Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

8 Hotel Baru di Bali

Fasad Rumah Luwih.

Rumah Luwih
Hotel butik independen yang berniat memulihkan pamor kawasan pesisir selatan Gianyar.
Oleh Reza Idris

Area pesisir selatan Gianyar kerap dijadikan contoh dari dampak buruk reklamasi laut di Bali. Akibat pengurukan perairan Pulau Serangan pada awal 1990-an untuk pembangunan resor, gerak alami arus terganggu, hingga arus pun berbelok, kemudian melabrak dan menggerus banyak pantai yang menjulur di tepian Jalan Profesor Ida Bagus Mantra —jalur sibuk yang menghubungkan kawasan Sanur dan Karangasem. Di pesisir yang pernah menjadi korban abrasi itulah Rumah Luwih berdiri.

Keputusan yang cukup berani memang, tapi hotel ini sebenarnya punya aset yang mumpuni untuk memikat tamu. Dan jika eksperimennya sukses, ia bisa menjadi titik awal dari pulihnya pamor pesisir Gianyar.

Rumah Luwih bersemayam di lahan seluas satu hektare di bibir Pantai Lebih (“luwih” berarti lebih) yang berpasir hitam. Lokasinya cukup strategis, sekitar 30 menit dari Sanur. Kendati begitu, kawasannya masih relatif hening. Kecuali sejumlah vila privat, tak ada hotel lain di sekitarnya. Pusat keramaian terdekat adalah Bali Safari & Marine Park, Pasar Seni Sukawati, dan Komune Beach Club yang terpisah jarak delapan kilometer.

Kiri: kolam renang luas dengan pemandangan pantai; kanan: interior The Dining Room, satu-satunya restoran di Rumah Luwih.
Kiri: kolam renang luas dengan pemandangan pantai; kanan: interior The Dining Room, satu-satunya restoran di Rumah Luwih.

Mengusung arsitektur rumah kolonial di tepi pantai, sosok Rumah Luwih sejenak mengingatkan kita pada hotel-hotel mewah di kawasan Lagoi dan Nongsa. Halaman hotel menjulur ke arah pantai serta menampilkan taman yang dibelah jalur pejalan kaki dan dipercantik danau artifisial. Dari taman ini pula kita bisa melihat Pulau Nusa Lembongan di seberang lautan.

Hotel anggun ini didesain oleh Hadiprana, salah satu firma paling senior di Indonesia, yang pernah terlibat dalam proyek Chedi Club Tanah Gajah dan InterContinental Bali. Memasuki Rumah Luwih, tamu akan disambut oleh lobi lapang berdesain semi-terbuka dengan langit-langit tinggi. Interiornya merayakan pesona glamor masa silam melalui kandil megah, pintu dan jendela berukuran besar, serta lantai teraso. Ornamen klasik seperti vas, lukisan, dan mebel kayu jati, berserakan di pojok-pojok ruangan.

Hampir semua benda ini, menurut staf hotel, diseleksi secara personal oleh sang arsitek. Rumah Luwih memayungi 75 kamar. Prabanggana, kamar tipe terendah, memiliki luas 40 meter persegi, sedangkan kamar di kategori tertinggi, Aruna Suite, menawarkan area lapang 200 meter persegi, lengkap dengan ruang tamu yang menatap kolam renang infinity. The Dining Room, satu-satunya restoran di hotel ini, menyajikan kuliner Peranakan dan Eropa klasik. Fasilitas lain hotel adalah spa yang diasuh oleh Martha Tilaar.

Hotel independen yang diprakarsai pengusaha Veroline Kurniawan ini juga membidik segmen resepsi. Aset andalannya adalah kapel di tepi pantai dan taman yang berkapasitas 500 tamu.

Daya Tarik

  • Kamar nomor 233 yang dilengkapi balkon yang menghadap kolam, danau, taman, dan laut.
  • Luwih Garden, taman seluas 200 meter persegi di sisi barat properti yang bisa disulap menjadi area kenduri.
  • Kolam renang sepanjang 50 meter yang dihiasi motif buatan Hadiprana pada dasarnya.

Jl. Prof. Ida Bagus Mantra Km. 20, Gianyar; 0361/200-5899; rumahluwih.com; doubles mulai dari Rp.1.800.000.

Show CommentsClose Comments

Leave a comment

0.0/5