ide liburan Singapura Archives - DestinAsian Indonesia https://destinasian.co.id/tags/ide-liburan-singapura/ Majalah travel premium berbahasa Indonesia pertama Sun, 03 Jan 2021 11:01:56 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 Bagaimana Koki Generasi Baru Mengubah Lanskap Kuliner Singapura https://destinasian.co.id/bagaimana-koki-generasi-baru-mengubah-lanskap-kuliner-singapura/ Tue, 27 Oct 2020 10:37:29 +0000 https://destinasian.co.id/?p=59712 Koki generasi baru memberi tafsir segar pada resep-resep warisan leluhur.

The post Bagaimana Koki Generasi Baru Mengubah Lanskap Kuliner Singapura appeared first on DestinAsian Indonesia.

]]>
Oyster blade steak dengan saus berbahan kaldu tiram dan rumput laut, ditemani sayur dan kakap merah di restoran 1-V:U.

Oleh Yuen Lin
Foto oleh Amrita Chandradas

Memasuki rumah Annette Tan, foto seorang wanita tua bersama seekor anjing dipajang agak tersembunyi di meja ruang tamu. Pengunjung mungkin tak akan menyadarinya. Lagi pula, di sini ada banyak hal lain yang lebih menyita perhatian: aktivitas di dapur berkonsep terbuka, aroma masakan yang menggoda, serta hidangan aneka warna yang tampak janggal sekaligus akrab. 

Di antara sajiannya, ada sepiring nasi biryani. Rasanya orisinal, tapi bahannya eksperimental. Lauknya bukan potongan daging ayam, domba, atau ikan bumbu masala, melainkan irisan perut babi yang diselimuti saus keluak yang pekat. Konsep yang juga ganjil terlihat pada mee Siam. Bihunnya tidak disajikan dalam kondisi becek dengan kuah kental, melainkan dijalin menjadi penekuk goreng yang renyah.

“Ide mengubah mi jadi penekuk dipetik dari pengalaman makan di zichar [semacam warteg masakan Cina] seperti JB Ah Meng, tapi resep bumbunya berasal dari almarhum ibu saya,” ungkap Annette. “Khusus rempah dalam sambal udang dan telur puyuh di atas mi, resepnya dari ibu dan bibi saya.”

Kiri-kanan: Peralatan dapur FatFuku, restoran berkonsep private dining di kawasan Bedok; Annette Tan, koki dan pemilik FatFuku.

Annette menyajikan beragam masakan unik itu di rumahnya di kawasan Bedok. Sejak 2017, tempat ini difungsikan restoran berkonsep private dining dengan merek FatFuku. Penggemarnya cukup banyak, mayoritas datang lantaran penasaran dengan konsep masakannya yang menerobos pakem. 

Annette, koki autodidak sekaligus penulis kuliner senior, memetik banyak pengetahuannya dari perjumpaan dengan koki-koki top dunia. Akan tetapi, ilham utamanya dalam memasak ialah mendiang ibunya, sosok yang berperan besar dalam membangun memori kuliner Tan sejak kecil. Foto almarhum masih terpajang di rumahnya, seperti yang sudah disinggung di awal tulisan.

Baca Juga: Membongkar Rahasia Dapur Masakan Padang

“Ibu saya adalah tipikal wanita Peranakan yang setiap harinya memasak setidaknya tiga hidangan untuk setiap sesi santap,” tambah Annette. “Masakannya, bersama dengan pengalaman naik skuter ayah ke kedai favorit—seperti kedai Lor 9 Beef Kway Teow—membentuk kenangan paling awal saya seputar makanan. Orang tua saya adalah pencinta kuliner, dan rasanya itu menular ke saya.”

Mee Siam dengan udang dan telur puyuh—menu yang terinspirasi masa kecil Annette Tan.

Memori adalah bagian integral dari setiap koki. Inilah yang membentuk bank rasa di benak mereka. Dikaitkan dengan tempat hidup, memori ini juga memungkinkan sang koki menemukan semacam “benang merah” dengan pasar di sekitarnya, sebagaimana musik menyatukan orang-orang dari komunitas yang sama.

Bertolak dari memorinya pula, Annette meramu serangkaian kuliner inovatif Singapura, di luar kreasi ikonis hawker seperti chicken rice and chilli crab. “Saya mengambil elemen dari makanan kesukaan saya untuk menghasilkan sesuatu yang sepenuhnya baru,” katanya lagi.

Annette menilai masakannya merefleksikan keterbukaan orang Singapura terhadap kemajemukan rasa dan inovasi kuliner. Di pujasera misalnya, warga lokal terbiasa berbagi makanan dari beragam kutub, termasuk rojak India, sate Melayu, serta mi tumis Cina. “Mayoritas dari kami sering bepergian dan terpapar dengan beragam jenis masakan,” tambahnya. “Ada semangat keterbukaan dalam cara kami menerima percampuran budaya dalam hidangan.” 

Interior Labyrinth, restoran dengan satu bintang Michelin di kompleks Esplanade.

Seperti Annette, Han Li Guang juga menggali inspirasi memasak dari laci masa kecilnya. Dia adalah koki sekaligus pemilik Labyrinth, restoran yang berlokasi di kompleks Esplanade. Pada 2017, tempat ini sukses menyabet satu bintang Michelin—prestasi yang berhasil dipertahankan hingga 2019.  

Labyrinth memiliki spesialisasi masakan Singapura modern. Membaca buku menunya, mayoritas hidangannya sudah familiar di telinga, contohnya chicken rice, ice kachang, serta chili crab. Akan tetapi, dalam hal cara memasak dan presentasi, kesan yang didapat akan sepenuhnya berbeda. Walau resepnya dicomot dari masa silam, hidangannya lahir dari proses yang melibatkan sains modern.

Baca Juga: 4 Warung Babi Guling Bali Pilihan Koki

Satu contohnya terlihat saat Han mencipta ulang chicken rice warisan neneknya. Dia memasak ayam dalam minyak lemak dengan suhu rendah di thermo circulator. Ini cara ampuh untuk menjaga rasa alami ayam, dibandingkan metode mengukus tradisional. “Kami mengaplikasikan teknologi modern bukan untuk kenyamanan, tetapi sebagai cara untuk meningkatkan bentuk hidangan tradisional,” katanya.

Kiri-kanan: Pemilik Labyrinth, Han Li Guang, mantan bankir yang banting setir ke dunia dapur; Poh piah dengan daun katuk, sirih, dan kentang di Labyrinth.

Han punya bekal pengalaman dalam menerapkan teknik memasak modern. Sebelum merintis Labyrinth, mantan bankir ini pernah mengabdi untuk Mirazur di Prancis, serta The Hand & Flowers di Inggris. Di sisi lain, dia juga mendalami sejarah kuliner dan metode memasak tradisional Singapura, dari membuat saus hingga cumi cincang. Kombinasi ilmu dari dua kutub itulah yang membuatnya luwes memberi tafsir segar pada resep kuno.

Akan tetapi, Han tidak berpretensi memfotokopi masa lalu dalam versi utuh. Baginya, pendekatan ini justru akan tersandung perbedaan memori banyak orang. “Anda tak bisa melawan nostalgia,” ujarnya. “Akan selalu ada tamu yang mengklaim nenek mereka bisa memasak dengan lebih baik.”

Dalam konteks itu pula, memvonis masakannya sebagai “asli” atau “autentik” tidak sepenuhnya tepat. Klaim-klaim semacam ini sulit dibuktikan dengan akurat. Apalagi, sumber inspirasi Han sejatinya tak berikblat pada resep tradisional murni. Neneknya pernah bekerja sebagai juru masak untuk sebuah keluarga Inggris pada 60-an. Dia mengadopsi teknik Barat saat membuat saus ayam yang dikentalkan dengan roux (kombinasi tepung dan lemak). Apa yang dilakukan Han sekarang adalah kelanjutan dari teknik eklektik neneknya.

Baca Juga: Kenapa Medan Dijuluki Poros Kopi Sumatera?

Jika ada satu hal yang membuat hidangan Han unik, jawabannya ialah bahannya. Identitas masakannya terpaut dengan tempat tinggalnya. Dia mengembangkan menu yang menonjolkan hasil bumi setempat. Menghindari bahan Eropa yang dianggap lebih superior, dapur Labyrinth mengolah tanaman budi daya lokal dan hasil tangkapan dari perairan sekitar. Walau menguras otak dan energi untuk mengolahnya, bahan-bahan ini mengandung cita rasa yang khas. 

Interior 1-V:U, restoran yang bertengger di atap The Outpost Hotel.

Annette dan Han adalah bagian dari koki generasi baru di Singapura. Spesies ini bermunculan di sejumlah lokasi. Kreasi mereka tak cuma menyimpan memori leluhur, tapi juga mencerminkan kehidupan kontemporer orang Singapura. Lewat dapur, mereka memperlihatkan wajah Singapura dulu dan kini, sebagai kota kosmopolitan yang ajek berubah.

