Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Keindahan Pulau Bangka yang Terancam

Piring-piring berdenting saat warga Desa Lihunu mengadakan syukuran Hari Kenaikan Yesus Kristus dan peresmian gereja. Hampir seluruh hidangan merupakan hasil laut. “Tadi malam saya begadang cari ikan terbaik untuk perayaan ini,” ujar salah seorang nelayan.

Bangka dan kawasan di sekitarnya memang dikaruniai kekayaan bahari. Gugusan pulau di sini termaktub dalam kawasan Segitiga Karang Dunia. Kaum nelayan tak perlu berlayar jauh saat mencari ikan. Cukup mengayuh ketinting sejenak, ikan-ikan berlimpah. Cakalang, bobara, dan goropa adalah beberapa jenis yang dibanderol tinggi di pasaran.

Kiri-kanan: Pantai yang direklamasi oleh MMP dulunya merupakan wilayah terumbu karang dan habitat ikan; pesan-pesan pelestarian alam saat perayaan Hari Karang Dunia 2015 di Pulau Bangka.

Laut yang sehat juga menggerakkan bisnis ekowisata. Penyelam dari dalam dan luar negeri berdatangan. Bangka terletak di antara Taman Nasional Bunaken dan Selat Lembeh—dua destinasi selam yang tersohor di tingkat dunia. Biotanya yang terkenal antara lain  hiu, frogfish, serta dugong. Yang terakhir ini bah-kan menjadi ikon berkat statusnya yang langka. Di dunia, populasi dugong tersisa 85.000 ekor.Satwa ini juga terkenal elusif. Butuh keberuntungan untuk melihatnya.

Turisme adalah nadi perekonomian yang penting. Di sini telah lama berdiri sejumlah resor dan operator selam yang mempekerjakan warga lokal. Selain memberi alternatif sumber pendapatan, ekowisata turut berkontribusi pada konservasi, karena bisnis ini memang bergantung pada kelestarian ekosistem.

Kekayaan alam Bangka juga tersaji di darat. Tanahnya yang subur menumbuhkan kelapa, cengkih, pala, jambu mete, ubi, juga sayur-mayur. Hasil bumi ini bukan cuma menjadi komoditas perdagangan yang memasok kas, tapi juga merupakan solusi bertahan hidup di masa susah, terutama saat angin menderu kencang dari Juni hingga Agustus dan memaksa perahu-perahu nelayan diparkir.

Melihat tingginya ketergantungan pada alam, wajar jika warga cemas akan eksistensi penambangan. Dan kekhawatiran itu terbukti. Erwin, sesepuh Lihunu, menceritakan susutnya debit sumur sejak dimulainya penambangan. MMP menyedot air untuk kebutuhan karyawannya, juga menebang pohon hingga mengganggu siklus serapan. Fenomena yang lebih miris berlangsung di Kahuku di mana warga terpaksa melacak sumur baru karena sumur lama mereka telah masuk zona tambang.

Dermaga di Desa Linuhu, salah satu desa yang menolak penambangan di Pulau Bangka.

Erwin berikhtisar, perekonomian berbasis lingkungan adalah pilihan terbaik bagi Bangka. Kearifan lokal tersebut sudah lama menjadi prinsip hidup dan dia tak melihat alasan untuk mengubahnya. “Dari hasil kebun dan laut, kami bisa hidup, bahkan ada yang menempuh pendidikan tinggi. Itu karena hasil kebun dan laut, bukan tambang,” ujarnya.

Senja tiba membawa rona merah. Di tanah yang berjarak sejengkal di atas ekuator ini, saya bersantai di ujung dermaga Lihunu, sementara anak-anak duduk di tepi telaga seraya menanti temannya mengangkat berkarung-karung sembako dari Likupang, kota dagang di pulau seberang. “Saya ingin melanjutkan pendidikan ke Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran,” ujar Charles, seorang anak lokal. “Sejak kecil saya sudah di laut. Keluarga saya nelayan.”

Entah ke mana Charles akan berlayar usai wisuda, tapi yang pasti kini dia butuh ikan dan cengkih untuk membayar sekolahnya. Tambang sebenarnya sanggup mengalirkan banyak uang guna membiayai cita-citanya. Tapi tambang tak bisa menjanjikan masa depan yang langgeng bagi kampung halamannya. Mayoritas warga sepertinya sepakat, alam pulau ini sepatutnya dipelihara, bukan dikuras.

PANDUAN
Rute

Bangka, bagian dari Kabupaten Minahasa Utara, terletak di antara Taman Nasional Bunaken dan Selat Lembeh. Pulau ini bisa dijangkau dari Manado dengan berkendara selama 40 menit ke Pelabuhan Likupang, disusul dengan perahu bertarif Rp35.000. Penerbangan ke Manado dilayani antara lain oleh Garuda Indonesia (garuda-indonesia.com) dan Batik Air (batikair.com).

Aktivitas
Selain menyelam, Anda bisa melakoni island hopping dengan menyewa perahu ke pulau-pulau  tetangga seperti Kinabuhutan dan Talise. Setiap 8 Mei, Bangka memperingati Hari Terumbu Karang dengan menggelar penanaman karang yang melibatkan masyarakat, pelaku ekowisata, dan turis.

Penginapan
Karena menyelam adalah tujuan mayoritas orang di Bangka, kebanyakan penginapan merangkap sebagai dive resort. Berikut empat yang layak dipilih: Mimpi Indah Resort (0812-4751-599;0811-432-264; mimpiindah.com; doubles mulai dari Rp754.000); Murex Dive Resorts (murexdive.com; 0431/838-774; 0822-9208-0223; doubles mulai dari Rp1.082.000); Nomad Divers Bangka (0813-4182-5251; nomaddiversbangka.com; doubles mulai dari Rp1.300.000); Coral Eye (0858-2306-3862; 0812-3637-1603; coraleye.net; doubles mulai dari Rp590.000)

Dipublikasikan perdana di majalah DestinAsian Indonesia edisi September/Oktober 2015 (“Berebut Bangka”).

Show CommentsClose Comments

Leave a comment

0.0/5