Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

5 Tempat untuk Menyepi di Indonesia

Pantai di Pulau Palambak Besar yang menggoda untuk direnangi.

Teks dan foto oleh Sutiknyo

Banyak orang yang lebih menghargai hasil ketimbang proses. Padahal menikmati proses membuat Anda lebih mempelajari hal-hal baru serta mengerti perjuangan yang dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang paripurna. Dengan melalui sebuah proses, tak jarang kita dipaksa untuk meninggalkan zona nyaman dan harus menyelesaikan masalah-masalah yang muncul di sepanjang perjalanan.

Seperti ketika saya mengunjungi Bromo untuk pertama kalinya. Alih-alih menggunakan pesawat ke Malang dan disambung menggunakan mobil sewaan ke Cemoro Lawang di Bromo seperti yang teman-teman saya lakukan, saya memilih untuk menempuh jalan yang lebih menantang: lewat jalur darat.

Perjalanan ke Bromo saya lakukan dengan menggunakan kereta dan dilanjutkan dengan kendaraan umum. Semua saya lakukan minus teman saya yang pernah berkunjung ke Bromo. Artinya saya harus banyak bertanya kepada orang asing yang saya temui untuk sampai ke lokasi tujuan dengan selamat. Durasi perjalanan saya mungkin lebih panjang dibandingkan rekan-rekan yang lain, namun banyak sekali cerita yang saya dapat di perjalanan termasuk foto-foto lanskap indah yang saya abadikan.

Keluar dari zona nyaman tidak selamanya menakutkan. Justru dengan melakukan hal itu, biasanya, banyak pelajaran yang bisa diambil. Lebih bijak dalam menghadapi masalah-masalah yang timbul.

Lanskap Desa Reorobo, Pulau Sabu.

1. Pulau Sabu, Nusa Tenggara Timur

Tak banyak yang tahu perihal pulau ini. Pulau Sabu adalah sebuah pulau mungil yang letaknya ada di antara Pulau Sumba dan Rote. Karena ukurannya yang mungil, pulau yang juga dikenal sebagai Pulau Sawu ini kerap diabaikan di peta Nusantara. Apalagi letaknya yang jauh dari peradaban membuat pulau ini seolah terasing di tengah lautan. Proses menuju ke sana tentu saja tak mudah. Untuk menjangkaunya, dibutuhkan waktu belasan jam dengan menggunakan feri. Ada tiga lokasi yang melayani pelayaran ke Sabu yakni dari Waingapu di Sumba Timur, kota Ende di Flores, dan pelabuhan Bolog di Kupang. Seperti penyeberangan feri di Karimunjawa, jam operasional kapal bergantung pada kehendak alam. Di musim-musim tertentu, ketiga rute ini bisa ditutup hingga waktu yang tidak bisa ditentukan.

Saat menjejakkan kaki ke pulau ini untuk pertama kalinya, informasi yang saya kantongi sangat minim. Pasalnya, tak banyak juga informasi yang bisa saya temukan di internet. Yang saya tahu, pulau ini bernaung di bawah payung pemerintahan kabupaten Sabu Raijua. Perjalanan ke Pulau Sabu harus direncanakan dengan matang. Jika sedang musim badai, kapal bisa tak berlayar selama tiga pekan. Tapi bagi yang menginginkan perjalanan yang lebih singkat, tersedia opsi penerbangan yang dilayani oleh sejumlah maskapai perintis dari Kupang.

Sabu memiliki banyak sekali potensi wisata yang menakjubkan. Pantai indah menjadi jualan utama. Pantai berpasir putih dengan laut berwarna turkuois terhampar sejauh mata memandang. Salah satu titik terbaik untuk menyaksikan proses matahari tenggelam terletak di sisi pelabuhan.

Seorang petani tengah memanen nira di Pulau Sabu.

Budaya di pulau penghasil gula cair ini juga menarik untuk disimak. Datanglah Kampung Namata dan Kujiratu. Keduanya menawarkan warisan budaya suku asli pulau tersebut. Semuanya masih orisinal tanpa sentuhan pihak luar. Akan tetapi perlu diingat, ada beberapa peraturan adat yang tak boleh dilanggar, seperti menyentuh bebatuan sakral atau mengambil gambar. Tetua adat memiliki peran yang sangat signifikan di sini. Kita perlu mengutarakan niat dan tujuan sebelum menjelajah kampung. Biasanya dia cukup terbuka dengan turis dan tak keberatan untuk menjelaskan detail mengenai kampungnya. Salah satu informasi yang menarik adalah bebatuan besar yang ada di Namata dulunya terletak di bawah laut sebelum seorang tetua adat memindahkannya ke atas bukit dengan kekuatan gaib.

Terkenal sebagai Negeri Sejuta Lontar, tak afdal rasanya bila ke sini tanpa mencicipi gula cairnya. Sebagai salah satu produsen gula cair terbaik di Indonesia Timur, bahan makanan ini merupakan sumber pendapatan utama di Sabu.

Show CommentsClose Comments

2 Comments

Leave a comment

0.0/5