Memang, setidaknya untuk saat ini, mereka masih kalah bonafide dari para koki haute cuisine puritan, juga kalah kondang dari selebriti dalam liga elite World’s 50 Best. Namun begitu, Annette dan kawan-kawannya tidaklah kalah laris. Bahkan tanpa label dan gelar, mereka sukses menjaring pengikut fanatik, yang rela mengantre meja hingga berbulan-bulan lamanya.   

Figur lain yang menonjol dalam grup koki generasi baru ini ialah Ace Tan, komandan restoran 1-V:U yang bertengger di atap The Outpost Hotel. Tempat yang senantiasa disejukkan angin ini menyajikan masakan Asia progresif memakai resep peninggalan nenek moyang, tapi dengan sentuhan inovatif.

Kiri-kanan: Koki 1-V:U, Ace Tan, mantan eksekutif biro periklanan; Masakan di 1-V:U memberi tafsir segar pada identitas kuliner Singapura.

“Saya tidak pernah menerjemahkan secara harfiah tradisi dan hidangan etnis kami,” kata Ace, mantan eksekutif biro periklanan yang pernah bekerja untuk restoran Flower Child di Seoul. “Dalam upaya menciptakan hidangan orisinal warisan leluhur, saya mendalami sejarah dan esensi budaya makanan yang berbeda-beda.”

Berpegang pada kredo itu, Ace meracik aneka saus tiram dan kecap yang dibuat dengan metode tradisional. Setelahnya, bahan pokok yang lumrah di dapur orang Singapura ini diaplikasikan dengan cara yang tidak wajar, misalnya dalam oyster blade steak. Tampilannya sangat bergaya Barat, tapi disajikan dengan saus berbahan kaldu tiram dan berbagai jenis rumput laut untuk menghasilkan esensi umami. Inovasi ini tidak berarti menghina resep leluhur. Ace hanya menyodorkan tafsir berbeda dalam cara memasaknya.

Kiri-kanan: Bubur chilli-crab dengan rasa umami dari kaldu kepiting rajungan, miso, serta rempah di Mustard Seed; Interior Mustard Seed.

Contoh lain lagi dari koki generasi baru Singapura ialah Gan Ming Kiat, alumni At-Sunrice GlobalChef Academy yang pernah mendalam masakan Peranakan di restoran Candlenut. Kini, dia mengasuh Mustard Seed, dapur pribadi yang diubah menjadi restoran.

Seperti tertulis dalam slogan resminya, tempat intim ini menyuguhkan menu-menu yang terinspirasi cita rasa khas Singapura. Salah satu kreasinya ialah bubur chilli-crab, semangkuk beras gurih Koshihikari dengan rasa umami dari kaldu kepiting rajungan, miso, serta rempah racikan sendiri. Bentuknya menyimpang dari konsep orisinal, tapi esensi rasanya dipertahankan, membuatnya tetap akrab di lidah orang Singapura.

Baca Juga: Beralih ke Healthy Food? Pahami 20 Istilahnya

Seperti rekan-rekan sealiran, Gan Ming mengolah resep lokal dengan sentuhan modern, tanpa mengklaim hidangannya sebagai autentik Singapura. “Saya tidak suka memakai istilah autentik,” katanya. “Cara memasak punya banyak varian, umpamanya dalam kasus poh piah [gulungan tepung beras segar berisi sayur rebus]. Anda mungkin akan menemukan cara yang berbeda-beda, contohnya di Penang, di mana poh piah disajikan dengan meneteskan kuah kental. Label autentik menciptakan batasan yang tidak perlu.”

Kiri-kanan: Koki Mustard Seed, Gan Ming Kiat, alumni At-Sunrice GlobalChef Academy yang pernah bekerja untuk restoran Candlenut; Eksterior Mustard Seed, restoran di daerah Brighton Crescent.

Dalam ikhtiarnya, koki-koki generasi baru mempertanyakan batasan definisi masakan Singapura. Haruskah makanan suatu negara terus terpatri pada hidangan yang sama di setiap era? Sejauh mana koki bisa memberi tafsir baru tanpa kehilangan esensi dari tiap hidangannya? 

Satu tempat yang berupaya mengeksplorasi lebih gamblang pertanyaan-pertanyaan itu barangkali Magic Square, pop up berdurasi setahun yang digagas pengusaha restoran Tan Ken Loon. Pergelaran eksperimental ini berfungsi sebagai inkubator bakat, sekaligus platform yang mendorong pengembangan tradisi kuliner Singapura.

Salah satu partisipan Magic Square ialah Lai Sook Yi. Dia terlibat dalam edisi kedua ajang ini. Lai Sook adalah alumni Culinary Institute of America yang pernah bekerja untuk restoran Bacchanalia dan Nouri. Dia pernah menciptakan yam gnocchi dengan buttermilk, minyak lokio, serta keripik ubi. Memadukan pengaruh tradisi India dan Cina, dia membentuk hidangan modern Singapura.

Kiri-kanan: Proses penataan hidangan di Magic Square, pop up berdurasi setahun; Lai Sook Yi, koki yang tampil dalam Magic Square jilid kedua.

Lai Sook mengaku lebih suka membuat hidangan dari nol ketimbang mengembangkannya dari hidangan klasik yang sudah terkenal. Tak asal memakai bahan stereotip “lokal” seperti gula aren atau keluak demi memperkuat citra “Singapura,” dia memilih mencari teknik baru untuk mengubah bahan-bahan lokal menjadi masakan kelas fine dining,

Masakan Lai Sook memang kemudian tampil ganjil, namun bukan berarti dibenci. Walau tidak ortodoks, hidangan-hidangannya membentuk tulang punggung dalam lanskap kuliner baru Singapura. “Saya tidak menentang rasa nostalgia, karena ada tamu yang menghargainya, dan memasak bertujuan membuat orang bahagia,” tegas Lai. “Namun, definisi masakan Singapura tidak, dan tidak boleh, terbatas pada masakan hawker.”

Memang, sebagai bagian dari budaya sebuah bangsa yang muda, masakan Singapura tidak ditentukan oleh serangkaian hidangan atau profil rasa yang baku, melainkan oleh orang-orangnya, termasuk memori dan persepsi mereka terhadap tradisi. “Saya pikir fondasi makanan Singapura, persepsi kita tentangnya, tidak akan hilang,” kata Lai Sook lagi. “Tapi siapa tahu? Suatu hari, gaya memasak eksperimental ini akan menjadi definisi baru masakan Singapura.”

Kreasi Magic Square yang terdiri dari kentang fermentasi dengan sabudana, sambal sago, dan keripik loomi, plus yam gnocchi dengan buttermilk, minyak lokio, serta keripik ubi.

The post Bagaimana Koki Generasi Baru Mengubah Lanskap Kuliner Singapura appeared first on DestinAsian Indonesia.

]]>
4 Hotel Atraktif di Singapura https://destinasian.co.id/4-hotel-atraktif-di-singapura/ Thu, 28 Feb 2019 12:13:52 +0000 http://destinasian.co.id/?p=45604 Hotel-hotel dengan desain menarik. Tiga di antaranya menempati bangunan kuno.

The post 4 Hotel Atraktif di Singapura appeared first on DestinAsian Indonesia.

]]>

Oleh Yohanes Sandy
Video oleh Gerry Habir

Oasia Hotel Downtown
Diluncurkan pada 18 April 2016, Oasia Hotel Downtown langsung menjadi salah satu hotel paling memikat di Singapura. Desainnya cukup menyita perhatian dengan fasad berwarna jingga dan taman vertikal yang menggerayangi tubuhnya—begitu mencolok di antara desain-desain gedung di sekitarnya. Apalagi letaknya tepat di jantung Tanjong Pagar, salah satu distrik penting di Singapura.

hotel singapura, oasia downtown
Kamar di Oasia Hotel Downtown.

Hotel ini menaungi 314 kamar. Lobinya terletak di lantai 12 dengan desain semi terbuka. Desainnya yang sarat dengan tanaman dan ruang terbuka menghadirkan kesan seperti sedang di lobi sebuah resor. Desain bangunannya digarap oleh firma arsitek lokal, WOHA, sementara interiornya merupakan karya dari desainer asal Spanyol, Patricia Urquiola.

hotel singapura, oasia downtown
Gedung Oasia Hotel Downtown yang tampak menonjol dibandingkan bangunan di sekitarnya.

Hotel yang mengusung tema Refresh, Recharge, and Refuel ini memiliki dua kolam renang, yakni di lantai 21 dan 27. Kolam di lantai 21 didedikasikan khusus bagi tamu Club Room ke atas. Apalagi letaknya yang berseberangan dengan Club Lounge.

hotel singapura, oasia downtown
Kolam renang di lantai 21 Oasia Hotel Downtown yang khusus untuk tamu kategori Club Room ke atas.

