Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Si Cantik Dari Jailolo

“Tidak perlu khawatir, kalau di sini pasti ketemu.” Begitu kata Jojo, pemandu selam saya selama di Jailolo. “Makanya kami namakan tempat ini Mandarin Spot. Tapi memang waktunya harus pas,” lanjutnya tanpa bermaksud mematahkan semangat saya.

Satu rombongan ikan mandarin yang keluar dari sarangnya untuk mencari makan.

Selepas berburu mencari Nudibranch dan Pygmy Seahorse di spot lainnya, sore itu saya kembali bersiap-siap untuk turun di Gilolo House Reef yang terletak tepat di bawah lalu lintas kapal feri yang datang dan pergi menuju Ternate. Di Mandarin Spot ini, kami harus melakukan muck diving alias teknik penyelaman di antara sedimen berlumpur atau sampah yang sering menjadi habitat dari biota-biota kecil dan unik. Meskipun terdengar tidak menyenangkan, menurut banyak penyelam senior, semakin kotor lingkungannya maka semakin aneh makhluk yang bisa ditemukan di dalamnya.

Sudah 30 menit lepas pukul 17, kami memulai penyelaman di kedalaman tujuh hingga delapan meter. Jujur saja, tidak ada yang menarik di awal penyelaman. Gugusan karang yang sudah lama mati tertimbun berbagai macam kaleng bekas, ban mobil usang dan juga kemasan plastik menghasilkan pemandangan yang tak sedap. Belum lagi bau solar hasil buangan kapal-kapal di pelabuhan yang cukup menusuk hidung. Saking kotornya, jarak pandang terbatas hanya lima meter. Hampir saja saya membatalkan penyelaman ini kalau tidak teringat niat besar saya melihat ikan mandarin.

Dalam perjalanan ke bawah, beberapa Moorish Idol dan Porcupine Fish saya jumpai di sela-sela kumpulan karang. Ada juga sesosok kerang raksasa dengan panjang 50 cm. Di bagian yang berpasir saya juga sempat melihat Upside Down Jelly Fish (Cassiopea) yang sangat cantik. Tak lama kemudian, siluet berwarna biru terlihat di balik sebuah kumpulan karang. Saya, Jojo dan Samar—pemandu selam lain dari Ternate—pun berhenti dan mengarahkan senter kami ke arah asal siluet tersebut. Sekilas kami melihat sosok seekor ikan mandarin yang tengah mencari makan. Beberapa kali ikan tersebut menghindar dari lampu senter kami dan masuk ke dalam karang lagi.

Menunggu matahari menyelusup di balik gunung.

Samar rupanya memiliki strategi lain untuk mengundang si cantik ini keluar dari rumahnya. Caranya: lampu senter ia arahkan sedikit keluar karang dan digoyang-goyangkan. Berhasil! Seekor ikan mandarin perlahan keluar dari karang dan mendekati sinar tersebut. Menurutnya, binatang pemalu ini tertarik dengan cahaya yang mendadak muncul di tengah kegelapan habitatnya. Oleh karena itu banyak dari mereka yang akan menghampiri cahaya senter yang disorotkan sedikit melenceng dari persembunyiannya.

Beruntung bagi kami, bukan hanya seekor, tetapi lima ekor ikan mandarin satu per satu keluar dari gugusan karang tersebut. Ukurannya pun berbeda-beda. Ada beberapa ikan mandarin dewasa dengan panjang 7 cm dan beberapa yang masih berukuran 3 sampai 4 cm. Warnanya pun beragam mulai dari corak biru hingga hijau dengan lurik oranye di badannya. Di area yang sama kami juga menemukan seekor Ringed Pipefish yang menyerupai belut dengan ulir hitam dan ekor merah yang sangat cantik.

Puas mengabadikan makhluk-makhluk cantik penghuni kegelapan tersebut, kami memutuskan untuk kembali ke Dive Center. Dalam perjalanan kembali ke permukaan kami menemukan seekor gurita mimic dengan tentakel berbulu dan kedua bola mata mencuat keluar. Indahnya beragam penghuni rahim laut Jailolo.