Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pameran Baru Macan

Merayakan ulang tahun pertamanya, Museum Macan menggelar Pameran Tiga Seniman Asia dari 17 November 2018 hingga 10 Maret 2019. Ketiga seniman tersebut ialah Arahmaiani asal Bandung, Lee Mingwei asal Taiwan, serta mendiang On Kawara asal Jepang.

Pameran ini mengusung seni konseptual—bukan sesuatu yang baru di Indonesia, walau belum terlalu populer. Para eksponen Gerakan Seni Rupa Baru telah berulang kali menampilkan seni konseptual sejak 1975. Museum Macan pun pernah mempresentasikannya pada Agustus dan September 2017, dalam ajang pemanasan menjelang pembukaan museum.

Menurut Aaron Seeto, Direktur Museum Macan, keputusan menampilkan seni konseptual merupakan bagian dari misi museumnya di bidang edukasi, dalam hal ini untuk meningkatkan apresiasi publik terhadap gerakan seni yang relatif kurang mendapatkan perhatian di Indonesia. Berikut lima hal yang penting diketahui tentang pameran baru di Museum Macan ini:

Do not Prevent the Fertility of the Mind (1997-2014-2018) menyinggung persoalan gagasan feminis dalam praktik kesenian Arahmaiani.

Seni Konseptual
Dalam kutub ini, gagasan di balik karya dipandang lebih penting dari karya finalnya. Apa yang tersirat menjadi fokus ketimbang yang tersurat. Gerakan seni konseptual muncul pada 1960-an, awalnya sebagai penolakan terhadap pakem umum standardisasi karya di dunia seni. Bagi para penggiatnya, artikulasi ide artistik dianggap sudah memadai dalam sebuah karya, tanpa harus dibungkus dengan estetika yang sejalan dengan selera pasar. Pionir gerakan ini antara lain Marcel Duchamp, Dan Graham, dan Mike Kelley. Di Indonesia, Arahmaiani merupakan salah seorang artis yang menonjol dalam seni konseptual.

Karya Arahmaiani yang berjudul I Love You (After Joseph Beuys Social Sculpture) (2009).

Arahmaiani
Karya-karya artis asal Bandung ini sarat muatan politik dan pesan sosial. Arahmaiani, putri seorang kiai, pernah melukis Lingga-Yoni (1994) yang memadukan objek alat kelamin dari tradisi Hindu dengan taburan huruf Arab pegon dan Jawa kuno—karya yang menuai protes keras dari sekelompok orang, hingga memaksa sang pelukis hidup nomaden. Lukisan itu kini dipajang di Museum Macan, bersama 12 karya lain yang dibuat sejak 1980-an. Seluruhnya disebar di lantai dasar museum dan diberi tajuk Masa Lalu Belumlah Berlalu. Ini merupakan pameran survei pertama Arahmaiani di Indonesia. Di dalamnya kita bisa menyaksikan apa yang membuat sang seniman begitu dihormati di skena seni internasional.

Baca juga: Seni Berubah di Museum Macan6 Hal Tentang Pameran Yayoi Kusama di Jakarta

Karya penting On Kawara yang berjudul One Million Years (1993–kini) merupakan karya partisipatif yang melibatkan dua orang–laki-laki dan perempuan–untuk membacakan nama tahun dalam karya Kawara.

On Kawara
Karya-karyanya terus menjadi pergunjingan bahkan setelah pembuatnya mangkat pada 2014. Seperti pendahulunya, “bapak seni konseptual” Marcel Duchamp, On Kawara menolak komoditisasi seni. Dia mangkir dari pamerannya sendiri dan menampik permintaan wawancara, semua demi membiarkan karyanya berbicara mandiri tanpa bias dari persona si pembuatnya. Dalam Pameran Tiga Seniman Asia, Museum Macan menampilkan One Million Years (1993), sebuah buku yang memuat nama tahun secara kronologis sekaligus mengajak kita merenungkan konsep waktu dan eksistensi manusia. Buku ini terdiri dari 12 jilid, tapi hanya dua yang dibawa ke Indonesia: Past dan Future. Per harinya, keduanya akan dibaca oleh enam orang pengunjung museum.

Kiri-kanan: Seorang penari yang perlahan-lahan menyapu gundukan beras dengan sebuah sapu. (Lee Mingwei – Our Labyrinth 2015/2018); pengunjung dapat menuliskan surat di tiga bilik instalasi The Letter Writing Project (1998/2018) karya Lee Mingwei.

Lee Mingwei
Ini pertama kalinya Lee Mingwei berpameran di Indonesia. (Artis Taiwan ini pernah ke Indonesia, tapi untuk berlibur di Bali.) Di Museum Macan, Lee Mingwei membawakan tema Tujuh Kisah yang berisi tujuh proyek seni partisipatoris. Dalam The Dining misalnya, pengunjung akan menikmati makan malam tatami bersama sang artis atau staf museum. Jamuan ini mengajak pesertanya merefleksikan konsep berbagi dengan orang asing. Contoh proyek lainnya ialah The Letter Writing, di mana tamu dipersilakan menulis surat berisi apa saja, mulai dari ucapan terima kasih hingga pengakuan dosa, lalu menyelipkannya pada dinding bilik kayu. Setelahnya, penulis bisa memilih: membiarkan surat pada tempatnya atau meminta pihak museum mengirimkannya ke alamat tujuan.

Pop & Beyond
Selain Pameran Tiga Seniman Asia, Museum Macan menyisipkan pameran Pop & Beyond yang memamerkan 23 buah karya koleksi museum. Sesuai namanya, ajang ini mengeksplorasi seni pop yang merekah di Inggris dan Amerika Serikat pada 1950-an—sebuah kurun yang dipandang menyediakan landasan bagi kemunculan seni konseptual. Pop & Beyond menampilkan banyak karya buatan artis ikonis di genre pop, antara lain Andy Warhol, Roy Lichtenstein, Jean-Michel Basquiat, dan Keith Haring.

Informasi selengkapnya, kunjungi Museum MACAN.

Show CommentsClose Comments

Leave a comment

0.0/5