Untuk urusan kuliner, Hotel Oasia Downtown memiliki tiga gerai F&B, yakni Marmalade Pantry, Cin Cin Bar, dan OSO Ristorante. Marmalade Pantry yang terletak di lantai dasar difungsikan sebagai tempat sarapan dan buka sepanjang hari, sedangkan Cin Cin Bar mengakomodasi mereka yang mendambakan menu koktail terbaik. Sesi makan lebih serius dapat dilakukan di restoran Italia Oso Ristorante yang bersarang di lantai 27.

hotel singapura, oasia downtown
Sky Terrace, area terbuka di lobi yang biasanya digunakan untuk menggelar sesi yoga.

Fasilitas penunjang lainnya yang tersedia untuk tamu adalah pusat kebugaran serta Sky Terrace yang sering digunakan sebagai tempat yoga. Dengan amenitas mumpuni dan lokasi yang sangat strategis (lima menit berjalan kaki dari Stasiun MRT Tanjong Pagar), hotel ini merupakan tempat ideal untuk memulai liburan di Singapura. oasiahotels.com.

hotel singapura, wanderlust hotel singapura
Kiri-kanan: Fasad gedung bekas sekolah yang kini ditempati Wanderlust; lobi bergaya industrialis kontemporer.

Wanderlust
Hotel ini merupakan bagian dari tren mengubah bangunan tua menjadi hotel trendi. Wanderlust terletak di kawasan Little India dan mengantongi hanya 29 kamar. Gedung yang ditempati dulunya merupakan bangunan sekolah yang telah berdiri sejak 1920-an. Yang membuatnya semakin unik, hotel empat lantai menyuguhkan desain yang berbeda-beda di setiap lantainya, umpamanya desain monokromatis atau penuh warna.

hotel singapura, wanderlust hotel singapura
Kamar di Wanderlust yang mengusung tema luar angkasa.

Seperti layaknya hotel tipe bed and breakfast, penginapan ini minim fasilitas. Namun, pemiliknya ingin menghadirkan pengalaman menginap yang berbeda melalui desain kamar yang dicetak menarik. Fasilitas yang ditanam di dalam hotel adalah sebuah restoran yang merangkap sebagai bar di lobi dan sebuah kolam Jacuzzi tersedia di lantai empat. wanderlusthotel.com.

hotel singapura, vagabond hotel singapura
Kamar The Vagabond yang kental nuansa Peranakan.

Hotel Vagabond
Penginapan ini layaknya hotel yang bersemayam di dalam museum. Bagaimana tidak? Hotel ini mendiami gedung yang berusia lebih dari 65 tahun. Interiornya dipenuhi beragam koleksi karya seni memikat mulai dari patung hingga instalasi video.

Hotel yang bernaung di merek Tribute Portfolio dari grup Marriott International ini mengoleksi 41 kamar dan suite. Tipe tertingginya terletak di lantai paling atas. Sedangkan beberapa kamar dilengkapi balkon. Kamarnya mengusung desain klasik Peranakan dengan pernak-pernik lukisan dan foto tempo dulu di dindingnya.

hotel singapura, vagabond hotel singapura
Kiri-kanan: koleksi wiski di Whiskey Library; patung badak dan pohon emas kreasi seniman ternama yang menghiasi lobi.

Desain dan koleksi seni impresif bukan satu-satunya alasan untuk menginap di hotel yang dibuka pada 2016 ini. The Vagabond juga memiliki Whiskey Library yang mengoleksi lebih dari seribu botol wiski berbagai merek dari seluruh dunia, mulai dari yang langka hingga yang kerap menyabet penghargaan. hotelvagabondsingapore.com.

hotel singapura, the warehouse singapore
Fasad The Warehouse yang menempati gudang tua.

The Warehouse
Hotel yang terletak di tepi Sungai Singapura ini memiliki hal-hal yang disukai oleh kaum hipster: lokasinya di gudang kuno serta desainnya yang berkarakter industrialis dan minimalis. Hotel ini menaungi 37 kamar yang disebar di gedung uzur bekas gudang yang dibangun pada 1895. Fasadnya dibiarkan sesuai aslinya, namun interiornya dirombak dengan desain yang lebih segar.

Sejatinya hotel premium yang membidik pasar anak muda dan mereka yang melek desain, amenitas yang disematkan di kamar pun cukup atraktif. Tiap kamar dilengkapi dengan koneksi WiFi, speaker nirkabel dari Bang & Olufsen, serta produk perawatan kulit ramah lingkungan dari Ashley & Co.

hotel singapura, the warehouse singapore
Kiri-kanan: Lobi yang menyatu dengan bar; kamar The Warehouse yang bernuansa minimalis-industrialis.

Untuk wadah kongko, hotel ini dilengkapi dengan bar dan restoran yang keduanya terletak di lantai dasar. Barnya didesain melebur dengan lobi yang juga berfungsi sebagai lounge. Sedangkan restorannya, Po, dibangun di pojok gedung dan menampilkan menu Tiongkok impresif kreasi Willin Low, pendiri restoran Wild Rocket yang termaktub di daftar 50 restoran terbaik di Asia. thewarehousehotel.com.

The post 4 Hotel Atraktif di Singapura appeared first on DestinAsian Indonesia.

]]>
5 Warung Pilihan Michelin Guide di Singapura https://destinasian.co.id/5-warung-pilihan-michelin-guide-di-singapura/ Fri, 23 Nov 2018 08:47:07 +0000 http://destinasian.co.id/?p=43959 Tempat makan enak dengan harga ramah di kantong. Siap-siap dengan antrean pembeli yang kadang cukup panjang.

The post 5 Warung Pilihan Michelin Guide di Singapura appeared first on DestinAsian Indonesia.

]]>

Teks dan foto oleh Yohanes Sandy
Videografer: Gerry Habir 
Video Editor: Raden Haryo Suryadi

Michelin Guide setiap tahun mengeluarkan daftar Bib Gourmand di beberapa kota dunia. Tidak seperti daftar Michelin Guide yang fokus pada restoran-restoran berbintang dengan harga selangit, Bib Gourmand lebih mendedikasikan daftarnya pada tempat-tempat makan dengan harga yang ramah di kantong. Pada 2018, setidaknya ada 50 warung dan restoran di Singapura yang masuk daftar tersebut. Kami mengunjungi lima di antaranya.

Hidangan di Lian He Ben Ji disajikan di kuali tanah liat panas.

Lian He Ben Ji Claypot
Warung yang menempati dua kios di pujasera ini sudah beroperasi sejak 1973. Buka mulai pukul 18, warungnya selalu padat pengunjung di jam makan malam. Warung ini menyajikan nasi dengan cara memasak mirip bibimbap yang disajikan dengan pilihan topping ayam atau sosis babi.
Lokasi: Chinatown Complex, Lantai 2 Unit 198-199.

wisata kuliner singapura
Harga seporsi nasi hainan dibanderol mulai dari SGD3.

Tiong Bahru Hainanese Boneless Chicken Rice
Ini adalah salah satu warung legendaris di pujasera Tiong Bahru Market. Sesuai namanya, kedai makan ini menyediakan nasi hainan dengan cita rasa gurih yang disajikan dengan potongan ayam. Ayamnya disajikan tanpa tulang dengan metode digoreng atau direbus. Dagingnya lembut dan bumbunya meresap sempurna.
Lokasi: Tiong Bahru Market, Lantai 2 Unit 82.

Hidangan carrot cake yang melegenda. Cita rasanya bikin ketagihan.

Heng Carrot Cake
Sempat tersorot kamera di film Crazy Rich Asians, kedai ini terletak di salah satu pujasera yang cukup populer di kalangan turis. Dioperasikan oleh sepasang suami istri, kedai ini menyajikan hidangan carrot cake khas Singapura dengan pilihan rasa: asin atau gurih-manis. Menariknya, carrott cake dibuat dadakan sebelum kedainya menerima pembeli pukul 18.
Lokasi: Newton Food Center, Unit 28

wisata kuliner singapura
Kwetiau dengan bumbu kecap yang menggugah selera.

Outram Park Fried Kway Teow Mee
Di pujasera tempatnya bernaung, Outram Park merupakan salah satu gerai dengan pengunjung terbanyak. Menunya hanya satu: kwetiau goreng. Di jam-jam makan antreannya bisa mengular dengan durasi menunggu minimum 30 menit.
Lokasi: Hong Lim Food Center, Lantai 2 Unit 17.

wisata kuliner singapura
Porsi paling mahal dari laksa ini disajikan dengan topping daging lobster.

Sungei Road Trishaw Laksa
Penjual laksa ini bersemayam di bawah atap yang sama dengan kedai kwetiau Outram Park. Digemari oleh para pencinta laksa, kedai ini menawarkan laksa mi dengan kuah yang tidak terlalu pekat. Tiap laksa disuguhkan dalam tiga pilihan porsi: kecil, sedang, dan besar. Menu paling mahal disajikan dengan topping daging lobster dan porsi yang royal.
Lokasi: Hong Lim Food Center, Lantai 2 Unit 66.

