Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pesona Kota Tua Ipoh

Dinding-dinding tua di Ipoh mulai dipercantik dengan mural-mural menarik.

Oleh Adele Chong
Foto oleh Adam Lee

Seraya meliuk-liuk di antara meja sepuh di Kedai Kopi Kong Heng, seorang pramusaji menatap sebal ke arah saya. Dia berusia 50-an. Karakternya keibuan: kombinasi galak dan manis. Di Malaysia, sosok semacam ini lazim disapa “aunty.” Usai menembus keramaian di jam makan siang, dia mendekati meja saya, memelototi kamera tambun yang saya genggam, persis saat saya hendak melakoni tindakan yang paling mengganggu di jam makan: memotret makanan yang saya pesan.

“Caranya salah,” kata sang aunty. Dia berbicara dalam bahasa Mandarin. “Cara kamu benar-benar salah.” Dia menyelinap di antara saya dan teman saya, lalu dengan cekatan menata tumpukan piring jingga di meja kami. Menu “hor fun” (mi licin yang direndam kaldu) yang saya pesan kini menjadi obyek foto yang Instagram-worthy. “Lihat, ini baru benar,” dia mengangguk puas. Saya berterima kasih dengan malu-malu, lalu mulai memotret. Wisata kuliner tampaknya telah menjadi tawaran resmi Ipoh. Bahkan seorang pelayan kedai tepi jalan telah memahami dengan baik metode food-styling.

Kiri-kanan: Kopi dan roti bakar dengan telur ceplok setengah matang menjadi menu favorit warga lokal; mi kuah dengan irisan ayam (sar hor fun) di Kedai Kopi Kong Heng.

Saya menyimpan kamera dan mulai menyantap. Kami dibuat tak berdaya oleh kedahsyatan hor fun, masakan pekat berisi lapisan-lapisan rasa yang membuai, dengan sentuhan manis yang samar dan terus melekat di lidah. Sepiring kelezatan yang mewakili dengan sempurna identitas Ipoh. Tapi kisah Ibu Kota Negara Bagian Perak ini sebenarnya tidak selalu “lezat.” Teronggok di Lembah Kinta yang kaya timah, sekitar 200 kilometer sebelah utara Kuala Lumpur, Ipoh merekah sebagai sentra tambang timah di zaman kolonial, hingga dijuluki “Kota Miliuner.” Namun, setelah harga pasaran timah terjun bebas pada awal 1980-an, era kejayaan Ipoh berakhir dan kota ini pun menyusut menjadi sebuah dusun yang lesu.

Kini, berpaling dari penggalan suram itu, Ipoh tampil dengan pesona baru. Saat menggali informasi tentang kota ini dari orang Malaysia, kita pasti akan mendapatkan beragam kisah manis: tentang wanita-wanita cantik, jeruk-jeruk pomelo, white coffee panas yang sedap, taoge segemuk jari bayi, serta makanan. Terutama tentang makanan.

Bagi siapa saja yang menyambangi Ipoh untuk menikmati makanan (dan ini memang tujuan mayoritas orang), ekspedisi kuliner wajib dimulai di daerah Kota Tua, tempat gedung-gedung kolonial karismatik dari awal 1900-an berkelindan dengan ruko-ruko sepuh. >>

Show CommentsClose Comments

Leave a comment

0.0/5