Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Menikmati Burano, Venesia Versi Sepi

Oleh Pamela Mccourt Francescone
Foto olen Mattia Mionetto

Mei 2018, ketika kepadatan turis sedang memuncak di Venesia, Wali Kota Luigi Brugnaro mengambil langkah radikal yang amat kontroversial: memasang turnstile (pintu putar) di gerbang-gerbang utama kota dan memberikan akses masuk hanya kepada penduduk asli dan tamu dengan kartu khusus. Brugnaro mengklaim keputusannya itu bertujuan mengurangi kepadatan manusia sekaligus menjadikan Venesia “lebih layak huni,” walau di sisi lain dia juga diprotes lantaran membuat kepulauan ini mirip taman rekreasi.

Banjir turis, tentu saja, tidak hanya menimpa Venesia. Banyak destinasi populer di Eropa menderita problem serupa, dan karena itu juga mulai mengambil solusi pembatasan turis. Ambil contoh Capri, pulau mungil nan modis di lepas pantai Napoli, di mana pihak Pemkot juga sedang mempertimbangkan pemasangan pintu putar. Destinasi kondang semacam Barcelona dan Dubrovnik juga sedang meracik jawaban untuk membatasi tamu asing. Akan tetapi, dibandingkan semua tempat itu, satu hal yang membuat Venesia terus jadi sorotan adalah kondisinya yang sudah masuk stadium empat. Populasinya terus menyusut. Banyak warganya eksodus akibat ruang bergerak yang kian sempit dan biaya hidup yang makin mahal.

Tapi sebenarnya tak semua wilayah di Venesia dalam kondisi kronis. Burano, salah satu pulau yang berlokasi di sisi utara, justru mencontohkan bagaimana budaya tradisional bisa bergandengan tangan dengan industri pariwisata, tanpa harus terkikis jati dirinya. Berbeda dari banyak pulau tetangganya yang seolah tercekik pelancong dan hotel, Burano setia menjaga karakter aslinya sebagai kampong nelayan yang guyub.

Kiri-kanan: Bruno, pria lokal yang bekerja sebagai tukang kebun; bangunan khas Burano yang kaya warna.

Saban tahunnya, Burano disatroni sekitar dua juta turis. Orang-orang ini lazimnya mendaratdi pagi hari guna menghabiskan beberapa jam menikmati sisi Venesia yang lebih hening, kemudian pergi di kala senja dengan menaiki waterbus. Statistik turis itu jauh di bawah pusat kota Venesia yang diserbu 27 juta wisatawan per tahun, sampai-sampai banyak warganya yang gerah kemudian menolak invasi pelancong; sebagian bahkan menuntut penutupan akses kapal pesiar. Kabarnya, mulai 2022, kapal pesiar tak lagi diizinkan memasuki St Mark’s Square, kawasan historis terpopuler di Venesia.

Burano, pulau seluas 21 hektare, memancarkan sosok yang fotogenik: barisan rumah nelayan yang dicat bak pelangi, kanal-kanal kalem nan syahdu, serta menara lonceng San Martino warisan abad ke-16 yang menjulang agung dan karismatik. Turis datang ke sini untuk menaiki gondola, bersantai di kafe-kafe elok di bantaran sungai, juga berfoto di jembatan kayu bersejarah yang menjadi salah satu ikon pulau.

Di Italia, Burano juga tersohor sebagai produsen kerajinan renda. (Pulau tetangganya yang bernama mirip, Murano, menghasilkan kriya berbahan kaca.) Suvenir ini bisa ditemukan di banyak toko, walau tak semuanya kini dibuat dengan tangan. Seni renda tradisional mulai sekarat akibat kehadiran mesin. Salah satu tempat yang masih menjajakan renda versi autentik ialah Martina Vidal, sebuah toko elegan di mana sejumlah perajin dengan tekun menjahit renda dengan pola yang rumit dan menguras waktu.

Kiri-kanan: Interior salah satu suite di Casa Burano; dapur di kamar tipe suite di Casa Burano, hotel pertama dan satu-satunya di Burano.

Satu tawaran Burano yang belum terusik perubahan zaman ialah seafood. Galibnya kampung nelayan, pulau ini menyuguhkan aneka ikan segar, dengan harga jauh di bawah rata-rata restoran di Venesia yang terkenal mahal. Trattoria Al Gatto Nero, salah satu restoran paling kondang di sini, menempati sebuah rumah nelayan di tepi kanal. Pasta dan makanan penutupnya diracik sendiri. Yang juga menyenangkan, sosoknya rendah hati, walau Anda diwajibkan melakukan reservasi jika ingin datang, terutama jika mendambakan meja-meja yang ditata anggun di bibir kanal.

Untuk menyelami kehidupan paling intim pulau kecil ini, kiat terbaik ialah bergaul dengan warga, terutama Enrico Trevisan dan Domenico Rossi, dua dari segelintir nelayan yang masih setia menggunakan perahu lokal Nettuno. Di waktu senggangnya, Enrico dan Domenico menawarkan tur budaya menaiki perahu berkapasitas delapan orang. Keduanya hafal setiap jengkal perairan di kawasan ini, juga kisah-kisah seputar hikayat dan misterinya. Dalam turnya, Enrico dan Domenico bercerita tentang zaman kuno ketika Venesia didiami nelayan dan penambang garam, hingga transformasinya menjadi salah satu kota bandar terkaya sejagat. Satu cerita rakyat yang juga memikat ialah Giacomo Casanova, pria flamboyan yang hobi berburu cinta di Burano dengan menaiki gondola.