The post 5 Warung Pilihan Michelin Guide di Singapura appeared first on DestinAsian Indonesia.

]]>
Festival Cahaya di Singapura https://destinasian.co.id/festival-cahaya-di-singapura-2/ Tue, 11 Sep 2018 03:50:38 +0000 http://destinasian.co.id/?p=42924 Festival tahunan yang mempersembahkan beragam instalasi cahaya yang berpusat di Bras Basah dan Bugis.

The post Festival Cahaya di Singapura appeared first on DestinAsian Indonesia.

]]>

Oleh Yohanes Sandy
Video oleh Gerry Habir

Jika Vivid Sydney jaraknya cukup jauh untuk dikunjungi, maka Singapore Night Festival bisa menjadi opsi lain untuk menyaksikan instalasi-instalasi cahaya dengan desain atraktif. Festival cahaya anual tersebut tahun ini bergulir dari 17-25 Agustus 2018 di kawasan Bras Basah dan Bugis—distrik yang disebut-sebut sebagai pusat seni dan budaya di Singapura.

Dalam acara yang berlangsung selama sembilan hari tersebut, pengunjung dapat menyaksikan beragam instalasi cahaya karya seniman lokal dan internasional yang disebar di lokasi-lokasi strategis mulai dari National Museum of Singapore, Singapore Art Museum, hingga gang cupet di samping Peranakan Museum dan pusat perbelanjaan Raffles Place.

Baca juga: 7 Festival Cahaya 2018; 5 Festival Sejuta Warna

Tahun ini, festival besutan National Heritage Board tersebut menghadirkan pameran World of WearableArt yang menampilkan baju-baju berdesain unik karya alumni kontestan World of WearableArt, kompetisi desain di Selandia Baru. Kompetisi ini menelurkan perancang-perancang inovatif yang pernah menggarap busana Lady Gaga serta Black Eyed Peas.

Selain pameran instalasi seni dan kostum kontemporer, di episode kesebelasnya Singapore Night Festival juga menyajikan serangkaian pertunjukan seni. Menariknya, pengunjung yang ingin menghadiri festival cahaya ini tak dipungut biaya sepeserpun.

The post Festival Cahaya di Singapura appeared first on DestinAsian Indonesia.

]]>
9 Lokasi Syuting Crazy Rich Asians di Singapura https://destinasian.co.id/9-lokasi-syuting-crazy-rich-asians-di-singapura/ Wed, 15 Aug 2018 09:27:49 +0000 http://destinasian.co.id/?p=41819 Lokasi-lokasi yang tampil dalam salah satu film paling ditunggu tahun ini.

The post 9 Lokasi Syuting Crazy Rich Asians di Singapura appeared first on DestinAsian Indonesia.

]]>
Oleh Samantha Francis

Film Crazy Rich Asians tak hanya dipuji sebagai film besar produksi Hollywood pertama yang seluruh pemainnya merupakan aktor dan aktris Asia sejak The Joy Luck Club yang dirilis pada 1993, namun juga sebagai film Hollywood berbiaya besar pertama yang pengambilan gambarnya hampir seluruhnya dilakukan di Singapura.

Diadaptasi dari novel berjudul sama karya penulis Singapura, Kevin Kwan, film yang disutradarai oleh Jon M. Chu tersebut menceritakan tentang kehidupan Rachel Chu (diperankan oleh Constance Wu) yang menemani kekasihnya, Nick Young (diperankan oleh Henry Golding), menghadiri pernikahan sahabat Nick di Singapura. Cerita dan drama bergulir setelah Rachel mengetahui bahwa keluarga kekasihnya adalah salah satu keluarga terkaya di Asia.

Berikut lokasi-lokasi di Singapura yang dijadikan sebagai tempat syuting film yang akan dirilis di Indonesia pada September 2018 tersebut yang kami tampilkan berdasarkan video promosinya:

Rachel dan Nick di salah satu kamar di Raffles Singapore. (Foto oleh Warner Bros. Pictures)

1. Raffles Hotel
Hotel ini merupakan tempat menginap Rachel dan Nick saat berkunjung ke Singapura. Dibangun pada 1887, hotel ini secara tidak langsung menjadi salah satu ikon kota. Saat ini, hotel tempat asal koktail Singapore Sling tersebut tengah direnovasi dan akan kembali beroperasi pada akhir tahun dengan tiga tambahan kategori suite. Selain nilai sejarahnya yang tinggi, hotel ini juga pernah ditinggali oleh tokoh-tokoh kenamaan dunia mulai dari Elizabeth Taylor, Michael Jackson, Charlie Chaplin, hingga Pangeran Williams dan Kate Middleton.

2. Bandara Internasional Changi
Sebagai gerbang utama untuk masuk dan keluar Singapura, tak heran bila bandara ini ditampilkan dalam film. Di dunia nyata, bandara ini sudah enam tahun menyabet gelar sebagai bandara terbaik di dunia berkat fasilitasnya yang sangat memanjakan penumpang, mulai dari bioskop 24 jam, kolam renang, ruang istirahat, serta instalasi seni menawan.

Fasad CHIJMES, salah satu bangunan bersejarah di Singapura. (Foto oleh Warner Bros. Pictures)

Interior CHIJMES yang disulap menjadi tempat pemberkatan di dalam film. (Foto oleh Warner Bros. Pictures)

3. CHIJMES di Victoria Street
CHIJMES atau Covent of the Holy Infant Jesus Middle Education School merupakan sekolah menengah dengan bangunan bergaya neo klasik. Sebelum menjadi sekolah, gedung tersebut berfungsi sebagai asrama Katolik. Di film, gedung dengan halaman luas ini menjadi lokasi resepsi Araminta Lee (diperankan oleh Sonoya Mizuno) dan Colin Khoo (diperankan oleh Chris Pang), sahabat Nick.

Lokasi penggambilan gambar di Newton Food Center. (Foto oleh Warner Bros. Pictures)

4. Newton Food Center
Apa artinya Singapura tanpa kedai kaki lima? Di novel, Rachel dan Nick diceritakan berjumpa dengan Colin di sebuah pujasera. Newton Food Center merupakan lokasi ideal untuk mewujudkan adegan tersebut. Pujasera yang baru saja direnovasi tersebut merupakan salah satu pujasera paling tersohor di Singapura. Tempat ini mengoleksi belasan kedai yang menawarkan hidangan lokal menggugah selera, seperti hokkien mee (bihun dimasak dengan telur, daging babi, dan udang) serta sate ayamnya yang terkenal.

Gedung Marina Bay Sands dengan desainnya yang distingtif. (Foto oleh Warner Bros. Pictures)

5. Marina Bay Sands
Tempat ini merupakan destinasi belanja wajib bagi para kaum borjuis di Singapura. Dibuka pada 2010, kompleks ini menaungi sebuah hotel bintang lima, mal, gedung konvensi, serta kasino. Pada 2017, hotelnya dinobatkan sebagai penginapan yang paling sering masuk Instagram. Malnya sendiri menaungi butik-butik internasional seperti Chanel, Piaget, Hermes, hingga satu-satunya butik Louis Vuitton paling artistik di dunia. Untuk urusan kuliner, mal ini juga mengoleksi restoran-restoran besutan koki kelas dunia mulai dari Gordon Ramsay, Wolfgang Puck, hingga Tetsuya Wakuda.

6. Gardens by the Bay
Taman ini menjadi latar dari pesta pernikahan Colin dan Araminta. Dengan luas 101 hektar, lahan hasil reklamasi ini merupakan salah satu taman paling populer di dunia dengan ikon pohon artifisial yang dihiasi lampu warna-warni. Daya tarik lainnya adalah dua kubah yang mengangkangi hutan tropis serta sebuah air terjun buatan.

Rachel dan Peik Lin di Bukit Pasoh Road. (Foto oleh Warner Bros. Pictures)

7. Bukit Pasoh Road
Selain menyoroti lokasi-lokasi populer, film tersebut juga tak ketinggalan menampilkan lokasi yang kini tengah naik daun di kalangan pencinta koktail. Dalam sebuah adegan, terlihat Rachel dan sahabatnya, Peik Lin (diperankan oleh Awkwarfina) tengah menikmati koktail di sebuah bar di Bukit Pasoh Road, Pecinan. Di sini, opsi bar cukup melimpah. Terkadang, lokasinya tersembunyi di gang kecil. Salah satu yang paling populer adalah Gibson Bar dengan menu koktail modernnya serta Flagship yang menawarkan pilihan wiski terbaik.

8. Ann Siang Hill
Area ini merupakan salah kawasan trendi di Singapura. Lokasinya berada di kawasan sibuk Pecinan. Di sini merupakan lokasi adegan ibu Nick, Eleanor Young (diperankan oleh Michelle Yeoh), berjalan-jalan dengan latar bangunan-bangunan kuno berwarna pastel yang sekarang beralih fungsi menjadi butik atau restoran. Nikmati sesi teh sore di PS. Café sebelum melanjutkan jalan-jalan ke Ann Siang Hill Park atau mencicipi koktail di bar-bar selepas mentari terbenam.

