dari sekitar 100.000 menjadi 3.200 ekor. (Foto: Zulnureen Shariff/Unsplash)

6. Harimau
Dalam satu abad dari 1910-2010, populasi harimau dunia susut drastis dari sekitar 100.000 menjadi 3.200 ekor. Khusus kawasan Asia Tenggara, setelah harimau Jawa dan Bali dinyatakan punah, dua saudara sisanya kini terancam hilang dari muka bumi, yakni Malayan tiger (Semenanjung Malaysia) dan Sumatran tiger (Sumatera).

Marak dijadikan peliharaan, populasi iguana menyusut di banyak lokasi. (Fot0: Jose Aragones/Unsplash)

7. Iguana
Kadal yang mengilhami Godzilla ini pernah populer sebagai hewan peliharaan di Indonesia. Dan itulah salah satu alasan iguana berada di ambang kepunahan. Satwa yang berhabitat di Amerika Tengah dan Selatan ini menjadi korban perdagangan ilegal. Total ada 11 jenis iguana yang masuk kategori kritis, termasuk Pinta Marine iguana, Allen Cays Rock iguana, Galápagos Pink Land iguana, serta Jamaican iguana.

Dalam keluarga besar spesies hiu, ada 11 anggotanya yang terancam punah. (Foto: Gerald Schömbs/Unsplash)

8. Hiu
Dalam banyak film, hiu dicitrakan bengis dan perkasa. Tapi di lautan, ia bernasib tragis, bahkan mungkin yang paling tragis. Dalam keluarga besar hiu, ada 11 anggota yang terancam punah, termasuk scalloped hammerhead (perairan tropis), angelshark (Norwegia, Swedia, Maroko), Pondicherry shark (pesisir Indo-Pasifik), serta daggernose shark (Amerika Selatan).

Akibat aneksasi manusia ke hutan di Afrika, gorila kian terpojok dan terancam. (Foto: Mike Arney/Unsplash)

9. Gorila
Akibat aneksasi manusia ke hutan dan pegunungan, gorila kian terpojok dan terancam. Tiga sub-spesiesnya sudah masuk daftar kritis IUCN Red List, yakni Grauer’s gorilla (Kongo), western lowland gorilla (Angola, Kamerun, Kongko, Gabon), serta Cross River gorilla (Nigeria).

Beberapa kucing besar berstatus kritis, termasuk Balkan lynx dan Asiatic cheetah. (Foto: Patrick Duvanel/Unsplash)

10. Kucing Besar
Balkan lynx, satwa nasional Makedonia Utara, hanya tersisa kurang dari 50 ekor di alam liar. Kucing besar lain yang juga rawan punah ialah Asiatic cheetah (Iran) dan Saharan cheetah (Sahara dan Sahel). Di Asia Tenggara, nasib miris menimpa Indochinese leopard yang hidup tersebar di Myanmar, Thailand, Malaysia, Kamboja, serta kawasan selatan Tiongkok.

Show CommentsClose Comments

Leave a comment

0.0/5