Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

48 Jam di Bengkulu

Benteng Marlborough terlihat mirip kura-kura jika dilihat dari ketinggian. Peta dan foto udara dapat dilihat dari beberapa sudut benteng.

MINGGU

10:00 Benteng Marlborough
Dengan luas sekitar 44 ribu meter persegi dan dikawal empat bastion berisi meriam, Benteng Marlborough (Jl. Benteng, Teluk Segara) merupakan salah satu pertahanan terkuat Inggris di Asia Tenggara. Begitu perkasa hingga ia terus bertahan meski usianya sudah 300 tahun. Benteng yang berbentuk kura-kura jika dilihat dari ketinggian ini mulai melayani pengunjung dari pukul 09:00-16:00. Sejumlah ruang bekas sel tahanan telah dijejali diorama. Tiap hari libur, benteng ini dipadati warga lokal yang ingin menyelami sejarah sembari menyaksikan senja di Samudra Hindia.

Generasi kedua pemilik Warung Bunian di antara barang-barang antik yang ada di sana.

12:00 Kedai Antik Ming Merah
Ming Merah dan Warung Bunian menjadi nama pilihan almarhum Herman untuk bisnis yang dirintisnya secara sembunyi-sembunyi pada 1978 ini. Dalam interiornya yang senantiasa lengang terpajang antara lain guci renta, porselen retak, piring keramik bermotif, lukisan penuh debu, serta pigura lapuk. Ming Merah (Jl. Benteng 8, Teluk Segara) kini dikelola oleh Roslaini, istri Herman. Kedai antik satu-satunya di Bengkulu ini berlokasi persis di samping Fort Marlborough dan biasanya buka dari pukul 08:00 hingga 17:00.

Malabero merupakan kelurahan yang wilayahnya terletak di pesisir pantai, sehingga peduduknya banyak yang bekerja sebagai nelayan.

13:00 Kampung Malabero
Letaknya hanya selemparan batu dari Fort Marlborough. Kedekatan itu tecermin pula dalam namanya. Malabero adalah cara warga lokal melafalkan Marlborough. Berkunjung ke sini, kita bisa menyaksikan kehidupan para nelayan. Setiap petang, Kampung Malabero (Jl. Pariwisata, Teluk Segara) ramai oleh para nelayan yang berkumpul, memperbaiki jaring, memoles perahu, atau menjajakan ikan kering dengan harga murah untuk buah tangan.

Menghabiskan malam di sekitar Kampung Cina.

15:00 Kampung Cina
Pintunya dikangkangi sebuah gapura megah berukir naga raksasa. Usai melewatinya, ada lampion yang bergelantungan di antara bangunan. Dulu, Kampung Cina (Jl. Mayjen DI Panjaitan, Teluk Segara) adalah salah satu motor ekonomi kota. Ratusan orang Tionghoa bermukim dan berbisnis di sini. Kini, pecinan ini terbilang lengang. Sisa bangunan tua dan kelenteng hanya ramai ketika hari libur atau hari besar. Kunjungi kawasan ini pada petang hari. Selain bisa menikmati matahari senja, kita bisa bertemu anak-anak muda lokal yang kongko sembari ngopi.

Memiliki ombak yang tenang dan pemandangan matahari terbenam yang indah membuat pengunjung betah berlama-lama bermain di pinggir Pantai Jakat.

17:00 Pantai Jakat
Saban sore, ratusan orang menyemuti kawasan Pantai Jakat (Jl. Bencoolen, Teluk Segara) untuk menikmati ombak yang tenang dan pasirnya yang landai. Di sini ada banyak penyewaan ban warna-warni untuk berenang di laut. Seliweran penjaja sate udang tepung atau penjual jagung bakar membuat tempat ini serasa di Bali, minus turis berbikini. Jangan khawatir dengan air bersih, sebab di warga sekitar telah menyediakan banyak sarana bilas dengan air tawar.

Show CommentsClose Comments

Leave a comment

0.0/5