Rumah yang dijadikan properti syuting rumah keluarga Peik Lin benar-benar ada di dunia nyata. (Foto oleh Warner Bros. Pictures)

9. The Goh Mansion
Rumah mewah keluarga Goh Peik Lin ternyata merupakan properti asli (meskipun aslinya tidak berlapis emas). Rumah megah yang menjadi lokasi syuting tersebut terletak di Clunny Park. Terkadang, pintu gerbangnya tak terkunci jadi orang bisa melongok ke dalam. Sementara itu, untuk mewujudkan rumah nenek Nick yang glamor sekaligus bersejarah di kompleks Tyersall Park, Warner Bros. melakukan syutingnya di Cheong Fatt Tze Mansion di Penang.

Artikel ini diterbitkan pertama kali di DestinAsian.com.

The post 9 Lokasi Syuting Crazy Rich Asians di Singapura appeared first on DestinAsian Indonesia.

]]>
50 Tempat Makan Murah di Singapura versi Michelin Guide https://destinasian.co.id/50-tempat-makan-murah-di-singapura-versi-michelin-guide/ Thu, 26 Jul 2018 08:51:20 +0000 http://destinasian.co.id/?p=41076 Daftar tempat makan murah terbaik pilihan ahli dari Michelin Guide.

The post 50 Tempat Makan Murah di Singapura versi Michelin Guide appeared first on DestinAsian Indonesia.

]]>
Tiap tahun Michelin mengeluarkan Michelin Guide untuk restoran-restoran dengan menu dan layanan impresif. Namun selain itu, perusahaan tersebut juga merilis Bib Gourmand, daftar generik dengan merangkum kedai atau restoran yang menyajikan menu menggugah selera dengan harga ramah di kantong sesuai standar tiap kota yang menerbitkan.

Tahun ini, Michelin meluncurkan daftar 50 kedai dan restoran yang menerima Bib Gourmand di Singapura. Jumlahnya meningkat dari 38 tempat di tahun lalu. Menariknya, tahun ini daftar tersebut didominasi oleh kedai-kedai di hawker center. Setidaknya ada 28 kedai yang diakui menyajikan hidangan yang menggugah selera dengan harga berkisar antara 3-5 dolar Singapura per porsi.

Bib Gourmand melakukan debutnya pada 1997. Daftar tempat makan tiap tahunnya dipilih oleh ahli dari Michelin dengan syarat utama: harga makannya tak lebih dari S$45. Bandingkan dengan restoran-restoran di Michelin Guide yang menjual menunya dengan harga sekitar S$400 per orang.

Berikut daftar lengkapnya untuk wilayah Singapura:

1. A Noodle Story
2. Alliance Seafood
3. Ah Er Soup (ABC Brickworks Food Centre)
4. Balestier Road Hoover Rojak
5. Bar-Roque Grill
6. Bismillah Biryani
7. Chai Chuan Tou Yang Rou Tang (Bukit Merah View Food Centre)
8. Chey Sua Carrot Cake
9. Chuan Kee Boneless Braised Duck (Ghim Moh Market & Food Centre)
10. Depot Road Zhen Shan Mei Claypot Laksa
11. Eminent Frog Porridge & Seafood (Geylang Road Lorong 19)
12. Famous Sungei Road Trishaw Laksa
13. Fresh Taste Big Prawn Noodle (Zion Riverside Food Centre)
14. Heng (Newton Food Centre)
15. Hong Heng Fried Sotong Prawn Mee
16. Hong Kee Beef Noodle
17. Hong Kong Yummy Soup (Alexandra Village Food Centre)
18. Hoo Kee Bak Chang
19. J2 Famous Crispy Curry Puff
20. Ka-Soh (Outram Park)
21. Kok Sen Restaurant
22. Lagnaa
23. Lao Fu Zi Fried Kway Teow (Old Airport Road Food Centre)
24. Lian He Ben Ji Claypot Rice (Chinatown Complex)
25. Liao Fan Hawker Chan (78 Smith Street)
26. Man Man (Tanjong Pagar)
27. Muthu’s Curry (Little India)
28. Na Na Homemade Curry (Bukit Merah)
29. New Lucky Claypot Rice
30. New Ubin Seafood (Bukit Batok)
31. Outram Park Fried Kway Teow Mee (Hong Lim Market & Food Centre)
32. Rolina Traditional Hainanese Curry Puff (Tanjong Pagar Plaza Market & Food Centre)
33. Shi Hui Yuan (Queenstown)
34. Shi Wei Da (Fengshan Market and Food Centre)
35. Sik Bao Sin (Desmond’s Creation)
36. Sin Huat Eating House
37. Sin Kee Famous Cantonese Chicken Rice (Holland Drive)
38. Song Fa Bak Kut Teh (New Bridge Road)
39. Tai Wah Pork Noodle (Hong Lim Market & Food Centre)
40. The Blue Ginger
41. The Coconut Club
42. Tian Tian Hainanese Chicken Rice (Maxwell Food Centre)
43. Tiong Bahru Hainanese Boneless Chicken Rice (Tiong Bahru Food Centre)
44. Tiong Bahru Yi Sheng Fried Hokkien Prawn Mee (ABC Brickworks Food Centre)
45. Shirokane Tori-tama
46. True Blue Cuisine
47. Whole Earth
48. Yhingthai Palace
49. Zaffron Kitchen (East Coast)
50. Zai Shun Curry Fish Head

Informasi lebih lanjut, kunjungi guide.michelin.com.

The post 50 Tempat Makan Murah di Singapura versi Michelin Guide appeared first on DestinAsian Indonesia.

]]>
Pesta Kuliner Lokal di Singapura https://destinasian.co.id/pesta-kuliner-lokal-di-singapura/ Tue, 03 Jul 2018 07:09:12 +0000 http://destinasian.co.id/?p=39558 Jajal beragam kuliner autentik di Singapore Food Festival.

The post Pesta Kuliner Lokal di Singapura appeared first on DestinAsian Indonesia.

]]>
Singapura dikenal sebagai salah satu negara yang cukup sering mengadakan festival menarik sepanjang tahun. Mulai dari festival budaya hingga belanja, destinasi wisata yang paling dekat dengan Indonesia ini juga rutin menggelar acara kuliner. Kali ini, Singapore Food Festival (SFF) yang diadakan pada 13-29 Juli mendatang bakal menawarkan serangkaian pengalaman makan-makan yang berbeda. Mengangkat tema “Savour Singapore in Every Bite”, SFF menyiapkan barisan restoran lokal seperti Old Bibik Peranakan Kitchen, Morsels, Venue by Sebastian, Gayatri Restaurant dan Sinar Pagi Nasi Padang.

Bertepatan dengan hari jadinya yang ke-25, satu-satunya festival kuliner autentik di Singapura ini juga menyajikan rangkaian workshop, demo masak, dan pengalaman teatrikal. Menariknya lagi, tahun ini Singapore Tourism Board kembali menghadirkan STREAT sebagai acara khusus untuk pengunjung SFF yang dilangsungkan di Empress Lawn selama dua hari berturut-turut—Jumat, 13 Juli dari pukul 17:00 hingga 22:30, dan Sabtu, 14 Juli pukul 12:00 hingga 22:30.

Tur kuliner akan terasa semakin lengkap dengan kehadiran restoran pop-up yang dikurasi oleh Emmanuel Stroobant dari restoran Saint Pierre dan Haikal Johari dari restoran Alma, yang masing-masing dianugerahi satu bintang Michelin. Dapatkan harga spesial paket makan seharga Rp580.000++ dengan melakukan pemesanan sebelum 9 Juli 2018 di sini.    

Informasi selengkapnya, kunjungi Singapore Food Festival.

The post Pesta Kuliner Lokal di Singapura appeared first on DestinAsian Indonesia.

]]>
Mencari Kuliner Autentik Singapura https://destinasian.co.id/lanskap-kuliner-majemuk-singapura/ Fri, 04 Aug 2017 07:25:22 +0000 http://destinasian.co.id/?p=25880 Untuk memahami kuliner negeri ini, kita mesti memahami tradisi-tradisi yang membentuknya.

The post Mencari Kuliner Autentik Singapura appeared first on DestinAsian Indonesia.

]]>
Chilli crab yang dihidangkan dengan roti mantou hangat di Roland.

Oleh Muhammad Hafiz
Foto oleh Ore Huiying

Garis kariernya ditulis sejak kecil. Berstatus anak tunggal, Mel Dean bisa leluasa mempelajari teknik meracik masakan Melayu langsung dari pakarnya: nenek dan ayahnya.

