Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pameran Karya Seni Wanita Laba-Laba

Oleh Cristian Rahadiansyah

Edinburgh memamerkan karya-karya Louise Bourgeois yang mengeksplorasi misteri dan kecantikan emosi manusia. Publik menjulukinya “wanita laba-laba,” tapi kritikus lebih mengenalnya sebagai seniman yang membuka jalan bagi kemunculan seniman-seniman wanita progresif. Louise Bourgeois lahir di Prancis, namun dia meraih pengakuan dari dunia seni di Amerika Serikat. Wanita yang meninggal pada usia 99 tahun ini awalnya menggeluti seni lukis, lalu beralih ke instalasi hingga akhir hayatnya.

Bourgeois kerap mengolah tubuh dalam instalasinya. Inspirasinya lebih banyak diraih dari refleksi atas masa lalunya yang traumatis, termasuk perasaan tersiksa usai ditinggalkan ayahnya. Bourgeois bahkan pernah mengaku menempatkan rasa sakit sebagai subyek karyanya. Seperti diungkapkannya kepada The New York Times, proses kreatif baginya bertujuan “memberi makna dan bentuk pada frustrasi dan penderitaan.”

Upaya universalisasi atas dimensi pribadi itulah yang membuat namanya bergema—walau harus diakui statusnya sebagai wanita punya andil besar. Pada 1993, saat tampil dalam Venice Biennale, Bourgeois membuka mata publik lewat karya-karyanya yang evokatif. Kritikus tersentak. Di zaman ketika wanita kerap diperlakukan sebagai warga kelas dua dan diasingkan dari diskursus tubuh, Bourgeois menohok dengan instalasi yang mengupas seksualitas dan kematian.

Teriakan feminisme terdengar lantang dari karya-karyanya. Melalui Bourgeois, kaum Hawa seolah menuntut hak yang sama untuk memaknai tubuhnya. Tentu saja, kita tak bisa melupakan Maman, karya fenomenal Bourgeois. Laba-laba raksasa ini masih menghiasi pelataran beberapa ruang seni bergengsi, sebut saja Tate Modern dan Guggenheim Museum Bilbao. Maman adalah cara almarhum untuk mengenang ibunya.

Layaknya laba-laba, sang ibu dinilainya “sangat cerdas” dan “protektif.” Dari 26 Oktober 2013 hingga 18 Mei 2014, Scottish National Gallery of Modern Art di Edinburgh menggelar pameran bertajuk “Louise Bourgeois, A Woman Without Secrets.” Karya-karya yang dipajang di sini terbilang muda, contohnya Poids (1993), Couple I (1996), dan Eyes (2001-2005). Semuanya merupakan koleksi ARTIST ROOMS, program jangka panjang yang didukung oleh kolektor kakap Anthony d’Offay.

Pameran itu memperlihatkan cara Bourgeois menafsirkan kompleksitas emosi. Berbeda dari arus utama perupa abad ke-20, Bourgeois memulai proses berkarya dari penggalian batin, baru kemudian menuangkannya. Itulah mungkin sebabnya karya-karyanya begitu kaya ragam. Tak ada karakter tunggal yang dominan. Ciri khas menjadi tak penting. Kisah Bourgeois adalah sebuah pelajaran: manusia hanyalah makhluk ringkih yang tak lepas dari penderitaan.

Dipublikasikan perdana di majalah DestinAsian Indonesia edisi Mar/Apr 2014 (“Derita Laba-Laba”).

Show CommentsClose Comments

Leave a comment

0.0/5