Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

10 Panduan Bagi Perempuan yang Ingin Berkelana Solo

Pada 2016, merujuk data George Washington University School of Business, hampir 66% traveler dunia ialah perempuan. Pada 2018, situs web reservasi Hostelworld mendapati pemesanan kamar oleh perempuan yang bepergian solo meningkat 45%. Sementara survei oleh British Airways pada 9.000 perempuan di 2018 menemukan 50% responden pernah bepergian solo.

Walau masih dihantui ancaman kekerasan dan pelecehan, perempuan bepergian solo telah menjadi tren global. Beberapa bahkan nekat melawat kawasan ekstrem, juga menjajal pengalaman baru yang mendobrak stereotip. Ini contoh 10 buku yang merekam kisah mereka: 

Looking for Transwonderland
Oleh Noo Saro-Wiwa, 2021
Hubungan “benci tapi rindu” melatari travelogue ini. Bertahun-tahun setelah ayahnya dibunuh di Nigeria, Ken Saro-Wiwa kembali ke tanah leluhurnya ini dan mencoba mengenalnya lebih utuh. Perempuan yang dibesarkan di Inggris ini mengarungi Lagos, mengarungi perbukitan, berkenalan dengan industri film Nollywood, menyelami negara kaya yang digerogoti korupsi—semuanya diceritakan melalui perspektif seorang diaspora yang mencari akarnya, tapi dengan bawaan humor satir dan ironi khas orang Inggris.

What I Was Doing While You Were Breeding: A Memoir
Oleh Kristin Newman, 2014
Referensi bagi perempuan lajang dan independen yang ingin bepergian solo, buku ini merekam kisah Kristin Newman, seorang penulis dan produser, yang menolak konsep hidup lurus menikah-menetap-punya anak, lalu memilih berkelana sekaligus berkenalan dengan banyak pria, termasuk bartender Israel, pemain poker Finlandia, hingga pendeta Argentina. Buku lain yang cocok bagi perempuan lajang ialah Wanderlust: A Love Affair with Five Continents karya Elisabeth Eaves.

Tales of a Female Nomad: Living at Large in the World
Oleh Rita Golden Gelman, 2001
Kisahnya mirip Eat, Pray, Love, tapi destinasinya lebih beragam dan pengalamannya lebih mendebarkan. Pada 1986, di tengah proses cerai, Rita Golden Gelman memutuskan meninggalkan hidupnya di Los Angeles untuk berkelana—seperti kata-katanya sendiri—”tanpa rencana dan dipandu insting.” Dia melawat Meksiko, Guatemala, Nikaragua, Israel, Galapagos, Kanada, Thailand, Selandia Baru (via Bali), serta Indonesia, persisnya ke Papua (saat itu bernama Irian Jaya).

Girl in the Woods: A Memoir
Oleh Aspen Matis, 2016
Dalam memoarnya ini, Aspen Matis memperlihatkan bertapa bepergian bisa jadi sarana terapi dan pembebasan diri. Usai diperkosa oleh temannya dan ditekan untuk menyembunyikan peristiwa itu, gadis berusia 19 tahun ini memutuskan mengobati pilu lewat ekspedisi solo: berjalan menyusuri Pacific Crest Trail sepanjang 4.270 kilometer dalam kurun lima bulan. Dalam petualangannya, dia tak hanya sukses memupuk asa baru, tapi juga menemukan seorang pria yang membantunya memulihkan rasa percaya pada sesama. 

The Valleys of the Assassins
Oleh Freya Stark, 2001
Versi orisinal buku ini terbit pada 1934. Penulisnya, Freya Stark, adalah petualang perempuan yang tersohor akan keberaniannya mengarungi beberapa tempat paling rawan di Timur Tengah, termasuk Suriah, Iran, Irak, dan Yaman. Dalam The Valleys of the Assassins, Freya merekam penjelajahannya di Luristan, dataran tinggi yang berlokasi di antara Irak dan Iran, termasuk mengisahkan warga nomaden yang ditemuinya. 

A Woman Alone: Travel Tales from Around the Globe
Oleh Faith Conlon, Ingrid Emerick, Christina Henry de Tessan, 2001
Dalam 256 halaman, antologi ini merangkum kisah perjalanan solo 29 perempuan dengan beragam latar belakang ke beragam destinasi. Seperti ditulis dalam pengantarnya, A Woman Alone berargumen bahwa bepergian solo memang bisa berbahaya bagi perempuan, tapi pengalaman ini juga bisa “membebaskan” dan memperkaya diri. Berniat menularkan kesimpulan tersebut, buku ini dilengkapi panduan dan tips wisata bagi perempuan. Ketiga editor buku ini juga menggarap buku serupa berjudul Go Your Own Way: Women Travel the World Solo.

Travels with Myself and Another: A Memoir
Oleh Martha Gellhorn, 2001
Martha Gellhorn, seorang novelis dan koresponden perang, menerbitkan memoar pada 1978. Pada 2001, tiga tahun selepas kepergiannya, versi barunya diterbitkan, dengan tambahan foto-foto langka almarhum. Travels with Myself and Another merekam kisah petualangan Martha ke beragam tempat, dari Moskwa hingga Laut Merah, serta catatan perenungannya dan profil karakter-karakter yang ditemuinya, termasuk sang suami, Ernest Hemingway, yang disamarkan lewat kata “Another” dalam judul buku ini. 

Where the Pavement Ends: One Woman’s Bicycle Trip through Mongolia, China, & Vietnam
Oleh Erika Warmbrunn, 2001
Saat banyak orang AS waswas mendengar kata “Dunia Ketiga,” Erika Warmbrunn justru menggelar ekspedisi nekat seorang diri mengunjungi belahan Asia yang belum dikenalnya. Pada 1993, perempuan 27 tahun asal Seattle ini menaiki sepeda bernama Greene, mengayuh pedal sejauh 8.000 kilometer, menembus interior Mongolia, Tiongkok, serta Vietnam selama delapan bulan. Sepeda, seperti yang dikisahkan Erika, ternyata bisa menjadi sarana menikmati petualangan yang dramatis dan pengalaman yang berkesan.

She Explores: Stories of Life-Changing Adventures on the Road and in the Wild
Oleh Gale Straub, 2019
Bermula dari blog yang dirintis pada 2014, She Explores merangkum kisah 40 perempuan yang melakoni petualangan di beragam belahan dunia, dari road trip naik truk, mendaki gunung, kamping di belantara, hingga bersepeda. Tiap cerita dilengkapi foto dan aneka tips bagi perempuan yang ingin berkelana solo. Buku ini digarap oleh Gale Straub, pekerja kreatif dan petualang yang berbasis di New Hampshire, sekaligus pengasuh blog She-Explores.com.

The Solo Female Travel Book: Tips and Inspiration for Women Who Want to See the World on Their Own Terms
Oleh Jen Ruiz, 2019
Alih-alih menakutkan, bepergian solo ternyata sangat menyenangkan bagi perempuan. Hikmah inilah yang dipetik oleh Jen Ruiz, seorang pengacara yang beralih jadi penulis-pengelana, berdasarkan pengalaman pribadinya berkelana ke penjuru bumi, dari Grand Canyon hingga Sydney. Buku ini berisi pula panduan mempersiapkan trip, memilih destinasi, memotret seorang diri, hingga menjalin pertemanan dan melawan rasa kesepian.