Dia mengamati keduanya di dapur, kemudian menggelar eksperimennya sendiri. “Daya tarik masakan Melayu terletak pada rasanya yang kaya, berani, dan tajam, berkat penggunaan banyak bumbu dan rempah segar,” ujar Mel Dean, koki selebriti sekaligus penulis kolom kuliner di Berita Harian, surat kabar Melayu di Singapura. “Masakan Melayu tergolong comfort food, tapi dengan rasa yang semarak—karakter yang menurut saya juga mencerminkan fondasi kuliner Singapura.”

Saya menemui Mel Dean untuk mengetahui adakah masakan Melayu yang khas Singapura. Kita tahu, masakan Melayu di negeri ini kerap tumpang tindih dengan, atau setidaknya merupakan hasil adaptasi dari, masakan Indonesia dan Malaysia—fakta yang tak bisa dipisahkan dari riwayat demografis negeri ini: leluhur warga Melayu di Singapura berasal dari kedua negara tetangga tersebut

Sejarah mencatat, banyak pemukim awal Singapura memiliki darah Sumatera, Bugis, dan Jawa. Kaum pendatang itu membawa serta tradisinya masing-masing, termasuk dalam urusan memasak. Merekalah yang memperkenalkan jahe, serai, lengkuas, juga petis racikan semacam terasi belacan dan komponen dasar masakan seperti santan. Bahan-bahan tersebut memperkaya nomenklatur boga Singapura, dan semuanya masih digunakan hingga kini untuk menghasilkan beragam hidangan dengan rasa yang—seperti kata Mel Dean—kaya, berani, dan tajam.

Kiri-kanan: Mel Dean, koki selebriti sekaligus penulis kolom kuliner di surat kabar Berita Harian; laksa lemak yang diciptakan pada 1940-an oleh Ng Juat Swee.

Salah satu menu Melayu yang populer di Singapura adalah sate. Pedagangnya tersebar di penjuru negeri, tapi ada satu tempat yang berhasil menuai banyak penggemar sejak didirikan hampir 40 tahun silam—HaronSatay. Kios ini setia melestarikan resep buatan sang pendiri, almarhum Haron Abu Bakar, pria yang pernah diganjar gelar Singapore Hawker Master oleh harian The Straits Times.

Sate di Singapura tak jauh berbeda dari sate umumnya: daging ditusuk biting, dibakar, lalu disajikan dengan saus kacang serta potongan mentimun dan bawang yang berkhasiat menetralisasi efek karsinogenik karbon. Yang membedakan satu tukang sate dari lainnya hanyalah kualitas dagingnya dan sausnya.

Kasusnya berbeda dari nasi lemak. Menu ini bisa dibilang merupakan inovasi lokal. Nasi lemak terdiri dari nasi gurih yang mengandung santan, ditambah sambal pedas-manis, ikan bilis atau ayam, serta potongan mentimun dan telur, yang kemudian dibungkus dalam daun pisang. Malaysia memiliki versi nasi lemaknya sendiri. Di Indonesia, menu yang paling mendekati adalah nasi uduk.

Kiri-kanan: koki mempersiapkan cabai di MacKenzie Rex; Beragam lauk di Boon Lay Power,

Di Singapura, nasi lemak lazim disantap untuk sarapan. Kita bisa menemukannya di pujasera (hawker), restoran, hingga warung mamak di kompleks perumahan di mana nasi lemak galibnya disiapkan dalam format takeaway sejak pukul tujuh pagi untuk melayani para pekerja yang tak punya banyak waktu.

Satu tempat di mana orang rela menghabiskan banyak waktu untuk mendapatkan nasi lemak adalah Boon Lay Power. Di jam sibuk, kita kadang harus mengantre hingga 30 menit. Nasi lemak di sini hadir dengan ayam goreng, ikan kering, serta otak-otak ikan makerel. Kata sang pemilik, Badrul Hisham Ramli, kekuatan masakannya terletak pada nasinya. “Berasnya berbeda,” ujarnya. “Selain itu, teknik memasaknya, juga campuran bahannya, membuat rasa nasinya menonjol.”

Banyak orang mempertanyakan identitas masakan Singapura. Adakah masakan asli negeri ini? Bukankah masakan di sini sekadar imitasi atau setidaknya saduran dari masakan negara lain? Keraguan semacam ini bisa dimaklumi jika kita membuka buku sejarah. Singapura, negara muda yang baru merdeka 52 tahun silam, bermula sebagai bagian dari kekuasaan kerajaan-kerajaan besar, kemudian beralih status menjadi pulau koloni Inggris pada 1819. Sebagai negara modern, akar budayanya relatif pendek. Leluhurnya mayoritas pendatang. Singapura, bandar yang strategis di mulut Selat Malaka, lebih mirip sebuah balai pertemuan raksasa ketimbang entitas politik yang berjejak panjang seperti Indonesia atau Malaysia.

Tapi balai pertemuan itu tidaklah statis. Pertukaran budaya berlangsung ajek di antara kaum imigran yang terdiri dari komunitas Melayu, Cina, India, dan Eurasia (blasteran Asia-Eropa). Mereka berbagi metode memasak, pengetahuan akan bumbu, serta resep-resep warisan. Alhasil, selain hidangan autentik dari masing-masing kelompok etnis, kita bisa menemukan menu hasil adaptasi dan akulturasi. Dengan kata lain: menu khas lokal.

Kiri-kanan: Menu ikonis kari kepala ikan di Samy’s Curry; penganan khas Peranakan di National Kitchen by Violet Oon.

Singapura sejatinya sebuah kuali pelebur. Fakta inilah yang kadang gagal dipahami saat mencerna lanskap kulinernya yang majemuk. Dalam konteks ini, kasus chilli crab bisa menjadi pelajaran. Pada 2009, sebuah insiden pecah saat Ng Yen Yen, Menteri Pariwisata Malaysia, mengklaim chilli crab sebagai menu asli negaranya. Pernyataan kontroversial itu jelas memicu protes keras di Singapura.

Melihat aktanya (versi Singapura), chillicrab dicetuskan oleh Cher Yam Tian pada 1956. Menu ini lahir dari keluhan: suami Cher merasa bosan menyantap kepiting rebus. Usai serangkaian eksperimen, misalnya dengan menambahkan tomat dan cabai, Cher berhasil merumuskan hidangan baru yang tak cuma membungkam mulut suaminya, tapi juga memperkaya ensiklopedia kuliner Singapura.

Kini, chilli crab hadir dalam sejumlah varian, tapi fondasinya tetaplah sama. Menu ini menggunakan mud crab Sri Lanka yang digoreng sejenak, kemudian dimasak dengan bumbu manis-pedas berbahan campuran tomat dan cabai, lalu disajikan dengan roti mantou yang renyah dan hangat. Chilli crab pernah tercantum dalam daftar 50 makanan terlezat sejagat versi CNN Go. Prestasi yang berkesan tentunya bagi Cher dan suaminya, juga bagi anak mereka yang kini melestarikan resep warisan orang tuanya di restoran Roland.

Daging-daging ayam bahan utama chicken rice di MacKenzie Rex.

Laksa adalah menu lain yang juga kerap memicu perdebatan, bukan hanya dengan negara tetangga, tapi juga di dalam negeri. Bertanya kepada warga lokal tentang laksa yang paling autentik, kita pasti akan mendapatkan rekomendasi yang bervariasi.

Jenis laksa yang paling tersohor disebut Katong laksa, yakni laksa lemak dari daerah Katong di sisi selatan Singapura. Hidangan ini terdiri dari mi tepung beras yang direndam dalam kuah kaldu ikan dengan kandungan santan, rempah, dan udang kering. Laksa memang memiliki akar Malaysia, tapi laksa lemak sepenuhnya kreasi Singapura.

Laksa lemak diciptakan pada 1940-an di kawasan Marine Parade oleh Ng Juat Swee, pria yang dijuluki “janggut” berkat bulu-bulu panjang yang tumbuh dari tahi lalatnya. Laksa racikannya hadir dengan sambal, fishcake, dan kerang. Oleh Janggut, minya dicetak pendek agar mudah dilahap memakai sendok.

Kiri-kanan: Sate di Haron Satay; interior MacKenzie Rex, tempat yang menjajakan chicken rice dengan sertifikat halal.

Makanan adalah salah satu alasan utama turis mengunjungi Singapura. Di jagat kuliner, negara ini mengoleksi cukup banyak magnet. Merujuk daftar terakhir Asia’s 50 Best Restaurants, Singapura menempatkan sembilan wakil. Tahun lalu, Singapura terpilih sebagai negara pertama di Asia Tenggara yang dievaluasi oleh tim Michelin.

Prestasi tersebut adalah pengakuan akan komitmen restoran-restoran di Singapura dalam berkreasi, berinovasi, serta merawat tradisi kulinernya. Bermodalkan pengakuan itu pula, sejumlah merek lokal kini memiliki kepercayaan diri lebih untuk menembus pasar asing. Makan sutra misalnya, pujasera modern yang dikelola koki selebriti KF Seetoh, kini telah hadir di Manila.

