Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Berkunjung ke Apple Museum

Seorang staf Apple Museum yang bertugas membagikan apel kepada turis.

Oleh Cristian Rahadiansyah
Foto oleh Muhammad Fadli

Menempati gedung sepuh yang didirikan ketika manusia belum mengenal mesin ketik, Apple Museum mendedahkan perjalanan sebuah perusahaan yang mengubah cara kita berkomunikasi, menyimak musik, memandang perangkat elektronik.

Apple Museum berlokasi di Kota Tua Praha. Di bawah museum terdapat ruangan dari abad ke-12 yang dulu terkoneksi ke Prague Castle dan Charles Bridge, sementara di lantai dasarnya terdapat kafe vegetarian Steven’s Food dan enam batang pohon apel McIntosh asal New England.

Dari kiri ke kanan: kutipan-kutipan Steve Jobs yang menghiasi museum; tetikus Lisa; gambar komponen Mac.

Museum ini mengoleksi lebih dari 400 peranti yang ditata secara kronologis dari 1976 hingga 2012. Dengan iringan pidato Steve Jobs di Stanford University, saya berkelana di ruang ekshibisi dan menemukan tetikus Lisa keluaran 1983, prototipe iPod buatan 2001, serta iPhone tambun generasi perdana. Di sini juga terpajang sejumlah perangkat yang tak lagi diproduksi, contohnya printer dan kamera saku—rangkaian produk dari masa ketika Apple sedang bergulat merumuskan jati dirinya.

Semua koleksi museum berstatus benda orisinal, bukan replika. Mereka diperoleh dari sumbangan atau dibeli di balai lelang. Dan mungkin karena orisinal, tak semuanya berhasil dikumpulkan. Salah satu benda yang masih diburu museum ini ialah komputer Macintosh bertarikh 1983. “Sempat dijual di balai lelang, tapi harganya kelewat mahal: satu juta euro,” ujar Sandra Pokorna, pemandu museum.

Berhubung Apple tanpa Steve Jobs bagaikan sebuah bahtera tanpa nakhoda, Apple Museum juga merangkap sebagai “Steve Jobs Museum.” Kita bisa menggali kiprah Steve di NeXT dan Pixar (termasuk melihat selembar saham perusahaan animasi ini saat dibeli Disney), juga menyaksikan satu set pakaian yang pernah dikenakan almarhum.

Dari kiri ke kanan: fasad Apple Museum di Praha; komputer seri awal IBM dan Mac; dinding yang menjelaskan momen-momen penting dalam perjalanan Apple.

Di salah satu dinding ruang pamer terpampang tujuh sampul majalah Time yang menampilkan Steve. Di banyak sudut bangunan terukir kutipan “resep sukses” dari Steve. Puja-puji ini mungkin terkesan kultus yang berlebihan, tapi Apple sejak awal memang hadir sebagai mesin yang menuangkan (dan mengagungkan) gagasan sang pendiri. Ia berbeda dari produsen gawai semacam Samsung di mana entitas perusahaan lebih menonjol ketimbang individu-individu di baliknya. (Siapa yang mengenal perancang Galaxy S7?) >>>

Show CommentsClose Comments

Leave a comment

0.0/5