Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Rute Ziarah Kumano Kodo

Di Takahara, desa yang bertengger di punggungan bukit, saya singgah di Kiri-no-Sato Takahara Lodge untuk menikmati sajian prasmanan berisi konnyaku rebus, bayam liar, terung dengan bawang, serta kaldu dashi yang dicampur potongan lemak babi. Saya juga sempat mampir di Kawayu Onsen, desa dari abad ke-17 yang berdiri di bantaran sungai. Kameya Ryokan, pondokan di sini, memanfaatkan rempah dan akar-akaran yang tumbuh di lantai hutan untuk meracik menu makan malam.

Kiri-kanan: Pengunjung berdoa di halaman Kumano Hongu Taisha, satu dari tiga kuil utama dalam ajaran Shinto-Buddha di Kumano; Rute menuju Kuil Hongu Taisha.

Ibu Kobuchi, pemilik properti, menyebut sajiannya “perisai tubuh.” Kata dia, masakannya diberkati kekayaan natural, hingga siapa pun yang menyantapnya akan terlindung dari kuman. Ada selada lobak Jepang dan daun arugula, mi soba berwarna arang, miso berisi rumput laut yang dipanen dari pesisir Wakayama, serta custard yang dibuat dari jeruk mikan.

Dari Takijiri-oji, hulu dalam rute ziarah resmi, saya berjalan melalui rumpun bambu, mendaki tanjakan batu yang licin usai bertahun-tahun ditempa kaki peziarah, lalu menjejak puncak-puncak yang menyuguhkan panorama pegunungan tak berujung. Pohon-pohon kapur dengan usia lebih dari seabad menyaring sinar surya. Udara hari ini dimeriahkan nyanyian burung dan dipenuhi aroma pinus.

Kiri-kanan: Ema, atau papan berisi doa di Hongu Taisha; Kotak bento yang bisa dipesan melalui situs biro pariwisata.

Saya akhirnya tiba di pelataran Nachi Taisha. Teronggok di lereng, kuil ini menyuguhkan pemandangan Samudra Pasifik yang berkilauan. Di masa lalu, peziarah menyusuri sungai dengan perahu untuk mencapai Hayatama Taisha, selanjutnya berjalan kaki menuju Nachi Taisha. Sekarang, pengunjung memilih cara yang lebih mudah: menaiki mobil atau bus. Meski begitu, mereka masih harus menaklukkan Daimon-zaka, rute batu menanjak sepanjang 600 meter.

Pendakian panjang ini berakhir di kuil yang menatap kaskade megah Nachi Falls, air terjun tertinggi di Jepang. Saat saya tiba, Nachi Taisha disesaki manusia. Beberapa orang menusukkan dupa ke guci yang dikawal sepasang patung komainu, makhluk mitologis campuran singa dan anjing. Sebagian yang lain mengenakan kostum kekaisaran dan berfoto dengan latar Pagoda Seigantoji. Zaman memang sudah berubah di Kumano Kodo. Tapi, di sudut negeri yang sempat terlupakan ini, perubahan membawa harapan akan hidup yang lebih baik bagi warga sekitar.

Detail
Kumano

Rute
Tanabe City, sekitar 60 kilometer di selatan Bandara Internasional Kansai, adalah titik tolak terbaik untuk menjelajahi kawasan Kumano. Takijiri-oji, hulu dari rute populer Nakahechi, bisa dijangkau dengan bus atau taksi dari Tanabe. Dari sana, pengunjung menempuh perjalanan sekitar 40 kilometer menuju Kumano Nachi Taisha. Agar lebih nyaman, ekspedisi ini sebaiknya dilakoni selama dua atau tiga hari.

Informasi
Situs resmi Biro Pariwisata Tanabe City Kumano (tb-kumano.jp) menyediakan panduan audio gratis, peta hiking, serta beragam informasi penting lainnya tentang Kumano Kodo. Kita juga bisa menggunakan sistem reservasi daring untuk memesan segala keperluan trekking, mulai dari akomodasi di ryokan, tur bersama pemandu, hingga kotak bento untuk piknik di sepanjang rute ziarah.

Dipublikasikan perdana di majalah DestinAsian Indonesia edisi Januari/Februari 2014. (“Trio Situs Kumano”)

Show CommentsClose Comments

Leave a comment

0.0/5