Panorama Burano yang paling magis tersaji di malam hari, terutama setelah gerombolan day-trippers hengkang dan sekitar 3.000 warga melanjutkan ritual klasik mereka: kongko di muka rumah seraya bergosip, menyapu serambi toko, atau merawat bunga-bunga di kaki jendela yang dikelir warna-warni bak kotak krayon. Malam hari jugalah waktunya menyambut perahu-perahu nelayan merapat dengan membawa tangkapan harian, dan dapur-dapur rumah bersiap memasak makan malam. Dan andaikan tamu ingin melewati malam di pulau ini, pengalaman menginap khas lokal ditawarkan oleh Casa Burano, hotel pertama dan satu-satunya di Burano.

Baca juga: Dilema Bersemayam di VenesiaOperasi Rumah Hantu di Italia

Paola, nenek pembuat renda, kerajinan khas Burano.

Melebur harmonis dengan lingkungannya, Casa Burano menampung hanya 13 unit kamar yang disebar di lima rumah kecil yang bertetangga di tepi kanal. Sejalan dengan karakter setempat, kelima rumah ini menampilkan paras yang sarat warna, walau interiornya sudah didandani mewah layaknya hotel butik premium.

Casa Burano memiliki hanya tiga tipe akomodasi. Kamar kategori terendah berukuran 20 meter persegi, sementara tipe tertinggi 50 meter persegi. Tiap kamarnya didesain kontemporer, dialasi lantai kayu pucat, dipercantikornamen kreasi perajin asal Veneto, serta dilengkapi televisi, koneksi internet nirkabel, juga kamar mandi lapang yang dilapisi tegel mosaik buatan tangan. Paket sarapan format kontinental disajikan bersama secangkir cappuccino dan aneka keik harum, dan tamu juga bisa meminta hidangan itu ditempatkan dalam keranjang warna-warni yang romantis dan diantarkan langsung ke kamar.

Salah satu hidangan di Osteria Contemporanea, restoran di Venissa Wine Resort.

Menginap di Casa Burano, tamu bisa melakoni banyak kegiatan yang sulit ditemukan di tempat lain di Venesia, termasuk sesi memancing bersama nelayan lokal, lokakarya foto yang diasuh fotografer terkemuka, ekspedisi bird-watching, hingga kelas mendayung bersama pendayung gondola terkenal Franco Dei Rossi, lima kali juara Historical Regatta.

Satu yang penting diketahui, Burano tak bergerak solo dalam upayanya menyaring ekses buruk pariwisata massal. Bersama kedua tetangganya, Mazzorbo dan Torcello, Burano dicantumkan oleh otoritas setempat dalam kelompok Native Venice, terminologi bagi kawasan yang dipercaya sebagai cikal bakal Venesia, dan karena itu perlu dilestarikan. Pulau Torcello, sekitar 700 meter dari Burano, memiliki Basilika Santa Maria Assunta yang dilapisi mosaik Bizantium yang mengagumkan. Sementara Pulau Mazzorbo, yang bisa dijangkau dengan meniti jembatan kayu dari Casa Burano, memiliki kebun wine dan penginapan romantis Venissa Wine Resort.

Kiri-kanan: Hidangan seafood di Osteria Contemporanea, restoran dengan spesialisasi masakan lokal di Mazzorbo, pulau yang bisa dijangkau dengan meniti jembatan kayu dari Casa Burano; satu dari lima rumah di kompleks hotel Casa Burano.

Venissa Wine Resort dikelola oleh keluarga pembuat wine Bisol yang juga pemilik Casa Burano. Penginapan butik ini juga berukuran mungil: menampung hanya lima unit kamar dan dua restoran dengan reputasi yang lumayan harum—Ristorante Venissa yang memiliki satu bintang Michelin, serta Osteria Contemporanea yang memiliki spesialisasi  masakan tradisional.

Sesuai namanya, Venissa Wine Resort teronggok di tengah kebun anggur. Kompleks yang dipagari dinding tua ini menghasilkan salah satu wine paling unik di dunia. “Beberapa tahun silam, ayah saya menemukan tanaman merambat di Pulau Torcello, lalu mendapati tanaman itu ternyata menghasilkan anggur Dorona yang telah dibudidayakan selama berabad-abad oleh para penguasa Venesia,” jelas Matteo Bisol, direktur resor. “Kami kemudian menanamnya di Mazzorbo, dan setiap tahun kami memproduksi hanya 4.000 botol wine putih Venissa.”

PANDUAN
Rute
Penerbangan dengan satu kali transit menuju Bandara Marco Polo di Venesia dilayani antara lain oleh Qatar Airways (qatarairways.com), Emirates (emirates.com), serta Turkish Airlines (turkishairlines.com). Burano berjarak sekitar 45 menit menaiki perahu dari pusat kota Venesia.

Penginapan
Burano hanya memiliki satu hotel: Casa Burano (casaburano.it; mulai dari Rp1.800.000), penginapan berisi 13 kamar yang disebar di lima rumah kecil yang bertetangga di tepi kanal. Tiap kamarnya dipercantik ornamen kreasi perajin Veneto dan dilengkapi kamar mandi lapang yang dilapisi tegel mosaik buatan tangan. Pulau tetangga Mazzorbo menawarkan Venissa Wine Resort (venissa.it; mulai dari Rp2.200.000), penginapan butik di tengah kebun anggur yang menampung hanya lima kamar dan dua restoran.

Dipublikasikan perdana di majalah DestinAsian Indonesia edisi Januari/Maret 2019 (“Buana Barano”).

Show CommentsClose Comments

Leave a comment

0.0/5