Untuk memahami khazanah kuliner Singapura, kita mesti memahami beragam budaya yang membentuk tradisi dapurnya. Nasi ayam (chicken rice) adalah contoh yang menarik. Aset nasional ini awalnya diperkenalkan oleh komunitas Hainan dengan nama Wenchang chicken.

Tak sulit mencari nasi ayam. Tiap kali melewati pujasera, kita pasti akan menemukan barisan daging ayam utuh yang bergelantungan di balik etalase kaca. Nasi ayam orisinal memakai ayam rebus putih, walau opsi ayam panggang mulai populer dalam beberapa tahun belakangan. Menu ini hadir dengan nasi berminyak yang wangi, irisan jahe, saus cabai, serta potongan mentimun.

Satu tempat kondang yang menjajakan nasi ayam adalah Tian Tian Hainanese Chicken Rice, restoran yang pernah dipuji-puji oleh Anthony Bourdain. Gerai inilah yang membuat Maxwell Food Centre senantiasa riuh tiap jam makan. Opsi lain yang tak kalah tenar adalah MacKenzie Rex Restaurant. Di restoran berusia 51 tahun ini, Wenchang chicken telah diadaptasi menjadi nasi ayam oriental yang dilabeli sertifikat halal. “Rasa orisinal masakan tak pernah kami ubah,” jelas Roldy Koh, pemiliknya. “Pelanggan saya kini melintasi tiga generasi.”

Kiri-kanan: Badrul Hisham Ramli, pemilik kedai nasi lemak Boon Lay Power; Interior Samy’s Curry, restoran yang kini dikelola oleh Nagajyothi Maheyndran.

Kebudayaan lain yang turut membentuk khazanah kuliner lokal adalah India. Etnis India (termasuk Sri Lanka) mewakili Sembilan persen populasi Singapura. Imigran India paling awal mendarat pada 1800-an untuk berdagang rempah dan kain, sebagian menjalani tugas militer. Sebagaimana kebudayaannya, masakan India sangat kaya warna dan aroma. Kita bisa menemukannya saat menelusuri daerah Tekka atau Little India di mana indra kita akan dibuai oleh beragam rempah dan sayur, kedai-kedai kari yang menebarkan bau tajam, serta berhelai-helai kain sari sutra yang halus sekaligus semarak.

Mayoritas etnis India di sini berdarah Tamil, dan hidangan kreasi mereka yang paling kondang adalah kari kepala ikan. Sebenarnya tak jelas benar siapa penciptanya, tapi banyak pihak percaya Veerasamy merupakan orang pertama yang menyempurnakan menu tersebut pada 1963 di sebuah kedai miliknya yang berlokasi di Tank Road. Resepnya diteruskan hingga kini di Samy’s Curry, restoran masyhur yang bersemayam di area Dempsey dan dikelola oleh cucu Veerasamy, Nagajyothi Maheyndran.

Bahan utama kari kepala ikan adalah kepala kakap merah. Aromanya tajam dan semerbak, sementara rasanya pedas, menohok, dan segar. “Saya setia mempertahankan resep, rasa, dan teknik warisan kakek saya,” ujar Nagajyothi. Sejumlah orang pernah memberi masukan agar ketajaman bumbu masakannya dikurangi, terutama demi mengakomodasi lidah sensitif orang Barat. Tapi Nagajyothi bergeming. Baginya, kekuatan hidangannya terletak pada keaslian rasanya. “Mohon maaf,” katanya, “kami ingin tamu menikmati masakan ini sesuai khitahnya”.

Kiri-kanan: Salah satu sudut Pecinan, kawasan yang menampung aneka restoran; interior restoran National Kitchen by Violet Oon di National Gallery Singapore.

Menu India lain yang punya tempat khusus dalam peta kuliner Singapura tentu saja meeg oreng mamak (“mamak” berarti “paman”dalam bahasa Tamil). Meski hampir setiap negara di Asia memiliki versi mi gorengnya sendiri, mee goreng mamak memiliki sejumlah keunikan yang membuatnya khas Singapura. Saya pernah menetap selama sebulan di India dan mencicipi banyak mi goreng, tapi versi yang paling mendekati mee goreng mamak di sana adalah chow mein, walau sebenarnya keduanya tetap mengidap perbedaan dalam hal tekstur dan presentasi.

Mee goreng mamak dibuat dari bahan-bahan eklektik yang melintasi sekat tradisi—sebuah contoh ideal dari identitas kuliner Singapura di mana autentisitas tidak melulu berarti orisinalitas. Menu ini terdiri dari mi kuning Cina dan rempah India yang digoreng dengan teknik wok Melayu. Konon, mee goring mamak dipopulerkan oleh komunitas Muslim Chulia asal Madras. Tempat ideal untuk mencicipinya kini adalah kawasan barat Singapura.

Kelompok etnis terkecil yang menyusun Singapura adalah Kristang dan Peranakan. Keduanya berakar di Malaka dan Penang, dua daerah di mana kebudayaan Portugis berbekas dalam banyak sendi kehidupan. Beberapa menu kreasi mereka adalah kari debal (devilcurry), babi pongteh, cambarang kari nanas, dan singgang serani.

Banyak menu Kristang dan Peranakan telah melewati proses adaptasi dan modifikasi yang disebabkan oleh pergeseran selera atau faktor ketersediaan bahan. Krim misalnya, telah diganti santan. Sementara chorizo disubstitusi oleh sosis lap cheong. Quentin’s Eurasian Restaurant adalah satu dari sedikit tempat yang masih menyajikan masakan Kristang. Sementara Violet Oon mengelola sejumlah restoran dengan spesialisasi masakan Peranakan semacam ayam buah keluak dan sambal petai dengan udang.

Satu hal yang selalu saya camkan ketika mengulas masakan Singapura adalah potensinya untuk berubah. Tradisi kuliner di sini senantiasa berada dalam ketegangan: antara agenda untuk melestarikan resep masa lalu dan keinginan menciptakan kreasi segar. Per tahunnya, Badan Sensus mendokumentasikan setidaknya 18.000 warga baru di Singapura. Mereka datang dengan membawa selera dan tradisi memasaknya masing-masing. Bagi para pemilik restoran, mereka bukan sekadar pasar, tapi juga aktor yang turut memengaruhi arah industri kuliner.

PANDUAN
Rute

Penerbangan ke Singapura dilayani dari banyak kota di Indonesia oleh banyak maskapai, antara lain Garuda Indonesia (garudaindonesia.com) dari Jakarta dan Bali; Silk Air (silkair.com) dari Balikpapan dan Makassar; serta Tigerair (tigerair.com) dari Surabaya.

Kuliner
Makanan adalah salah satu daya tarik utama Singapura. Dalam daftar terakhir Asia’s 50 Best Restaurants (theworlds50best.com), negeri ini berhasil menempatkan sembilan wakil. Tahun lalu, Singapura juga terpilih sebagai negara pertama di Asia Tenggara yang dievaluasi oleh tim Michelin (guide.michelin.sg). Situs resmi Pariwisata Singapura (visitsingapore.com) mencantumkan 10 menu yang dianggap khas Singapura, antara lain nasi ayam, chilli crab, kari kepala ikan, dan laksa. Untuk mencicipinya, cara paling mudah adalah mengunjungi pujasera semacam Makansutra (makansutra.com) atau Maxwell Food Centre. Opsi lain, Anda bisa mengikuti tur kuliner yang ditawarkan banyak operator, misalnya Wok ‘n’ Stroll (woknstroll.com.sg) dan Food Tour Singapore (foodtoursingapore.com).

Rekomendasi

  1. Haron Satay East Coast Lagoon Food Village; 65/6441- 0495; haron-satay.com; Selasa-Jumat: 14:00-23:00, Sabtu-Minggu:11:00-24:00
  2. Boon Lay Power Nasi Lemak; #01-106, 221B Boon Lay Place, Boon Lay Place Market and Food Centre; 65/6266-4466; powernasilemak.oddle.me; setiap hari: 05:00-02:00
  3. Tian Tian Hainanese Chicken Rice; #01-10/11 Maxwell Food Centre, 1 Kadayanallur Street; 65/9691-4852; Selasa-Minggu: 11:00-20:00
  4. Mackenzie Rex; 66 Prinsep Street; 65/6336-1702; macrex.com.sg; setiap hari: 11:30-22:00
  5. Roland; Blk 89, Marine Parade Central, #06-750; 65/6440-8205; rolandrestaurant.com.sg; Senin-Sabtu: 11:30-14:30, 18:00-22:30, Minggu: 11:00-14:30, 18:00-22:30
  6. Janggut, The Original Katong Laksa; Roxy Square, 50 East Coast Road #01-64; setiap hari 08:30-17:30
  7. 328 Katong Laksa; 51 East Coast Road; 65/ 9732-8163; 328katonglaksa.com.sg; setiap hari: 10:00-22:00
  8. NM Abdul Rahim Stall; Blk 503 Ayer Rajah Food Centre, 01-60; 65/6447-7500; setiap hari: 08:30-01:00
  9. Samy’s Curry; 25A Dempsey Road, Tanglin Village; 65/6472-2080; samyscurry.com; Rabu-Senin: 11:00-15:00, 18:00-22:00
  10. Quentin’s Eurasian; 139 Ceylon Road, Level 1, Eurasian Community House; 65/6348-0327; quentins.com.sg; setiap hari: 11:30-14:30, 18:30- 22:30
  11. National Kitchen by Violet Oon; National Gallery 02-01; 65/9834-9935; violetoon.com; setiap hari: 11:00-23:00

Dipublikasikan perdana di majalah DestinAsian Indonesia edisi Juli/Agustus 2017 (“Pelebur Kuali”).

