Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Panduan Jelajahi Sumba Barat

Salah satu pantai tersembunyi dan anonim di daerah Lemboya, selatan Sumba.

Oleh Cristian Rahadiansyah

Rute
Bandara Tambolaka di Sumba Barat bisa dijangkau menggunakan Lion Air dari Jakarta via Denpasar. Opsi lain adalah terbang menggunakan TransNusa dari Denpasar.

Transportasi
Alat transportasi umum tersedia di dalam kota. Tapi di bandara, opsi satu-satunya adalah kendaraan sewaan yang lazim disebut “oto” oleh warga sekitar. Tarif sewanya bervariasi, antara Rp400.000-650.000 per hari, termasuk sopir dan bensin.

Suasana senja di Pantai Newa, utara Sumba.

Penginapan
Layaknya mayoritas penginapan yang dikelola oleh orang Prancis, Sumba Nautil Resort (Desa Patiala Bawa, Lamboya; T. 0813 3955 8652; sumbanautilresort.com; cottage mulai dari $136) memiliki restoran yang menyajikan menu-menu berkualitas baik. Hal ini menjadi lebih penting mengingat lokasi resor yang relatif terpencil: 2,5 jam dari bandara, di sebuah bukit yang menghadap Pantai Marosi, sisi selatan Sumba Barat—kawasan yang dalam beberapa tahun lagi mungkin akan berubah jadi kompleks resor, berhubung banyak lahan di sini telah dibeli oleh investor (kabarnya, termasuk grup Aman). Sumba Nautil menawarkan kolam renang yang menatap pesisir bertebing, serta tur trekking ke pantai-pantai dan desa-desa sekitar.

Interior restoran Sumba Nautil Resort, selatan Sumba.

Indonesia memiliki banyak surf resort. Tapi di Sumba, hanya satu tempat yang memiliki reputasi internasional: Nihi Sumba (Pantai Nihiwatu, Desa Hobawawi; T. 0361/757-149; nihi.com; mulai dari $550 per malam). Penginapan ini berdiri di lahan seluas 177 hektare di selatan Sumba, menghadap langsung Samudra India, sekitar 90 menit dari Bandara Tambolaka. Vila-vila di sini mengombinasikan kemewahan bintang lima dan arsitektur lokal. Nihiwatu juga memiliki yayasan yang misi utamanya memperbaiki kualitas hidup warga Sumba, khususnya dalam hal kesehatan.

Pantai Kita di utara Sumba sangat populer di kalangan warga lokal.

Aktivitas
Kuda merupakan bagian integral dalam kehidupan warga Sumba, dan Pasola adalah ajang bagi kaum pria mereka untuk mempertontonkan kemahiran berkuda dan kejantanan. Festival budaya yang terkesan barbar ini akan membawa imajinasi kita ke film-film kolosal semacam Lord of the Ring. Digelar di beberapa lapangan rumput di awal Februari dan Maret, perhelatan tribal ini menampilkan atraksi saling melempar lembing kayu dari atas kuda, antara dua kelompok dari kampung yang berbeda. Meski lembing mereka tak dilengkapi mata logam tajam, korban luka kerap jatuh di kedua belah pihak, termasuk di kalangan penonton yang berdiri terlalu dekat dengan medan laga. Pasola umumnya dimulai dengan tradisi menangkap cacing laut atau nyale di pantai.

Pria Sumba gemar melingkari pinggang dan kepalanya dengan kain tenun.

Sumba adalah satu-satunya tempat di Indonesia yang masih mempraktikkan tradisi megalit. Warganya menguburkan jenazah di makam berbahan batu besar yang diangkut secara manual. Di desa-desa pedalaman, makam-makam tersebut diatur dalam formasi melingkar di alun-alun mungil di tengah desa. Sementara di kawasan yang lebih urban, makam diletakkan di depan rumah. Di sejumlah tempat, pengaruh agama Kristen telah menciptakan akulturasi yang unik dalam wujud makam batu berhiaskan simbol salib atau wajah Yesus.

Di kawasan pedalaman, warga Sumba hidup secara komunal di rumah-rumah panggung beratap jangkung yang dilapisi ilalang. Tinggi atap bisa mencapai 25 hingga 35 meter. Dihuni satu keluarga besar, tiap rumah terdiri dari beberapa kamar dan sebuah dapur yang berlokasi di tengah bangunan. Penampilan warga kadang menyeramkan (kaum pria gemar menyelipkan parang di pinggang), tapi mereka sejatinya sangat ramah. Adalah wajar bagi pelancong untuk disambut layaknya kerabat dan diminta menginap di rumah mereka. Tur ke desa-desa adat bisa dilakukan menggunakan kendaraan sewaan atau dengan membeli paket tur yang ditawarkan oleh penginapan.

Kiri-kanan: Atap jangkung berlapis ilalang adalah ciri khas rumah adat Sumba; Makam dibuat dari batu-batu besar yang diangkut secara manual.

Digarap oleh arsitek Yori Antar, Rumah Budaya (Jl. Langgalero, Kalembu Ngaa Bangga; T. 0853 3370 7337) memiliki misi melestarikan kebudayaan Sumba dari ancaman modernisme. Selain menampung museum, rumah penyambutan tamu, serta gerai suvenir, tempat ini menyediakan penginapan sederhana dengan tarif mulai dari Rp300.000 per malam, termasuk sarapan untuk dua orang. Pastor Robert, tokoh masyarakat sekaligus pengelola Rumah Budaya, kerap menyuguhkan tarian adat oleh remaja sekitar kepada para tamu.

Matahari terbenam dipotret dari Sumba Nautil Resort, selatan Sumba.

Selancar dan memancing adalah dua aktivitas bahari utama di Sumba. Bagi mereka yang mudah mabuk laut, tur ke pantai-pantai tersembunyi adalah opsi yang ideal. Sumba adalah pulau yang dibingkai oleh pantai berpasir putih dan cokelat. Di akhir pekan, warga umumnya menyambangi Pantai Kita di sisi utara Sumba Barat. Sementara di sisi selatan dan timur, pantai-pantai umumnya sepi dari manusia dan hanya bisa dijangkau dengan trekking menembus sabana. Beberapa pantai perawan, terutama yang dibentengi tebing batu, dikuasai serangga pengisap darah. Pastikan Anda membawa obat antiserangga atau setidaknya mengenakan pakaian yang menutupi seluruh tubuh.