The post Mencari Kuliner Autentik Singapura appeared first on DestinAsian Indonesia.

]]>
71 Tempat Makan di Singapura Rekomendasi Pakar Kuliner https://destinasian.co.id/71-rekomendasi-tempat-makan-di-singapura/ Wed, 03 Jun 2015 07:53:16 +0000 http://destinasian.co.id/?p=14811 Tempat makan kaki lima hingga restoran bintang lima pilihan 13 pakar kuliner lokal.

The post 71 Tempat Makan di Singapura Rekomendasi Pakar Kuliner appeared first on DestinAsian Indonesia.

]]>
Chili crab, salah satu hidangan terlaris di Roland Restaurant.

Kami meminta 13 penulis kuliner dan food blogger di Singapura memilih tempat makan yang memiliki tawaran unik. Untuk mempermudah Anda, kami membaginya menjadi tiga sesi makan: sarapan, santap siang, dan makan malam. Selamat menikmati!

Foto oleh Ore Huiying

Kue pai di Chin Mee Chin Confectionery.

Annette Tan
Editor The Miele Guide yang pernah menulis dua buku kuliner, yakni Savour Chinatown: Stories, Memories and Recipes; serta Heritage Feasts: A Collection of Singapore Family Recipes, karya yang menyabet gelar Best Cookbook Singapore dalam ajang Gourmand World Cookbook Awards 2011.

SARAPAN
Chin Mee Chin Confectionery
Alamat
204 East Coast Road
Reservasi 65/6345-0419
Operasional Selasa-Minggu, 08:00-16:30
Servis yang riuh adalah bagian dari pesona warung kopi khas Hainan dari 1940 ini. Tidak ada yang berubah sejak didirikan: staf yang berbicara lantang, meja marmer, lantai mosaik, dan cangkir porselen tebal. Warung ini sekarang dikelola oleh janda sang pendiri warung, sementara para menantunya bertindak sebagai pelayan. Menunya meliputi cupcake mentega, kue isi krim susu dan kuning telur, serta roti selai kaya dan cream horns. Hampir semua tamu dari gereja di seberangnya singgah sebelum atau sesudah kebaktian, jadi hindari pagi hari di akhir pekan.

Marine Terrace Market & Food Centre
Alamat Marine Terrace Blok 50A
Reservasi 65/6441-8013
Operasional Setiap hari, 08:00-22:00
Tempat makan favorit saya sejak kecil. Beberapa pedagang sudah menghuni pusat jajanan kaki lima ini sejak 1970-an, sebut saja Bee Bee Carrot Cake, Seng Hoe Fishball Noodle, serta pasangan pedagang yang menjajakan susu kedelai. Di sektor makanan halal terdapat stan-stan dengan segudang hidangan menarik, termasuk menu India tradisional semacam thosai dan idli.

MAKAN SIANG
Artichoke
Alamat 161 Middle Road, Sculpture Square; artichoke.com.sg
Reservasi 65/6336-6949
Operasional Selasa-Sabtu, 11:30-14:45, 18:30-21:45; Minggu, 11:30-14:45
Berikut cara koki Bjorn Shen menggambarkan masakannya: rustic, 100 persen asli, 100 persen kreatif. Tapi saya rasa dia hanya berusaha merendah. Hidangannya terlihat bak sebuah karya seni di atas piring—kompleks, orisinal, dan sangat sedap. Meski banyak kreasinya terinspirasi kuliner Timur Tengah, belakangan ini dia rajin bereksperimen dengan melebur menu Asia dan Barat, contohnya bacon cheeseburger gyoza, bee tai mak mac, serta roti lapis bak chor mee. Jika ragu akan karakter rasa menu-menu itu, pesan saja Artichoke fried chicken.

Different Taste Café & Restaurant
Alamat 111 Frankel Avenue
Reservasi 65/6241-6518
Operasional Setiap hari, 11:00-23:00
Awalnya hanya warung kecil di belakang arena boling pada 1989, Different Taste menjelma jadi restoran peranakan dan Cina yang paling populer di Frankel Avenue. Makanan selalu disajikan segar dan panas, hanya lima hingga 10 menit sejak dipesan, kendati tempat ini senantiasa disesaki pelanggan. Hidangan favorit saya antara lain creamy pork, prawn paste chicken, dan kari kepala ikan. Beberapa menu minuman dan pencuci mulutnya—contohnya cendol dan sagu gula aren—menghidupkan memori masa kecil saya.

MAKAN MALAM
Wild Rocket
Alamat 10A Upper Wilkie Road; wildrocket.com.sg
Reservasi 65/6339-9448
Operasional Senin-Jumat, 12:00-15:00, 18:30-22:30; Sabtu, 12:00-16:00, 18:30-22:30
Selada pomelo dengan kucuran saus kelapa dingin kreasi koki Willin Low adalah alasan utama untuk datang. Menu omakase-nya merupakan interpretasi sempurna atas hidangan khas Singapura. Konter sesi omakase menawarkan hanya 12 kursi, jadi sebaiknya lakukan reservasi. Anda juga bakal dimanja sajian seperti laksa pesto risotto dengan bulu babi atau scallop Hokkaido, serta iga sapi rendang sous vide.

Hidangan chicken wing di salah satu kedai di East Coast Lagoon Food Village.

East Coast Lagoon Food Village
Alamat 1220 East Coast Parkway
Operasional Setiap hari, 08:00-21:00
Jika datang sebelum matahari terbenam, pilih meja yang menghadap pesisir. East Coast Lagoon Food Village adalah salah satu pasar dengan sajian kaki lima terbaik. Beberapa hidangan favorit saya adalah nasi bebek yang diguyur saus soy di stan Cheok Keep (stan 29), selada ikan mentah dengan bubur (stan 39), serta rujak dari Kampong Rojak (stan 9). Pemilik stan rujak dermawan dalam menuangkan saus buatannya!

The post 71 Tempat Makan di Singapura Rekomendasi Pakar Kuliner appeared first on DestinAsian Indonesia.

]]>
5 Acara Seni di Singapura https://destinasian.co.id/5-acara-seni-di-singapura/ Tue, 09 Dec 2014 13:51:24 +0000 http://destinasian.co.id/?p=12154 Lima acara seni yang bisa Anda saksikan di Negeri Singa awal 2015.

The post 5 Acara Seni di Singapura appeared first on DestinAsian Indonesia.

]]>
Sejak beberapa tahun silam, Singapura secara rutin menggelar acara-acara seni berskala internasional dan pastinya sayang untuk dilewatkan. Kami merangkum lima acara yang digelar bagi para pencinta seni di Negeri Singa tersebut. Dimulai dengan dua pameran Da Vinci. Pertama, Da Vinci: Shaping the Future yang digelar di ArtScience Museum, Marina Bay Sands hingga 31 April 2015. Pameran ini bakal memajang 26 halaman catatan bersejarahnya yang asli serta enam lukisan karya para musiknya. Bakal dipajang juga lima karya seni kontemporer yang terinspirasi oleh Da Vinci.

Di seberang Marina Bay Sands, di The Art House of the Old Parliament, digelar pameran Leonardo Da Vinci’s Earlier Mona Lisa mulai dari 6 Desember 2014 hingga 11 Februari 2015. Fokus pamerannya adalah sebuah lukisan dengan model Mona Lisa di kala masih muda. Selain lukisannya, pengunjung juga akan diajak mengenal sosok wanita jelita itu dengan lebih dekat melalui peralatan interaktif. Pameran ini juga merupakan debut pertama lukisan misterius itu di depan publik.

MAD Museum of Art & Design kini telah pindah ke gedung baru di Tanglin Road. Bangunan dua lantai bergaya renaissance tersebut memayungi dua lantai ruang pameran serta cigar lounge, kafe, dan toko suvenir. Sementara Singapore Art Week merayakan penghujung musim dengan beragam acara seperti pembukaan galeri seni, pameran, dan acara khusus antara 17-25 Januari 2015. Acara ini juga bertepatan dengan pagelaran Art Stage Singapore yang kelima yang digelar di Marina Bay Sands antara 22-25 Januari 2015.

The post 5 Acara Seni di Singapura appeared first on DestinAsian Indonesia.

]]>